Terbalik
"Kini aku tahu, bagaimana rasanya ditinggal tanpa pamit. Seperti kehilangan separuh nyawa, raga bergerak tanpa sukma."
Tangannya digenggang erat, tetapi tidak lama pemuda berkulit putih itu melepaskannya. "Dia ada di sana."Penuturan itu membuat mata indah Aigema berkali-berkali menatap bingung. Mengapa Ansel tahu Taksa ada di jembatan danau yang sering dia kunjungi? Apa dua lelaki itu saling berkomunikasi? Gema tidak mengerti.
"Ko–"
"Samperin dia." Ansel hendak pergi, tetapi tangannya ditahan.
Gema bingung, mengapa ada tatapan berbeda dari Dokter Ansel. Hatinya masih milik pemuda di depannya, tetapi seolah ada dua belahan yang tidak dapat dijelaskan. Gema merasa egois karena menginginkan dua pemuda sekaligus.
"Enggak apa-apa." Ansel mengecup kening Gema dengan lembut, sedikit lama, karena dia masih merindukan gadis kesayangannya itu, sekaligus merasa ini akan menjadi yang terakhir. Setelahnya, Ansel kembali ke mobil dan meninggalkan gadis itu, dia tahu Gema mencari Taksa sejak kemarin.
'Enggak apa-apa'. Ansel terus saja meyakinkan dirinya sendiri untuk tidak berpikir macam-macam.
Sudah tidak sabar ingin memaki, Gema langsung ke jembatan untuk menemui Taksa yang sempat menghilang beberapa hari ini.
"Taksa!"
Seruan itu membuat pemilik nama langsung menoleh.Gema mempercepat langkahnya, lalu memukul tubuh Taksa ketika dia sampai tepat di hadapannya.
"Kenapa kamu ngilang? Kenapa kamu pergi? Kenapa kamu rusak foto aku? Kenapa kamu nyebelin?!" Gema berteriak seraya memukul dada sahabat baiknya itu. Namun, Taksa justru diam dan membiarkannya.
"Apa kamu sengaja ninggalin aku? Biar apa? Biar aku menanggung bengkel kamu?"
Seketika, Taksa mencekal kedua tangan gadis itu, dia menatapnya dengan tajam. "Kenapa lo cari gue?"
Mata Taksa berkaca-kaca, dia sudah menghilang untuk menghindari Gema, tetapi bodohnya gadis itu malah mencarinya. Bahkan, Ansel mengatakan padanya kalau Gema menangisinya juga. Mengapa harus begitu? Bukankah akan lebih baik kepergiannya tidak dicari, tidak pula ditangisi, agar Taksa dapat membiarkan perasaannya terkubur oleh waktu.
"Kenapa lo cari gue?" tanya Taksa lagi. Suaranya terdengar bergetar, dia menahan segala kekesalannya pada Gema.
"Karena kamu sahabat aku, karena aku sayang sama kamu, karena kamu yang udah buat aku berdiri sejauh ini, karena aku enggak bisa sendiri!" Gema menyahut penuh emosi.
Mendengar jawaban Gema, Taksa terkekeh sumbang. "Lo enggak bisa hidup tanpa gue?"
Gema terdiam, seketika ada pertanyaan muncul di kepalanya. 'Apa iya, aku enggak bisa hidup tanpa Taksa?' Tidak mungkin, lalu akan disebut apa perasaan semacam itu? Cinta atau egois?
"Kenapa lo harus cari gue? Kenapa lo enggak bisa sendiri?" Taksa sangat marah mendapatkan jawaban konyol gadis itu. Gadis itu ingin dia di sisinya, tetapi Gema di sisi orang lain. Apa menurutnya itu tidak menyakitkan? Apa itu adil?
"Sa, kami enggak bisa pergi setelah semua kita lewati bersama. Aku mau kamu tetap ada di sisi aku." Gema langsung memeluk tubuh pemuda di depannya.
Gadis itu tidak tahu, Taksa marah dengan tindakannya. Gema memintanya tetap di sisinya, hanya sebagai sahabat bukan? Taksa tahu itu. Ia selalu bertanya selama ini, mengapa dia harus mencintai sahabat kecilnya sendiri? Mengapa harus begitu. Menjengkelkannya lagi, Taksa juga tidak dapat pergi sepenuhnya dari Gema. Mengapa ada ikatan seperti itu di dunia ini?
"Apa lo cinta sama gue?" Suara Taksa membuat kedua tangan gadis itu mengurai pelukannya. Gema menatapnya dengan penuh tanya.
"Kenapa lo pengen gue tetap di sisi lo, sedangkan lo tau gue cinta sama lo? Apa menurut lo enggak menyakitkan, waktu tau lo sama Ansel lagi?" Taksa tidak dapat menahan air matanya. Meski konyol, dia membiarkan benda bening itu meluncur bebas.
Tangan Gema gemetar, dia telah melupakan perasaan pemuda itu. "Sa ...."
Gema sampai tidak dapat berkata-kata karena bingung. Di hatinya masih dikuasai nama Ansel, tetapi dia juga tidak ingin ditinggalkan Taksa. Gema sendiri tidak tahu mengapa dia seegois itu. Setelah banyaknya pengorbanan Taksa untuknya, Gema sadar sebesar apa perasaan pemuda itu untuknya.
Jika ditanya bagaimana perasaannya pada Taksa, sempat Gema ingin membalasnya–sebelum Ansel kembali. Akan tetapi, kini berbeda, Gema bisa gila memikirkannya. Dia tidak dapat memilih antara keduanya.
"Apa kita enggak bisa kayak dulu?" tanya Gema menahan isakannya.
Seperti dulu? Apa maksud Gema adalah sahabat baik tanpa melibatkan perasaan? Taksa tidak bisa, karena perasaan itu datang tanpa diminta.
"Apa lo enggak bisa tinggalin gue?" Taksa ingin ditinggalkan.
"Taksa!" Gema tidak terima dengan ucapan pemuda itu. Sungguh, ini sangat menyakitkan.
Gema menatap pemuda di depannya dengan pilu. Pikirannya benar-benar kalut sekarang. Ada dua pria yang tidak bisa dia tinggalkan.
Begitu juga Taksa yang tidak dapat meninggalkan, tetapi juga tidak dapat terus tinggal. Dia rasa, dia, Gema dan Dokter Ansel sama-sama tidak ingin meninggalkan.
"Kalau gitu, nikah sama gue, Gem."
.
.
****
Baca terus sampai perasaan kalian benar-benar dibolak-balik.
Siapin hati kalian pokoknya.
Kasih voment dong, ramaikan lapaknya.
Makasih.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMA | End
RomanceTidak pernah terpikir sebelumnya oleh Gema, dia mencintai Dokter yang merawat ayahnya sendiri, memacarinya sampai mengikat janji. Namun, apa jadinya jika derajat menjadi sekat baginya dengan dia. "Suka banget sama jas Dokter, kenapa, sih?" tanya An...