Disaster

1.1K 72 3
                                    

Author :
Hai.. ini ff pertamaku, aku tulis karena kangen hyunji. Semoga kalian suka, maaf kalau ada typo, kesalahan tata bahasa, atau alur cerita yg mungkin kurang berkenan. Selamat membaca.. 😊



Seoul
06.00 am, kst

Matahari mengintip dari balik awan, siap menunjukkan cahayanya yang mendominasi, disambut oleh kicau burung dan kokok ayam jantan, menandakan hari baru siap dimulai.

Alarm berbunyi, tanda bahwa Sang Mi harus segera bangun kalau dia tidak mau terlambat untuk masuk kerja pertama kalinya, setelah sekian lama mencari pekerjaan dan akhirnya diterima di salah satu kantor penerbit di Seoul.

Meskipun berasal dari keluarga sederhana, ia bersyukur bisa menyelesaikan studinya di fakultas Sastra berkat perjuangan ayah dan ibunya, juga kakaknya yang ingin salah satu anggota keluarga mereka menjadi sarjana.

Sang Mi sangat mencintai buku, ia ingin pekerjaannya juga berhubungan dengan itu, oleh karena itu ia melamar menjadi editor di sebuah perusahaan penerbit. Setelah sekian lama mencari, ia akhirnya mendapatkannya.

Matanya masih berat, tapi hatinya semangat, dan langsung bangun dengan tersenyum, menyambut hari baru.

'Entah apa yang akan terjadi hari ini, tapi aku siap menghadapi apapun' pikir Sang Mi sambil tersenyum..

Ia meregangkan badannya dan melakukan senam ringan, memeriksa hpnya apakah ada pesan penting atau tidak, setelah dia melihat tidak ada pesan dari siapapun, ia pun bergegas ke kamar mandi dan bersiap-siap untuk pergi ke Kantor Penerbit.

Sang Mi memilih kemeja lengan panjang yang dimasukkan ke dalam rok panjang warna coklat muda, lalu ia menambahkan belt mengelilingi pinggangnya yang ramping.

Ia berdandan sedikit tapi tetap terlihat tanpa make up, rambut panjangnya dibiarkan tergerai.

Sang Mi tidak suka terlihat jadi pusat perhatian, dia lebih suka penampilan sederhana, tapi tetap saja ia terlihat cantik, ia tidak bisa menyembunyikan wajah cantiknya.

Dengan kulit putih, tatapan mata menghanyutkan, hidung mancung, dan bibir mungilnya, sungguh ia mewarisi gen kecantikan yang alami. Setelah itu ia memakai sepatunya, dan turun ke lantai bawah..

"Saengil chukae Sang Mi ah......!!!"

Ibu dan kakak perempuan Sang Mi yang sedang menggendong bayi laki-lakinya teriak bersamaan ketika ia setengah jalan di tangga menuju ke bawah, Sang Mi tidak tahan untuk langsung tersenyum lebar menyambut pelukan mereka..

"Terima kasiih.. Aku hampir tidak ingat kalau ini hari ulang tahunku."

"Karena kau begitu bersemangat untuk bekerja sampai kau hanya fokus kesitu saja dan tidak memikirkan yang lain." Kata ibunya sambil menangkupkan tangannya yg berkerut ke pipi Sang Mi.

Sang Mi hanya menjawab dengan senyum. "Terima kasih eomma".

"Iya, jadilah anak baik, sehat dan bersemangat dalam hidupmu, kau tidak boleh putus asa dan gampang menyerah, hidup itu sulit, tapi kau harus kuat dan berjalan tegak menghadapinya!"

"Oh iya, satu lagi! Segeralah bertemu jodohmu! Pastikan dia laki-laki yang baik dan bertanggung jawab." Nasehat ibunya berapi-api.

"Mwo? Kenapa mendadak ibu menasehatiku seperti itu? Tidak seperti biasanya, biasanya ibu hanya bilang aku harus jadi anak yang rajin dan tidak malas". Ibunya hanya menjawab dengan terkekeh dan tersenyum.

"Benar apa kata ibu, kau sudah dewasa, bukan adik kecil yang dulu selalu mengekoriku kemana2, kau harus mandiri Sang Mi. Juga, jadilah lebih baik dari aku." Kakaknya juga ikut menasehati.

Sang Mi cemberut. "Huaaa, aku jadi merasa tua mendengarnya. Baiklaaaah ibu dan kakakku sayang. Ngomong2, dimana ayah? Apa dia mabuk lagi semalam?" Tanya Sang Mi.

"Sst, bukan semalam, tapi tadi pagi, dia baru pulang tadi pagi, dan iya, dia mabuk berat lagi". Jawab kakaknya.

Sang Mi hanya menghela nafas lalu mencium dan menyapa keponakannya sebelum berjalan ke meja makan untuk sarapan bersama.

Ibunya sudah menyiapkan alat makan dan menyuruh mereka untuk duduk dan makan bersama.

"Kita harus merayakannya Sang Mi!" Tegas ibunya tiba tiba.

Sang Mi sedikit terkejut dengan teriakan ibunya tiba-tiba.. "Merayakan apa?" Tanyanya bingung.

"Tentu saja ulang tahunmu, dan juga karena pekerjaan pertamamu, mari kita rayakan saat kau sudah pulang kerja, nanti aku akan masak sup rumput laut yang enak dan telur puyuh kesukaanmu. Bawalah bir untuk kita minum bersama nanti, tidak usah banyak-banyak, cukup untuk bersenang-senang sedikit." Jelas ibunya bersemangat.

"Baiklah bu. Tapi jangan memasak banyak masakan, 2 saja cukup, aku tidak mau ibu lelah." Jawab Sang Mi.

"Ah iya, nanti aku yang akan beli kuenya, aku akan beli di toko kue di ujung jalan itu sekalian aku beli keperluan untuk Soo Jin, dia butuh beberapa baju dan barang lainnya juga karena dia cepat sekali tumbuh". Kakaknya menambahkan.

Soo Jin satu-satunya keponakan Sang Mi, umurnya baru 4 bulan, ayah Soo Jin atau suami kakaknya pergi begitu saja karena wanita lain, meninggalkan kakaknya yang sedang hamil besar.

Sang Mi lah yang mendampingi kakaknya dalam menghadapi kesedihan bahkan saat kakaknya melahirkan, mereka bergantian menjaga dan merawat si kecil, sehingga Sang Mi pun merasa Soo Jin sudah seperti anaknya sendiri.

Saat ini kakaknya usaha dengan berjualan online, jadi kakaknya bisa leluasa dengan pekerjaan dan merawat anaknya.

Ayah dan ibunya tidak bisa terlalu banyak membantu karena ayahnya bekerja di siang hari dan hampir setiap hari pulang dalam keadaan mabuk berat, ibunya badannya lemah dan rentan sakit, jadi tidak boleh terlalu lelah.

Selesai makan, Sang Mi segera bersiap-siap berangkat. Saat ia berpamitan dengan ibunya, ibunya memeluknya dengan sangat erat, "Sukses di hari pertamamu, jangan lupa tersenyum, hwaiting!" Sang Mi tertawa, tapi entah kenapa ia merasa aneh dengan pelukan ibunya yang terlalu erat, tidak seperti biasanya....

'Ach sudahlah, aku tidak mau berpikiran aneh2, aku harus fokus bekerja, ini hari pertamaku'. Pikir Sang Mi.

Sampai di kantor Sang Mi langsung disibukkan dengan arahan dari atasannya, ia dijelaskan bagaimana prosedur seorang editor dalam bekerja, apa yang boleh dilakukan dan tidak boleh dilakukan.

Sang Mi sangat fokus, sampai tidak terasa hari sudah menjelang sore. 'Jam berapa ini? Mengapa langit sudah mulai gelap? Wah, hpku mati, aku lupa mengisi daya baterainya karena terlalu fokus bekerja' gumam Sang Mi.

'Apa yang lain sudah pulang? Kenapa sepi sekali? Aku sampai tidak sadar'. Hanya ada 1 atau 2 orang yang masih sibuk bekerja di meja seberang ruangan itu..

Ia pun berjalan sedikit untuk melihat jam dinding yang terhalang lemari kabinet berisi file perusahaan. Sang Mi terkejut saat melihat jam, "Waah, ternyata sudah lewat jam kantor, aku harus segera pulang! Ibu dan kakak pasti sudah menungguku."

Sang Mi pun langsung membereskan kertas-kertas dan mematikan komputer, serta mengambil tas ranselnya.

Di dalam bis, Sang Mi mulai merasakan lelah karena pekerjaannya di hari pertama, ia hampir saja tertidur, namun dikagetkan dengan sirine mobil pemadam kebakaran yang melewati bis yang ia naiki.. "Kebakaran? Dimana kejadiannya?" Ucap Sang Mi dalam hati.

Entah kenapa seketika perasaannya mulai tidak enak, seperti ada yg menghimpit dadanya, dan jantungnya mulai bertambah cepat..

Sang Mi menghirup nafas panjang, 'tenang Sang Mi, tidak ada apa-apa, semua baik-baik saja', mantranya dalam hati.. Tapi kenapa jantungnya masih berdetak kencang?

Turun dari bis, Sang Mi segera berlari menuju rumah, dari ujung gang dia sudah melihat kepulan asap hitam membubung tinggi dan masih ada api yang berkobar, semua itu berasal dari.....







rumahnya..

Sang Mi membelalak dan langsung lemas.


"Oh, tidak!"

Trusting YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang