KOMA 1

16.2K 832 10
                                    

KOMA

~~~~

Ulang Tahun Sejuta Makna

"Benar, kalau waktu tidak pernah tertebak akhirnya. Ada kejutan tak diundang, dan ekspektasi yang tidak terealisasi."


Selepas hujan, ada udara yang menyejukkan. Kaki itu berdiri di teras, menunggu seseorang untuk dia temui hari ini. Kemeja hijau muda melekat di tubuhnya, sedikit basah karena menerjang gerimis yang panjang sore ini.

"Pak Dokter?"

Ia memutar tubuhnya ketika merasa dipanggil. Senyumnya mengembang seiring dengan langkah gadis yang mulai mendekat.

"Maaf lama menunggu, saya harus izin lebih dulu tadi," ucap gadis bertubuh sedang dengan senyuman jail, membuat orang yang dia panggil 'Pak Dokter' mengeluarkan kekehan geli.

"Nggak usah sok baku, kita ada di luar rumah sakit, bukan Dokter dan pasien yang lagi konsultasi." Akhirnya pemuda berpawakan tinggi itu memprotes. Ia rasa tidak perlu bercanda, dia sudah kedingingan menunggu gadis itu keluar dari kafe tempatnya bekerja.

"Iya, deh, yang suka ngambek." Aigema, gadis itu menggoda seraya tanpa sungkan mengusap wajah kekasihnya yang sedikit basah.

"Kita berangkat sekarang?" tanya pemuda bernama Ansel, pada gadis yang telah dia pacari enam bulan lalu itu. Gema pun menganggukinya.

Setelah masuk ke mobil, Ansel mengambil sebuket bunga yang telah dia persiapkan secara mendadak. Ia memberikannya pada gadis yang hari ini tengah berulang tahun.

"Selamat ulang tahun, Gem."

Gema terperanjat, dia tidak tahu kalau pemuda tampan itu akan melakukan hal seromantis ini. Semenjak berpacaran, Ansel hanya sibuk dengan pekerjaan. Terlebih, sikapnya yang dingin dan tidak menyukai hal berlebihan, membuatnya jarang melakukan hal-hal romantis layaknya pasangan lainnya.

Dengan senyuman manis di wajahnya, Gema menerima bunga tersebut, sembari berkata, "Makasih, Ko."

Ansel Kolandifa, Dokter Spesialis Dalam yang bekerja di sebuah rumah sakit itu mendadak harus bersikap manis. Namun, dia tidak keberatan jika harus merubah sikapnya untuk membahagiakan gadis bernama Aigema Tara. Bagaimanapun, Ansel telah menyayangi gadis itu lebih dari apa yang terlihat. Gadis manis, lugu dan amat sederhana itu tidak pernah membuatnya merasa tidak nyaman. Gema selalu mampu mengimbanginya.

"Maaf aku nggak bisa bikin kejutan lebih dari ini. Bahkan, kado pun belum kebeli." Penuturan itu membuat gadis di sebelahnya tertawa.

"Pasti bunga ini dibeli tadi banget, ya? Pacar macam apa, sih, yang nggak mempersiapkan kejutan, makan malam, atau nggak minimal kue." Gema sedikit memprotes, meski sebenarnya dia sama sekali tidak mengharapkan apa pun. Dijemput dan diberi bunga saja hatinya sudah bahagia.

"Sebenarnya aku ada kejutan," ungkap Ansel seraya melajukan mobilnya yang baru keluar dari area parkir kafe.

"Kejutan apa?"
Pertanyaan Gema hanya mendapat balasan senyum manis saja, tanpa kata satu pun dari Ansel.

Gema menjadi penasaran, apa pemuda berhidung mancung itu sudah mempersiapkan sesuatu untuknya? Seperti kue, kejutan untuk mendatangkan teman-temannya, atau kado yang belum pernah dia berikan sebelumnya. Ah, Gema menjadi amat penasaran, suasana jalanan selepas hujan membuat hatinya semakin bergelora senang.

KOMA | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang