Istirahatkan Hati
"Terima kasih sudah merengkuh raga yang sempat melayang penuh luka."
~~Tangannya disangga arm sling. Wajahnya pucat setelah bangun dari tidur karena istirahat totalnya. Ia berpikir mengakhiri hidup karena putus asa, ternyata gagal karena hanya melompat dari lantai dua. Beruntung hanya tangannya yang mengalami patah ringan, meski tubuhnya terluka dan sakit.
Gema memalingkan wajah ketika lelaki yang menikahkannya dengan orang lain datang ke ruangan rawatnya. Dia kecewa ketika tahu ayahnya melangsungkan akad tanpa sepengetahuannya.
"Sudah baikan?" tanya Fahar seraya menarik kursi duduk di sebelah ranjang putrinya.
"Kenapa kamu menjatuhkan diri dari lantai dua?" Fahar bertanya lagi, dia merasa wanita itu sudah lebih baik, sehingga kini dia dapat bertanya apa yang sebenarnya Gema pikirkan kemarin.
"Kenapa Ayah nikahin Gema sama orang lain? Kenapa Ayah enggak nanya dulu ke Gema? Kenapa Ayah enggak memilih untuk membatalkannya aja?" Gema langsung menangis dengan isakan kecil.
Gema lelah menahan segalanya, kekecewaannya ditinggal Taksa, lalu kini dia harus menerima keputusan ayahnya yang menikahkan dia dengan orang lain, tanpa izinnya. Jika untuk menutupi malu pada tamu undangan, tidak seharusnya pernikahan tanpa ada izin dari mempelai itu sendiri bukan? Itu sangat menyakiti hatinya.
"Ayah rasa enggak perlu meminta izin."
"Kenapa?!" Gema bertanya setengah berteriak. Amarahnya begitu memuncak ketika memikirkan bagaimana dia harus menghadapi suaminya nanti.
"Kamu akan tau nanti." Fahar berdiri, lalu mengusap kepala putrinya sebelum pergi. "Dokter Cakra ingin ketemu kamu, dia ada di sini."
Gema seketika terdiam, sahabat baik orang yang dia tinggalkan ada di sini, bagaimana dia akan menghadapinya. Apa lelaki itu ingin mempermalukannya karena ditinggal Taksa? Gema tidak sanggup jika itu yang akan terjadi.
Setelah Fahar keluar, Cakra datang dengan langkah santai, lalu tersenyum manis. "Selamat untuk pernikahan kamu."
Apa? Gema tidak percaya pria itu benar-benar melakukannya. Mengucapkan selamat saat Gema saja tidak tahu siapa pengganti Taksa. Inilah alasan Gema terjun dari lantai dua, karena Danita bilang ada lelaki yang menggantikan Taksa, dan Gema tidak inginkan itu. Dokter Cakra pasti sangat senang melihatnya hancur, sebab sahabatnya sudah hancur karenanya juga.
"Kamu belum ketemu sama suami kamu?"
Gema terkekeh sumbang, bisa-bisanya lelaki itu bertanya demikian, itu sangat menyakiti hatinya. "Belum."
Cakra mendekat dan memberikan kamera miliknya, dia telah mengambil video pernikahan Gema kemarin. Semua dia rekam dengan rapi, dan kini waktunya wanita itu melihatnya.
"Di sini ada rekaman suami kamu ijab kabul. Aku keluar dulu, suami kamu mau memeriksa keadaan kamu." Cakra beranjak, tetapi wanita itu memekik menghentikannya.
"Kenapa? Kenapa kamu rekam semuanya?" tanya Gema merasa dipermalukan.
"Karena kamu harus tau gimana keadaan dan situasi ijab kabulnya. Aku pamit, ya, cepat sembuh." Akhirnya Dokter tampan berkacamata itu keluar dari ruangan Gema.
Gadis itu menatap kamera di kasurnya, ingin sekali dia membuangnya saja. Sangat menyakitkan mengingat Taksa yang memilih meninggalkan pelaminan begitu saja, apalagi kalau dia harus melihat lelaki yang menggantikannya. Bagaimana bisa Gema menerima itu semua dengan lapang dada? Akan jauh lebih baik jika ayahnya memilih untuk membatalkannya saja, bukan malah mencari pengganti Taksa untuk menutupi malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
KOMA | End
Storie d'amoreTidak pernah terpikir sebelumnya oleh Gema, dia mencintai Dokter yang merawat ayahnya sendiri, memacarinya sampai mengikat janji. Namun, apa jadinya jika derajat menjadi sekat baginya dengan dia. "Suka banget sama jas Dokter, kenapa, sih?" tanya An...