KOMA 7

3.4K 357 12
                                    

Suami Dokter

Beberapa hari terakhir, gosip di rumah sakit tengah hangat membicarakan salah seorang Dokter tampan mereka.
Angin berembus selalu membawa dua nama, Gema dan Ansel. Lagi-lagi, gadis berambut merah gelap itu menghela napas lelah, telinganya panas mendengar teman sejawatnya membicarakan Gema.

Leta baru tahu ketika hari itu dia menabrak gadis yang ternyata kekasih Ansel. Suster di sekitar yang melihat kejadian itu, telah memberi tahunya, jika tidak maka Leta tidak akan pernah tahu.
Kabar Ansel yang memiliki pacar lagi setelah putus dengannya, memang sempat Leta dengar. Akan tetapi, selama ini dia tidak memedulikannya, karena Leta sangat yakin Ansel belum dapat melupakannya. Namun, entah mengapa Leta tidak bisa terus mengabaikan mantan kekasihnya yang masih dia cintai. Demi apa pun, Leta ingin kembali bersama Ansel seperti dulu, tetapi pemuda itu kini memiliki gadis lain.

Meski sudah mencoba mendekati mantan kekasihnya itu, Leta selalu diabaikan. Namun, Rania selalu mendukung hubungannya dengan Ansel, dan itu sangat membantunya.

Melihat pemuda yang tengah dia pikirkan berjalan ke arahnya, Leta beranjak mencegatnya. "Sel ...."

Mata pemuda itu enggan menatap, melainkan lebih memilih melempar sapa pada rekannya yang lain. "Maaf lagi sibuk."

Ansel melanjutkan langkahnya, begitu juga Leta yang mengikutinya. Gadis itu mensejajarkan langkah kakinya dengan Ansel agar tidak tertinggal.

"Aku mau ngomong."

Ansel masih sibuk membolak-balikan catatan pasien di tangannya, dia berusaha sesibuk mungkin untuk tidak menghiraukan Leta.

"Beberapa hari lagi aku akan ada operasi, kamu enggak mau nyemangatin aku?"

Pertanyaan itu membuat langkah keduanya berhenti di lorong. Ansel mengedarkan pandangannya, dan dia dapat melihat beberapa orang yang mengetahui kalau mereka adalah mantan kekasih—menatap curiga.

"Saya lagi sibuk dan harus ke ruangan. Permisi." Ansel mempercepat langkahnya meninggalkan Leta. Namun, sialnya gadis itu masih mengikutinya hingga ke ruangan.

"Sel, apa kamu masih enggak bisa maafin aku? Aku cuma mau kita bisa akrab kayak temen biasa," kata Leta dengan nada memelas.
Sayangnya, Ansel sama sekali tidak tertarik apalagi luluh.

"Ada salah satu pasien kamu di ruangan VIP nomor lima, dan dia akan aku tangani di ruang operasi beberapa hari lagi. Kamu sama sekali enggak mau bekerjasama, atau minimal kasih semangat ke aku?"

Gadis itu masih mencerocos, dan Ansel menjadi sangat terganggu dengan keberadaannya. Ansel sampai membanting buku laporannya karena kesal. "Semoga kamu enggak mengoceh di ruang operasi."

Kata-kata Ansel begitu menyakitkan, tetapi Leta tidak mempermasalahkannya. Setidaknya, pemuda itu mau mendoakannya.

"Sel—" Pekikan itu terhenti ketika pemuda bernama Cakra melihat ada sepasang mantan kekasih berada di satu ruangan.
Wajahnya menatap curiga, bahkan tidak begitu bersahabat.

"Ada apa?" Suara Ansel menyadarkan Cakra yang masih di ambang pintu.

"Lo masih ada tugas?" Cakra masuk dan tidak menyapa Dokter cantik di sebelahnya. Pemuda itu tahu masa lalu keduanya yang sedikit membuat Cakra ikut emosi.

"Tinggal ngecek satu lembar lagi selesai. Kenapa?"

"Lo ada janji sama seseorang?" Cakra memiringkan kepala, alisnya naik turun dengan wajah jail. "Ada Aigema di depan nungguin lo. Katanya ada janji."

KOMA | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang