KOMA 5

4.1K 428 1
                                    

Kantin

"Bolehkah takut kehilanganmu? Sedangkan aku sadar banyak berlian menggoda di sana."

~~~

Duduk di antara meja kantin yang bersih, gadis itu menunggu seseorang yang tengah bertugas. Ia telah mengirim pesan lengkap dengan foto makanan yang dia siapkan pada kekasihnya.
Tanpa merasa malu, Gema datang ke rumah sakit membawa rantang yang berisi masakannya.

Semalaman dia memikirkan ucapannya yang pasti menyakiti kekasihnya. Bahkan, ketika menceritakannya pada Taksa, Gema mendapat protes dari pemuda itu.

"Lo sempet nanya pekerjaan kasir kafe itu rendahan atau enggak. Apa maksudnya?"
Pertanyaan itu membuat Gema bingung, haruskah dia menceritakannya pada Taksa? Namun, ini masalah pribadinya, tetapi pemuda itu adalah sahabat baiknya, tempatnya berkeluh kesah layaknya Kakak.

"Gue merasa enggak pantas buat Koko."

Taksa menatap tidak percaya, pemuda itu juga terkekeh sumbang. "Karena pekerjaan lo itu? Dia mencintai lo, apa ada yang salah?"

"Gue takut keluarganya enggak bisa menerima gue, karena pekerjaan gue." Gema menunduk dan terlihat amat putus asa.

"Yang cinta sama lo Koko, yang bakal nikah sama lo Koko, bukan keluarganya. Apa yang bakal jalanin rumah tangga itu elo dan keluarganya Koko?"

Saat itu Gema merasa bersyukur, karena Taksa telah membuatnya lebih tenang, tidak sekacau sebelumnya. Karena hal itu juga, kini dia memutuskan menghampiri Ansel di rumah sakit, tepat jam makan siangnya.

Seperempat jam menunggu, akhirnya pemuda itu datang. Ansel berjalan ke arahnya, tetap dengan wajah tampan dan jas putih kebanggaannya. Tidak ingin kaku karena pertengkaran kemarin, Gema melempar senyum lebar.

"Udah selesai 'kan?" tanya Gema basa-basi.

Pemuda itu tersenyum, kemudian menjawab, "Udah jam makan siang, kok. Bawa makanan apa aja?"

Ansel berusaha biasa saja, dia melepas jas dan memilih untuk membuka rantang yang gadis itu bawa. Gema pun langsung membantu menyiapkannya.

"Telur dadar gulung isi, sayur bening, sama ayam goreng," jelas Gema seraya menyiapkan nasi dan lauk untuk Dokter kesayangannya.

Mata Ansel tidak lepas dari pemandangan di depannya. Dia selalu menikmati waktu ketika Gema melayaninya, memberi makan masakannya sendiri. Ansel berharap, gadis itu kembali dengan dirinya yang lama, bukan gadis yang insecure karena perkataan mamanya.

"Selamat makan," ujar Gema memberikan rantang yang sudah dia isi.
Sebelum memulai makan, Ansel menatap gadis itu dengan serius, dia masih ingin kejelasan dari ucapan Gema kemarin. Setidaknya, kedatangan gadis itu membawa kabar baik seperti yang dia harapkan.

"Maaf udah meragukan kamu," tutur Gema membuka obrolan perihal kemarin. Ia tahu dari tatapan Ansel, kalau pemuda itu meminta kejelasan darinya. Tidak heran, karena Gema datang setelah pertengkaran mereka kemarin, yang nyaris membuat hubungan keduanya retak.

"Kita lupain itu?" tanya Ansel mendapat anggukan mantap dari gadis itu. Pemuda itu lega, sampai memamerkan senyuman puasnya. Setelahnya, Ansel segera melahap masakan spesial yang Gema bawa.

KOMA | EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang