Sayap
"Aku akan menjadi sayapmu, sampai kau dapat memetik salah satu bintang yang kau inginkan."
Sebungkus bubur kacang hijau sudah dia tenteng, langkahnya mendekati gadis yang kini masih tidur di kasurnya. Ya, setelah semalaman sahabatnya itu menangis, akhirnya Taksa dapat membawa gadis itu pulang ke bengkel, karena Gema tidak mau pulang ke rumahnya. Beruntung, Fahar mengerti ketika Taksa mengatakan Gema akan menginap. Meski ada sedikit ancaman karena harus menjaga putri lelaki itu.
Setelah meletakan bubur di meja, tangan Taksa terulur untuk menyingkirkan rambut yang menutupi wajah gadis itu. Namun, tidak sengaja dia menyentuh permukaan pipi Gema yang sedikit panas.
"Gem!" Taksa memekik. Dia memeriksa suhu tubuh Gema dengan meletakan telapak tangan di kening dan leher gadis itu. Gema benar-benar demam sekarang.
"Gem, badan lo panas banget. Cepetan bangun, gue harus bawa lo ke Dokter!" Taksa membantu gadis itu bangkit, tetapi Gema menggeleng dengan lemah.
"Aku mau di sini aja."
"Badan lo panas. Ayok! Kita harus ke Dokter."
Gema kembali menolak, dia terus saja terbaring di kasur tanpa ada niatan untuk ke Dokter. Akan lebih baik dia berdiam di sana, Gema tidak bisa bertemu Dokter mana pun. Lagi-lagi, Gema meneteskan air matanya.
"Ok, kalau lo enggak mau ke Dokter, biar gue cari obat dulu." Taksa beranjak untuk membeli obat, dia tidak memiliki pilihan lain karena Gema tidak mau menurutinya.
Di ranjang, Gema menahan segala serangan di tubuhnya. Bukan hanya demam, tetapi seluruh tubuhnya benar-benar tumbang, lemah tidak berdaya.
Andai saja Ansel di sampingnya, mungkin kini pemuda itu akan memeriksa dan merawatnya seperti yang pernah dia lakukan. Namun, kenyataannya kini Taksa yang tengah mendampinginya, seorang sahabatlah yang kini berusaha merawatnya.Lebih menyakitkannya lagi, Gema merindukan sosok Ansel yang akan dia tinggalkan, sesuai permintaan Rania. Demi apa pun, pernyataan wanita itu memukul keras hatinya.
"Ansel masih mencintai Leta."
Tidak mungkin. Gema tahu penuturan itu hanya ingin membuatnya menyerah, jika benar, lalu mengapa Ansel harus melamarnya di depan Fahar?
"Buktinya dia selalu berusaha untuk bisa satu rumah sakit dengan Leta, karena dia masih ingin melihat Leta dari kejauhan."
Gema terisak lagi mengingat ucapan Rania. Dia menjadi bertanya-tanya, apakah wanita itu benar? Apa Ansel melamarnya hanya ingin membuat Leta cemburu? Apakah Ansel berada di rumah sakit yang sama agar dia dapat mengawasi mantan kekasihnya, yang masih dia cintai? Jika semua itu benar, Gema ingin sekali mengatakan pada Ansel, untuk berterima kasih atas luka yang dia berikan.
Leluconnya membuat orang lain hampir saja mati rasa.Gema segera menghapus air matanya ketika pintu kamar terbuka. Taksa datang dengan obat di tangannya. Akan tetapi, pemuda itu menahan ucapannya karena begitu kelu, meski ada banyak sekali yang ingin dia bicarakan dengan Gema.
"Gem ...." Taksa mengusap kepala gadis itu dengan lembut, meski sangat pelan karena takut melukainya.
"Ayah udah di depan." Penuturan Taksa membuat Gema bangkit. Matanya yang bengkak karena semalaman menangis membuat penampilannya begitu menyedihkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMA | End
RomanceTidak pernah terpikir sebelumnya oleh Gema, dia mencintai Dokter yang merawat ayahnya sendiri, memacarinya sampai mengikat janji. Namun, apa jadinya jika derajat menjadi sekat baginya dengan dia. "Suka banget sama jas Dokter, kenapa, sih?" tanya An...