"Sungguh, aku tak butuh gula untuk menyajikan kopi kala senja. Cukup melebur bersama tawa, bukan meramu sendu yang tampak di mata."
______________________________________
Karakter milik Masashi Kishimoto
Tinggalkan vote dan komentar
Agar Mumu makin semangat
.
.
.
Selamat membacaBy : Aqueensha29
-----------------------------------------------------------
Cklek
"Hah," Naruto menghela napas lelah. Menghembus secara runtut uap panas melalui hidung bangirnya.
Niat awal, si dekan cuma butuh sejenak melepas penat. Bermaksud membanting tulangnya di atas sofa berbusa seusai mengajar enam sks. Menutup mata dengan lengan kanan lalu menikmati tiap denyutan yang serasa menonjok kepalanya. Namun angan-angannya urung sebelum sempat terlaksana.
Tepat setelah ayunan kakinya terhenti, lengannya tergesa menekan gagang pintu. Bukan semerbak wangi lemon yang pertama menyinggung indera penciumannya, terselip aroma musk yang ikut bercampur di sana.
Naruto merengut.
Sesosok makhluk bernapas tampak duduk-duduk santai sembari membaca di bangku kebesarannya.
Untuk kedua kali si pemilik ruangan menyemburkan napas kasar. Tanpa prakata, tubuh Naruto menerobos ambang pintu-- menutup kasar lalu mengarahkan buku tebal di lengannya untuk segera meluncur di atas meja kerja.
Bunyi gaduh membuat paras pria tampan berpaling dari menekuri buku ekonomi.
"Kau sudah selesai mengajar? Aku menunggumu setengah jam di sini," papar Sasuke tenang setelah menyudahi acara membaca. Retina kelamnya menengadah, buku cetak karya seorang ekonom negeri seberang yang tak sampai dua ratus halaman ia campakkan di pinggiran meja. "Mari berbincang Naruto," ajaknya. "Aku dapat obat terbaru yang bisa digunakan saat kau ingin bercinta kasar."
Sinting!
Naruto geleng-geleng prihatin. Melajukan jemarinya untuk memijat pelipisnya yang makin berdenyut-denyut. Terhitung hampir satu bulan Sasuke menjadi saksi mata tentang affair antara dirinya dan Hinata. Dan... hampir sebulan pula Naruto gregetan.Jika dua temannya--- Sai dan Shikamaru memilih diam, Sasuke berlainan. Si dokter itu suka sekali buat onar. Menawari produk seks sana sini bak seorang promotor handal lengkap dengan cara pemakaiannya.
Naruto mendesah. Mengelus dada. Menekan amarahnya. "Dibandingkan obat aku lebih butuh istirahat."
Sasuke menggeleng. "Ayolah Naruto! Aku yakin kau akan suka," paksanya. Dia berdiri dari kursi kebanggaan sang kawan, kemudian langkahnya tertutup di hadapan Naruto. "Jika kau tidak percaya, kau boleh tanya-tanya pada Sai soal keampuhan obat yang kuberikan. Lihat! Ino bahkan sudah mengandung sekarang."
"Ah! Ya terserahlah."
Naruto buru-buru menyudahi acara negosiasi. Raganya yang terasa lelah, ia lemparkan pada sofa kosong. Menutup kelopak matanya dan mengabaikan si tamu yang masih berdiri.
Kening Sasuke berlipat sedang sepasang matanya menelisik penampilan si penguasa fakultas ekonomi itu.
"Kau pusing? Mau kuperiksa?" tawarnya. "Tas dokterku ada di mobil."Giliran Naruto yang menggeleng. Iris birunya tetap bersembunyi di balik kelopak mata. "Kayaknya tensi darahku naik."
Sasuke menghembuskan napasnya. "Kalau belum diperiksa jangan sok mendiagnosa."
KAMU SEDANG MEMBACA
Straight Way to Hell (Season 1)
Fanfic(The End) *Bahasa : Semi formal *Semi Hurt Semesta memang bukan panggung biasa. Tak harus menderita layaknya cinta Jack dan Rose yang dipisah buana. Impian Hinata sederhana, sesederhana arti namanya. Menikah lalu hidup bahagia hingga tua renta. Hany...