KOMA 16

2.7K 288 6
                                    

Kembali Untuk Pergi
"Mengapa harus bertahan jika tahu akhirnya akan ada perpisahan, itu hanya akan menunda luka semakin dalam."


(Play lagu melow yang kamu suka)

~~~

Beberapa kali, gadis dengan wajah manisnya itu kembali menggulir beberapa foto yang dikirim seorang Dokter. Ia ingin menghapusnya, tetapi tidak sanggup. Rasa khawatir sudah bergelayut di benaknya, ada apa dengan Ansel?

Ya, Gema menerima pesan berisi foto dari Dokter Cakra—sahabat baik Ansel. Pemuda itu bilang, Ansel tengah sakit di apartemennya. Bagaimana mungkin Gema tidak khawatir jika begini.

"Semenjak lo izin, kerjaan lo enggak ada yang beres. Maksud gue ... lo enggak fokus." Penuturan Danita membuat Gema sadar, dia tidak konsentrasi penuh dalam bekerja. Siapa yang tidak sakit jika pernikahan impiannya telah musnah karena banyaknya masalah.

"Lebih baik lo izin aja, gue khawatir sama keadaan lo," ucap Danita lagi. Akhirnya, Gema memutuskan untuk pulang lebih awal seperti saran temannya.

Di luar tengah hujan, dan itu mengingatkan Gema pada sosok pemuda yang pernah menunggunya di teras. Pemuda tampan itu menahan dingin demi menemuinya kala itu. Gema sangat senang dijemput oleh Dokter kesayangannya yang lebih sering sibuk. Namun, kini pemuda itu tengah sakit di rumah temannya.

Ting!
Pesan kembali masuk di ponselnya, membuat Gema langsung membukanya.

Dokter Cakra: Aku mohon, kamu datang ke apartemen sekarang. Dia butuh kamu

Gema menghela napas beratnya. Setelah semua terjadi, kini situasi semakin membelitnya. Ia ingin berlari pergi, tetapi ada yang menahannya untuk tetap bertahan.
Gema menatap langit yang kini menumpahkan tangisannya, ingin sekali dia di bawah sana menangis juga. Apa sesakit ini mencintai orang yang berbeda derajatnya?

Gema berpikir lagi, apa dia harus pulang, atau ke apartemen menemui Ansel yang tengah sakit. Mengapa? Mengapa pemuda itu harus sakit, bukankah sudah cukup Gema yang merasakannya saja?

"Untuk yang terakhir."

~~~~

Sweter yang dikenakannya sedikit basah, dia masuk ke sebuah apartemen setelah sang pemilik mempersilakannya. Matanya tidak berani mengedar, karena takut menatap sosok yang dia cari.

"Ansel di kamar. Tapi aku mau ngomong sama kamu, sebagai sahabat Ansel." Pemuda bernama Cakra membuka suara, dia bersyukur karena gadis itu benar-benar mau datang.

"Perkiraan kamu salah kalau berpikir Ansel masih cinta sama Leta ...," ungkap Cakra. Dia tahu apa saja yang telah terjadi setelah Ansel memberi tahunya. "Dia sangat cinta sama kamu. Leta yang pindah ke rumah sakit kami, bukan Ansel yang mengikuti keberadaan Leta."

Pernyataan itu membuat Gema lega, sekaligus merasa percuma. Meski Rania telah membohonginya, keputusan untuk mundur tetap berlaku. Ia tidak dapat melanjutkannya lagi jika penolakan wanita itu tetap sama.

"Aku mohon, jangan pergi dari Ansel." Cakra menatap gadis itu dengan wajah memohon. Demi apa pun, dia tidak akan melakukan ini jika bukan untuk sahabat baiknya.

"Aku akan tetap pergi."

Cakra benar-benar merasa sesak dengan jawaban gadis itu. "Kenapa, Gem?"

KOMA | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang