KOMA 15

2.8K 298 2
                                    

Seperti Papa

"Akhirnya kamu pulang–" Ucapannya terhenti ketika ingin memeluk putranya, tetapi ditepis oleh pemuda itu.

Wajah pemuda tampan yang diwariskan oleh papanya begitu marah. Matanya menatap tajam, tangannya mengepal kuat. Rania hendak bertanya apa yang terjadi, tetapi pemuda itu melontarkan pertanyaan lebih dulu.

"Apa yang udah Mama lakuin ke Gema?" Suara Ansel terdengar pelan, berusaha tenang meski terdengar begitu dingin. Ansel pulang bukan untuk meleburkan rindu pada mamanya, tetapi dia ingin meminta kepastian dari wanita itu.

"Mama sengaja lakuin itu untuk menghancurkan anak Mama sendiri?"

"Ansel!" Rania membentak tidak terima.

"Mama minta Gema mundur saat Ansel nyiapin keluarga buat memperkenalkan dia? Mama hebat," lanjut Ansel seraya bertepuk tangan untuk mamanya. Ia tidak menyangka, rencananya mengenalkan Gema pada keluarga, gagal tepat saat Rania meminta kekasihnya menyerah.

"Sekarang aku tau, Mama memang enggak mau lihat Ansel bahagia." Ansel pikir mamanya berubah pikiran, ternyata tidak.

"Kamu juga enggak mau menghargai Mama? Mama udah merawat kamu sendiri semenjak pisah sama Papa, dan kamu mau buat Mama kecewa?" balas Rania tidak mau kalah. Kini, putranya berani menatap mamanya sendiri dengan mata tajamnya. Ini yang selama ini Rania takutkan.

"Buat Mama kecewa? Kecewa karena bakal punya menantu seorang kasir? Sekarang aku tanya sama Mama, lebih baik aku nikah dengan Gema yang kasir kafe, atau nikah sama wanita yang suka mengkhianati pasangannya?" Ansel gusar dengan semua ini. Mamanya sama sekali tidak tahu apa yang telah dia lewati selama ini. Wanita itu hanya dapat menilai apa yang dia lihat tanpa  mencari tahu kebenarannya.

"Maksud kamu apa?"

"Mama nyuruh Ansel nikah sama Leta, kan, habis ini?" tebak Ansel membuat wanita di depannya terdiam. Ya, karena tebakannya tepat sekali.

"Apa Mama tau kenapa Ansel pisah sama Leta?" Ansel bertanya lagi. Namun, Rania masih enggan untuk menjawab meski hanya gelengan atau anggukan kepala saja. Sejujurnya, Rania tidak ingin tahu apa penyebabnya, dia hanya ingin Leta.

Ansel mengumpulkan keberanian untuk jujur kali ini, sudah cukup untuk menyembunyikannya. "Karena dia sama kayak Papa. Selingkuh."

Deg!
Rania merasa dadanya menjadi sesak setelah mendengar ucapan putranya. Apakah yang Ansel katakan itu benar? Mana mungkin Leta mengkhianati putranya. Rania melihat kalau gadis itu sangat mencintai Ansel selama ini.

Di sisi lain, Ansel sudah tidak tahan sehingga harus membandingkan papanya dengan Leta, yang mana sama-sama mengkhianati pasangannya. Selama ini, Ansel tidak berani memberikan keterangan pada Rania tentang putusnya dengan Leta, itu semua karena takut mamanya akan merasa sakit hati. Nyatanya keputusan itu salah karena justru membuat wanita itu terus saja memuji Leta.

"Leta enggak mungkin begitu." Rania menggeleng tidak percaya.

"Apa Mama nyangka Papa bakal khianatin Mama karena dia kelihatan mencintai Mama? Sama, kan? Ansel enggak akan terjebak dua kali, Ma," tegas Ansel.

Rania menggeleng, dia masih sangat percaya kalau Dokter cantik itu sangat mencintai anak semata wayangnya. "Mungkin aja kamu salah paham, atau Leta cuma khilaf melakukan itu ke kamu."

Ucapan mamanya menghajar habis perasaan Ansel, sampai membuat dia tertawa sumbang. Sudah cukup Ansel menjadi korban perpisahan orang tuanya karena pengkhianatan, dan kini mamanua masih dapat membela Leta ketika dia sudah tahu kenyataanya? Tidak dapat dipercaya. Jangan-jangan, wanita itu menyesal telah berpisah dengan Papa? Atau ... dia ingin mengatakan kalau Papa juga dulu hanya khilaf? Tidak mungkin.

KOMA | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang