Bab 30 - Thanks and Goodbye (TAMAT)

931 131 21
                                    

"Aku yang membuatmu tertawa terbahak-bahak, tapi dirimu membuatku menangis sampai tersedak-sedak."
______________________________________

Karakter milik Masashi Kishimoto
Tinggalkan vote dan komentar
Agar Mumu makin semangat
.
.
.
Selamat membaca
By : Aqueensha29

-----------------------------------------------------------

Impiannya sedari belia hingga dewasa masihlah serupa. Dia menginginkan mesin waktu milik si kucing yang mengasuh Nobita. Tapi hampir di usia tiga puluhnya, manusia masih tak memiliki adi kuasa untuk menciptakannya. Kemudian ia paham bila mesin pengulang kehidupan hanyalah sekedar fiksi di buku dongeng impian. Bagi mereka yang punya penyesalan dan baginya yang tak menginginkan bertahan di dunia.

Lagi-lagi semua berubah. Di antara keruhnya Naruto menyelami makna hidup ada Hinata yang memberi cahaya benderang. Naruto tak lagi memimpikan mesin yang mengubah peradaban. Berkat Hinata, dia menghargai kelahirannya.

Namun, kepada detik yang terus berjalan. Naruto benar-benar menginginkan adanya perubahan masa depan.

"Tidak hanya kehilangan karir, Miss Hinata juga kehilangan bayinya."

Dadanya bergemuruh hebat. Aliran pompa darahnya berpacu tanpa kendali. Samudera itu menatap hampa udara berbarengan dengan cairan bening yang mendatangi bola mata. Pria itu sekali lagi mendengar sayup-sayup isakan dari sang mahasiswa yang memenuhi gendang telinga.

"Saat Prof dan keluarga berbahagia atas kehadiran bayi yang tak memiliki ikatan darah. Anak kandung Prof memilih pergi meninggalkan dunia."

Dunianya runtuh seketika. Goncangan dahsyat menghantam kepala juga batinnya.
Hinatanya...
Anak mereka....?
Ya Tuhan... Jika ini hanyalah mimpi buruk kala petang, Naruto ingin mengenyahkan dan bangun saat itu juga.

"Ap-apa yang...?" suaranya seolah tercekat di kerongkongan. Kakinya lesu bahkan untuk berdiri tegak saja pria itu tak mampu.

"Selamat Prof. Anak Anda mati ketika berumur satu bulan dalam kandungan."

Rasa ini.
Detak ini.
Pria itu begitu akrab mengenali.
Karenanya lagi seorang bayi harus mati.

"Jika Prof ingin bertemu dengannya, datang saja ke pemakaman yang tak jauh dari rumah kontrakan Miss Hinata." Suara serak yang menahan tangis itu membuat Naruto merubah atensi pada Konohamaru. "Sejak sore hingga menjelang malam Miss rutin datang ke makam," ucapnya datar sebelum hentakan Konohamaru menyongsong pintu keluar kasar.

Naruto tetap bergeming dalam keheningan. Dipejamkan manik birunya sesaat untuk menggugurkan air mata. Hatinya berdarah-darah dan terluka. Embun tipis bagai menyumbat paru-parunya yang terasa amat membuatnya sangat sulit bernapas.
Bayangan keceriaan Hinata memenuhi kepalanya.

Senyumannya.

Celotehnya.

Naruto meremas kuat rambut pirang warisan sang ayah. Sungguh kepalanya sakit bukan kepalang. Batinnya nyeri tak keruan. Sendi-sendi kakinya hampir lumpuh tak kuasa menopang bobot tubuh. Seandainya saja malaikat maut mau menerima panggilan, dia ingin mati saja sekarang. Namun ada karma yang belum ia terima. Dan saat Naruto mulai mengalah memasrahkan raga kuyu itu pada lantai pijakan, sepasang lengan cekatan menahannya.

Si penolong itu kesulitan menegakkan tubuh menggiurkan pria dewasa.
"Naruto, kau tidak apa-apa?" tanya cemas seorang pria berjas rapi yang menyela masuk ruangan tanpa permisi. "Aku akan segera menghubungi nenekmu."

Straight Way to Hell (Season 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang