KOMA 21

2.6K 277 11
                                    

Ikatan Kuat Antara Kita

Setelah makan siang, dengan penuh paksaan Taksa dibawa ke mal dan salon untuk membenahi diri. Gadis itu benar-benar ingin menyiksanya. Setelah membeli setelan rapi, Taksa mengganti gaya rambutnya lebih maskulin dan dewasa.

Gema memilih duduk seraya bermain ponsel di ruangannya yang berada di restoran. Dia menunggu pemuda itu keluar dari toilet. Entah kenapa Taksa begitu lama berganti baju.

"Bocil!" Panggilan khas dari Taksa membuat gadis itu terperanjat.

Gema mengangkat kepalanya, lalu terkejut melihat Taksa yang sangat berbeda. Dengan setelan rapi dan rambut baru, pemuda itu telihat lebih dewasa dan karismatik. Sungguh Gema akui dia melihat Taksa yang lain. Ternyata, wajahnya lebih tampan setelah berganti gaya rambut. Benar kata pemuda itu, dia akan lebih tampan jika begini.

"Puas?" tanya Taksa menyadarkan keterkejutan Gema.

Gadis itu lalu tersenyum dan mendekat, memperhatikan penampilan yang terlihat sangat berbeda itu. "Kalau gini, lo terlihat pantas jadi bos."

"Gue udah bilang, gue terlalu ganteng kalau gini."

Menyebalkan, tidak bisakah dia merendah sedikit? Gema ingin sekali menjambaknya jika saja tidak ingat kalau rambut Taksa sudah rapi.

Gema merapikan jas Taksa yang berpadu dengan kaus hitam di dalamnya. Idenya untuk membuat Taksa berubah benar-benar berhasil. Tidak perlu rapi seperti bos kantor, tetapi Gema membuat penampilan pemuda itu tetap anak muda. Terlihat dari celana jeans untuk bawahannya.

Detik selanjutnya Gema dikejutkan ketika sebuah kecupan mendarat di keningnya. Matanya membulat dengan pandangan lurus pada sang tersangka.

"Gue mau tanya sama lo, kapan lo mulai membuka hati lagi?"

Pertanyaan itu membuat Gema merasa tercekik. Taksa jarang melakukan hal itu, termasuk membahas perasaannya. Jika boleh jujur, Gema masih terperangkap di masa lalu. Dua tahun telah dilewati, tetapi semua masih sama. Gema masih sering bertanya pada dirinya sendiri, di mana Koko? Apa kabar Dokter dinginnya? Ah, mengingatnya membuat dia terluka lagi. Rasa yang Gema miliki tidak berkurang sedikit pun, dan itu menyakitkan.

"Gue ... gue—"

"Enggak usah dipaksa. Gue akan nunggu sampai lo bisa."

"Gem—" Suara di ambang pintu terhenti saat melihat dua orang tengah hanyut dalam tatapan mata.

"Danita? Enggak bisa, ya, datang ketuk pintu dulu?" gusar Gema. Dia tidak mengerti pada Danita, teman yang kini menjadi karyawannya, dia tidak pernah ketuk pintu saat masuk ruangannya. Setidaknya gadis itu dapat menghargainya sebagai pemilik restoran, meski keduanya berteman baik.

"Maaf, lain kali gue ketuk." Danita masuk, lalu melirik Taksa yang masih berdiri dengan kaku.

"Kenapa lo lihatin gue? Ganteng? Gue dari lahir udah ganteng," ujar Taksa lalu beralih duduk di sofa yang tersedia.

"Gue akui penmpilan lo lebih baik, enggak kayak gembel."

Taksa mendengkus, celaan itu benar-benar membuatnya kesal.

Di sisi lain, Danita mendekati bosnya, lalu berbisik, "Lo kenapa nggak nikah aja sama Taksa?"

Gema yang terkejut langsung terbatuk karena tersedak salivanya sendiri. Ucapan Danita benar-benar mengejutkannya. "Lo apaan, sih?"

"Lo lihat, dia ganteng, dan dia yang selalu ada di sisi lo. Kurang apa lagi?"

Ya, Gema akui dia adalah orang paling bodoh di dunia. Dia sama sekali tidak melihat Taksa sebagai pria, melainkan sebagai sahabatnya. Namun, kadang ada rasa yang begitu dalam untuknya, seperti takut ditinggalkan. Egois! Ya, Gema akui itu adalah sifat egoisnya. Dia takut ditinggalkan oleh Taksa, tetapi belum dapat menerima cintanya, Gema merasa sikapnya begitu rendah.

"Kalian lagi ngomongin gue, ya?"

Ya ampun.

****

Baper sendiri. Meski udah 2 tahun meninggalkan, tapi hati masih sering dipatahkan oleh rindu.

Duh, ada yang gagal move on juga kayak Aigema?

Voment ya.

KOMA | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang