KOMA 18

2.5K 287 6
                                    

Mendadak

"Mondar-mandir aja terus sampai pusing!"

Seruan itu membuat gadis yang tengah khawatir mengerutkan hidungnya tidak terima. Pemuda yang baru saja bangun sungguh tidak memahami situasi.

"Gue udah pusing dari semalam. Ayah, tu, sebenarnya ke mana? Masa tumbenan semalam dia izin untuk pergi ke rumah temen dan enggak pulang?!" Gema masuk ke rumah, mendekati sahabatnya yang sejak semalam menemaninya. Taksa mendapat tugas untuk menjaga Gema, sehingga dia bermalam di rumah gadis itu sampai pegal-pegal karena tidur di sofa.

"Ayah pasti punya alasan," sahut Taksa begitu yakin.

"Apa lo tau sesuatu? Gue tau lo sering ngobrol sama Ayah. Buktinya lo disuruh nginep buat jagain gue," celetuk Gema. Dia tahu ayahnya mempercayai Taksa, sampai meminta pemuda itu bermalam, dan Gema yakin pemuda itu tahu sesuatu.

"Kalau Ayah pulang juga nanti lo akan tau. Ngapain juga lo nanya gue?"

Gema mendecak, jawabannya benar-benar tidak menguntungkan. Gema khawatir, mengapa mendadak ayahnya tidak pulang. Katanya, dia berkunjung ke rumah temannya, sehingga tidak dapat pulang. Namun, tetap saja Gema khawatir.

"Ayah!" pekik Gema ketika melihat lelaki itu berjalan masuk ke rumah. Akhirnya ayahnya pulang juga.

"Ayah kenapa baru pulang, sih? Gema khawatir," protes Gema membuat lelaki itu tersenyum.

"Ayah lebih khawatir sama kamu," kata Fahar seraya duduk di sofa rumahnya.

"Kenapa khawatir sama Gema, 'kan, ada Taksa. Lagian Ayah kenapa ke rumah temen sampai nginep, sih?"

Pertanyaan itu membuat Fahar menatap Taksa, dia bersyukur Gema memiliki pemuda itu di sisinya.
Fahar kemudian menepuk sofa agar dua anak muda itu duduk di samping kanan dan kirinya.

"Ayah mau bilang sesuatu ...."

Suara Fahar yang terdengar serius membuat jantung Gema berdenyut tidak karuan. Jujur saja dia takut ayahnya berucap macam-macam.

"Kita akan pindah rumah."

Apa? Pindah? Apa Gema tidak salah dengar? Ayahnya meminta pindah, sedangkan dia tahu betul ada banyak kenangan di rumah ini. Bahkan, memori tentang ibunya masih utuh di setiap sudut.

"Sejak kapan Ayah pengen pindah? Dan ... mau pindah ke mana? Kita enggak punya cukup uang untuk pindah, Yah," terang Gema berusaha menyadarkan laki-laki yang entah mengapa menurutnya aneh.

"Sejak kemarin Ayah berpikir untuk pindah rumah. Masalah uang, Ayah memiliki tabungan pensiunan Ayah."

Gema masih tidak percaya sampai bingung harus berkata apa. Bahkan matanya melirik pada Taksa, bermaksud menanyakan apa yang sebenarnya ayahnya pikirkan.

"Ayah ke rumah teman, sekaligus bos Ayah dulu, untuk mengambil uang pensiunan Ayah, dan meminjam ke teman Ayah," ungkap Fahar. Pria itu sejak kemarin memilih tidak pulang untuk meminta uang pensiunannya, sekaligus meminjam uang pada temannya. Semua itu dia lakukan demi Gema, dia ingin gadis itu pergi dari daerah yang saat ini mereka tempati.

"Yah, mau balikinnya gimana?" Gema masih tidak percaya, dia bingung mengapa ayahnya tiba-tiba memiliki pikiran semacam itu.

"Taksa ...."

"Iya, Yah?" Taksa langsung menyahut ketika namanya dipanggil.

"Bantu Gema untuk bersiap, ada banyak hal setelah ini yang harus dia lakukan."

"Yah!" potong Gema masih tidak paham.

Taksa mengajak Gema ke kamar gadis itu untuk meninggalkan Fahar sendiri, setidaknya pria itu bisa istirahat, pikirnya.
Di dalam kamar, Gema menatap Taksa tidak paham.

"Gue mau ngomong penting sama lo," ungkap Taksa.

"Kenapa semua orang jadi aneh, sih? Muka kalian pada sok serius," cela Gema masih jengkel. Dia tidak mengerti apa yang sebenarnya terjadi. Mendadak ayahnya berpikir pindah rumah, secepat itu? Hanya dalam waktu semalam ayahnya memikirkan hal itu, ini gila.

"Gue punya tabungan, isinya lumayan karena dari SMA gue udah kumpulin itu semenjak bantu Papa di bengkel." Suara Taksa mengalihkan perhatian.

"Terus?"

"Pakai tabungan gue buat pindah, ada banyak yang perlu lo lakuin."

Gema mengusap keningnya, lalu memijit pelipis karena merasa tidak paham. "Kenapa mendadak kalian kompak anehnya? Hal penting apa yang harus gue lakuin?"

"Ayah udah tau kalau mamanya Ansel yang membuat kalian berpisah."

Penuturan Taksa seketika membuat Gema terdiam, matanya menatap tidak percaya. Bagaimana ayahnya tahu yang sebenarnya, sampai bertindak sejauh ini deminya. Pantas Gema melihat kilatan berbeda di mata pria itu tadi. Apakah rencana pindah rumah alasannya karena Ansel? Namun, Gema pikir itu tidak perlu.

"Ayah tau alasan kalian putus. Plis, pakai aja tabungan gue, Gem. Ayah udah punya rencana masa depan lo."

.
****

Hatiku sesak. Kalian iya enggak?
Bacanya tu kayak, ah Ayah.

Jangan sampai ketinggalan part selanjutnya ya. Kasih voment dulu.
Makasih readers.

KOMA | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang