Bab 14 - Straight Way to Hell (1)

701 130 16
                                    

"Pertemuan kita memang sudah kadaluarsa. Terlampau basi bila ditulis oleh pena pujangga. Ah lalu bagaimana? Bila hati, mata, dan akalku ternyata cuma diisi namamu saja."

______________________________________

Karakter milik Masashi Kishimoto
Tinggalkan vote dan komentar
Agar Mumu makin semangat
.
.
.
Selamat membaca

By : Aqueensha29

...........................................................

Naruto, pria dewasa hampir kepala tiga kembali menyirami tenggorokannya dengan cairan panas. Pria pirang memakai kemeja dengan dua kancing atas terbuka mengabaikan dentuman hingar-bingar hiburan malam. Tarian biduan wanita yang memamerkan lekuk keseksian tak disambutnya riang. Baginya lekukan sang mantan istri masih jauh di depan. Walau kerap berbusana longgar, namun ketika menyisakan dalaman saja pria manapun yang melihat pasti langsung berbinar.

Ah, Hinata. Di manapun tempatnya semua serasa berubah jadi wajahnya.
Bibir merahnya yang merekah. Pipinya yang sering ditemuinya merona. Parasnya yang cantik jelita bak titisan bidadari Nawang Wulan, ingin rasanya dia jadi Jaka Tarub gadungan. Godaan keelokan Hinata membuat sisi jantannya meminta pelampiasan. Dan untuk menjaga pusaka pribadinya agar tak masuk lubang sembarangan, Naruto larikan kakinya kemari. Bersama Sai, si mantan biang perselingkuhan tapi hebatnya hidupnya jauh lebih tenang.

'Jika di langit sana bukan namaku yang tertulis lalu bagaimana?'

Ya, bagaimana? Penggalan kalimat Sakura beberapa hari yang lalu terulang lagi di kepalanya. Bagaimana bila ternyata jodohnya bukan Sakura? Bagaimana bila takdir menulis ulang ceritanya agar kembali pada sedia kala? Hingga sampai sekarang Naruto mustahil menjatuhkan hati pada siapa saja.

"Kau ada masalah?" tanya si rambut hitam klimis penasaran. "Untung saja kau ini atasan Ino. Kalau tau orang lain yang mengajakku ke bar selain dirimu, pulang-pulang aku pasti digantung," katanya yang turut meneguk minuman pahit itu. "Ada apa sih! Kau habis perang dengan Sakura? Di kasur atau adu mulut?"

Dan segala kemelut pikiran kacau dihentikan sementara oleh gelontoran celoteh milik Sai. Mata samudera itu bergeser pada sisi kirinya.
"Jangan tanya! Aku tidak berniat menjawab," balas Naruto. Menggoyangkan cairan kuning bening dalam gelas lantas meneguknya cepat.

"Tumben mabuk? Biasanya kau yang paling waras dari kita berempat." Sai setia menghitung volume cairan yang masuk ke dalam perut sahabatnya.

Tapi itu kebenaran loh. Naruto sangat jarang mabuk-mabukan, main serong kepada para jalang klub malam tidak pernah ia dilakukan. Ketika raga teman-temannya menikmati suguhan lubang surgawi, Naruto lebih memilih menyendiri sambil menikmati.

Dekan fakultas ekonomi itu menyunggingkan senyum remeh. "Berarti aku sudah tidak waras sekarang," sekali lagi dibiarkan cairan pahit menyapa rongga mulutnya.

Kening pemilik rambut hitam itu bergelombang. "Kau benar-benar ada masalah?" terka Sai tak percaya. Memang benar pepatah itu bila berucap, apalah arti kuasa dan harta jika Naruto yang punya segalanya ternyata masih saja menderita.

"Amat banyak menghias angkasa."

"Pulang yuk pulang."

Sai sesaat ingin beranjak dan segera menyeret pria pirang itu kembali ke habitat aslinya. Namun panggilan mendayu yang terasa jijik di gendang telinga menghentikan langkahnya.
"Sai..."
Nadanya dibuat merdu tapi sang sahabat ingin sekali mengambil langkah seribu.

Straight Way to Hell (Season 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang