KOMA 20

2.8K 295 6
                                    

Dua Tahun Berarti

"Tentang luka, menunggu dia kering dan terobati hanya waktu yang dapat membantu. Bukan hanya suasana baru."

2 Tahun kemudian.

Seperti biasa, tempat makan yang satu tahun belakangan booming karena keunikannya, kini tengah ramai pengunjung.
Bukan hanya berdominan anak muda yang mengincar spot foto, tetapi juga kolega-kolega besar yang tidak jarang mengadakan rapat di sana.

"Siang, Bu!" Sapaan itu terdengar saat gadis yang memakai dres lucu berwarna hitam dan jas kuning kunyit melewati para karyawan. Ia pantas mendapatkan sapaan sopan tersebut, karena dia adalah pemilik restoran.
Kakinya melangkah ke bagian belakang restoran yang terdapat area makan di tengah kolam luas.

Ya, restoran bernama Makanais didesain unik, dari bentuk bangunan persegi panjang yang tidak terlalu luas, tetapi memiliki dua lantai, lalu memiliki tempat luar yang sangat digemari anak muda untuk nongkrong karena arenanya yang unik, yakni duduk di bagian atas kolam yang dangkal.

Areanya yang luas membuat pengunjung nyaman. Bahkan kolam sengaja memakai atap kaca tebal dan bening berbentuk cekung menelangkupnya, yang membuat pengunjung tetap dapat melihat langit, semakin menambah kenyamanan. Ditambah, restoran tersebut memiliki konsep unik, yakni taman yang asri.

Sang pemilik membuat restorannya sejuk dengan area luar berkolam yang lebih lebar dari area dalam, dengan banyak tanaman hijau di sekitarnya.

Gadis yang semakin cantik itu menemukan punggung pemuda menyebalkan di tengah kolam, dia tengah asyik menceburkan kakinya.

"Saya suka kerja kamu," ucap pemuda itu ketika menyadari keberadaannya.

"Dan ... apa kamu jadi traktir saya?" Suara tegas yang dibuat-buat itu membuat gadis di depannya mendengkus.

"Anda boleh makan sepuasnya di sini, Pak Taksa!"

Keduanya terbahak. Setelah satu bulan tidak bertemu, pemuda bernama Taksa mengunjungi gadis menyebalkan yang entah mengapa masih dia cintai. Aigema Tara, gadis itu kini telah sukses dengan restoran yang dia bangun bersama ayahnya. Tidak! Taksa memang terlibat, tetapi Gema benar-benar pintar dalam hal mengelolanya.

Keduanya lalu duduk di area makan tengah kolam, lalu menikmati makan siang yang sudah disiapkan.

"Gue akui restoran lo makin maju, pasti berkat muka gue yang ganteng di banner iklan."

Gema mendecak, pemuda itu benar-benar menjengkelkan. Ya, dia akui Taksa memang berperan penting dalam bisnis restoran yang dia bangun dua tahun lalu. Taksa berkenan menjadi model tanpa bayaran, lalu yang lebih membuat Gema terkesan, pemuda itu yang meminjamkannya modal limapuluh persen.

"Ya, berkat Anda yang sok ganteng restoran semakin rame." Gema mengakuinya saja, agar pemuda itu senang.

"Gue emang ganteng. Lo enggak lihat transformasi gue?"

Gema terkekeh, dia akui wajah Taksa memang tidak buruk, tetapi penampilan premannya masih menempel hingga sekarang. Lihat saja celana sobek-sobeknya, ingin sekali Gema menggantinya dengan celana kolor.

"Berubah jadi Power Ranger? Kelihatan, sih," cela Gema membuat pemuda itu mencubit pipinya.

"Kalau gue dandan pakai jas, rambut aduhai, gue jamin lo nggak kuat lihat kegantengan gue. Pasti langsung bertekuk lutut!" ujar Taksa begitu percaya diri.

Gema pun mengangguk. "Kalau tau gitu kenapa nggak dari dulu aja?"

Ah, Taksa terjebak dalam obrolannya sendiri. "Baru nyadar."

Gema menggeleng heran, Taksa memang aneh sejak dulu. Detik kemudian, Gema mengingat sesuatu, ada hal penting yang ingin dia sampaikan. "Sa, gue mau balikin uang lo."

Perhatian Taksa teralihkan, dia meletakan alat makannya di sisi piring setelah mendengarnya, lalu menyahut, "Nggak usah dipikirin, anggap aja gue nggak pernah kasih itu."

"Enggak, Sa. Sekarang giliran lo wujudin apa yang lo mau. Bukannya uang tabungan yang lo kasih ke gue itu untuk buka bengkel yang lebih gede? Sekarang giliran gue bantu mewujudkan itu."

Taksa terdiam, dia sama sekali tidak memikirkan uang yang pernah dia berikan pada Gema, melihatnya sukses saja sudah cukup baginya. "Lo ingat, gue pernah bilang akan jadi sayap lo, untuk meraih bintang yang lo mau, kalau lo balikin, itu sama aja gue ingkar janji."

Ya Tuhan, Gema tidak sanggup jika begini jadinya. Dia tidak ingin memanfaatkan orang yang mencintainya. Bukan tanpa alasan, Gema belum dapat membalas perasaan pemuda itu sampai saat ini. Sikap Taksa justru membuatnya semakin merasa bersalah.

"Gue akan tetap ganti, Sa. Itu bukan uang berjumlah sedikit." Gema tidak mungkin hidup dengan uang orang lain. Bagaimana mungkin, tabungan sejak SMA yang Taksa kumpulkan hanya untuknya. Gema merasa menjadi gadis menjijikkan.

"Gue gagal jadi sayap lo kalau duitnya diganti?"

Gema menggeleng keras. "Lo tetap jadi sayap gue, karena gue yang sekarang atas kerja keras lo juga."

"Kalau itu mau lo, ok. Gue akan jadi sayap lo lagi nanti pada saatnya."

Pada saatnya?

****

Hwaaa, ternyata ada dunia baru Gema selepas pergi dari Ansel.

Jangan lupa voment.

KOMA | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang