Semua Tentang Kita
"Jangan salahkan jika cinta sulit melepaskan, itu risiko mencintai terlalu dalam.""Kenapa lo pengen ikut nganter pesanan ke rumah sakit?"
Pertanyaan yang dilayangkan oleh sahabatnya membuat gadis itu tersenyum. Sejak tadi, wajah Taksa Saguna cemberut, entah apa yang pemuda itu pikirkan. Padahal, kini keduanya tengah di perjalanan naik mobil baru Taksa, untuk ke rumah sakit yang mengadakan layanan kesehatan gratis yang biasa disebut 'Konsultasi kesehatan gratis free day'.
"Lo, kan, tau, gue suka fotografi. Sekalian lihat kegiatannya, siapa tau ada yang bagus buat dipotret," sahut Gema dengan senyuman manis.
Ya, Taksa tahu gadis itu mulai menyukai fotografi semenjak patah hati. Gema menjadikan hobinya itu sebagai hobi yang menguntungkan. Contohnya saja saat dia memotret dirinya sebagai model banner restorannya. Namun, Taksa harap Gema datang ke kegiatan rumah sakit bukan untuk mengenang seseorang.
"Lo serius mau balikin uang gue?" tanya Taksa beralih pada topik kemarin yang membuatnya masih bingung.
"Iya. Kenapa? Lo nolak, atau mau minta bunga?"
Taksa mendengkus, tuduhan itu sama sekali tidak benar. Jika saja boleh memilih, dia akan meminta Gema menjadi miliknya, bukan uangnya, nyatanya tidak semudah itu. Taksa tahu gadis itu masih mencintai orang yang kini entah di mana, terbukti dari cincin pemberian Ansel yang tergantung di leher Gema, dijadikan bandul. Ah, mengingat hal itu membuatnya sesak napas.
"Lo mau gantian mewujudkan mimpi gue?" tanya Taksa, dia berharap jawaban gadis itu tidak menjebaknya lagi.
"Iya, karena lo juga udah bantu gue."
"Emang lo tau mimpi gue apa?" Taksa memancingnya, ingin sekali dia mendengar jawaban Gema adalah, 'Mimpi memiliku'.
"Bikin bengkel yang lebih gede."
Lagi-lagi gadis itu masih tidak peka, atau Gema hanya pura-pura tidak paham agar posisinya aman? Itu bisa saja terjadi.
"Lo masih nggak tau gue."
Gema diam, dia tidak menjawab karena bingung. Terserah Taksa menganggapnya seperti apa, yang pasti Gema sangat mengenal pemuda itu lebih dari siapa pun.
Ketika sampai, Gema langsung berseru kesenangan karena menemukan banyak hal yang dapat dia potret.
"Akhirnya sampai," ucap Gema lalu turun dari mobil. Namun, ketika menatap gedung rumah sakit, hatinya tergetar mengingat nama yang dua tahun ini masih bergelayut di kepala. Semuanya telah berakhir, tetapi tidak dengan kenangan yang masih sangat dia ingat. Terutama saat mengingat setiap kali mengantar ayahnya kontrol, dan Dokter tampan itu yang dia temui.
Taksa terdiam ketika melihat gadis itu mulai mengarahkan para karyawannya untuk membawa pesanan. Rumah sakit tersebut lumayan besar, pantas mengadakan acara tersebut. Taksa mendekati buku-buku yang berjejer di halaman, ada banyak judul yang berkaitan dengan kesehatan agar dapat dibaca oleh pengunjung. Kerennya lagi, rumah sakit menawarkan konsultasi gratis di area luar, dikhususkan untuk para pengunjung, bukan pasien yang sudah ada.
Di sisi lain, Gema dihampiri Dokter Iyan, yang kebetulan telah memesan makanan dari restorannya.
"Saya udah nggak sabar pengen mencicipi makanan dari restoran kamu," ucapnya dengan tulus.
Gema lalu tersenyum sopan pada lelaki yang sudah berumur itu, terlihat rambutnya yang telah memutih. "Semoga puas atas pesanannya."
"Saya nggak nyangka kalau pemilik restoran itu masih sangat muda. Semoga sukses selalu," ujar Dokter Iyan dengan tulus.
"Terima kasih. Oh iya, Dok, saya boleh memotret di sini nggak? Cuma buat koleksi dari hobi saya, bukan untuk digunakan yang lainnya." Gema meminta izin untuk mengambil gambar di sana dengan kamera.
"Sangat boleh, justru itu sangat membantu kegiatan kami kalau sampai kamu share di media sosial juga."
Keduanya tertawa. Gema tahu Dokter Iyan tengah memintanya untuk promosi. "Saya usahakan nanti. Terima kasih atas izinnya."
***
Lanjut di next part ya.
Kenapa sih kok dikit² banget?
Gini readers, sebenarnya biar partnya banyak aja. Eheheh.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMA | End
Любовные романыTidak pernah terpikir sebelumnya oleh Gema, dia mencintai Dokter yang merawat ayahnya sendiri, memacarinya sampai mengikat janji. Namun, apa jadinya jika derajat menjadi sekat baginya dengan dia. "Suka banget sama jas Dokter, kenapa, sih?" tanya An...