Bab 16 - Harta, Tahta, dan Hinata

781 141 38
                                    

"Kita mungkin lahir dari hubungan yang salah. Tapi tolong jangan anggap sebuah musibah. Sebab, itu mungkin cara Tuhan menghadirkan asa. Dengan kiat memperbaikinya bersama-sama."

______________________________________

Karakter milik Masashi Kishimoto
Tinggalkan vote dan komentar
Agar Mumu makin semangat
.
.
.
Selamat membaca

By : Aqueensha29

...........................................................

"Kakak!"

Seruan suara yang begitu dikenali Hinata membuat sang wanita yang awalnya berteman dengan lamunan segera beranjak menuju kenyataan. Kedua kaki kecil milik Hanabi bergerak sendiri, melepaskan genggamannya pada tangan kekar Naruto melenggang menuju tempat Hinata yang terduduk di ruang tunggu. Dosen wanita itu belum siap menghadapi pelukan tiba-tiba, hingga kaki-kaki yang hendak beranjak urung dari tempatnya. Kedua lengan Hanabi mengunci erat pergerakan leher Hinata.

"Maafkan Hanabi buat kakak susah."

Kemudian disusul raungan tangis yang membuat kedua sudut bibir Hinata tertarik. Sepasang mata mutiaranya lantas berpindah menuju dua pria dewasa yang menutup langkah di depannya. Namun alih-alih memandang keduanya justru mata cantik Hinata bermuara pada sepasang biru lautan yang tengah menyajikan senyuman. Mereka saling terpana walau tanpa bertukar kata. Cukup dengan batin mereka berucap, karena sekarang cairan bening menumpuk di pelupuk mata sang wanita.

Hinata yang berbalut jas hitam arang, mengurai dekapan ketat milik adiknya.
"Kakak tau. Lain kali Hanabi harus lebih bersabar ya. Kita tutup telinga sama-sama." Tangannya lincah merapikan helai hitam Hanabi yang berantakan. Menghapus sisa-sisa bekas air mata lalu menepuk pipi adiknya gemas. Bibir remaja itu hanya terisak tanpa mampu berucap.

Mata terang Naruto tak lekas berpindah dari tingkah akur dua bersaudara. Binar matanya bergulir kepada raga mungil si gadis kecil. Tampak sepasang sepatu usang membalut tumitnya. Tas sekolah yang bergelantungan di punggung Hanabi masih layak pakai namun dengan warna biru yang sudah pudar. Tapi walau banyak kekurangan, gadis itu persis Hinata. Senyuman tak punah dari parasnya begitu pula sikap manis dan cerianya.

"Kak Naruto terimakasih."
Bersama iris keperakan yang telah kembali terang, Hanabi membungkuk sopan.

Naruto terperangah. Mata lautan yang tadi nampak pilu segera beralih mengumbar lengkungan manis. Langkah kecilnya mendekati Hanabi, menelusuri paras cantik itu sesaat sebelum membelai pelan rambut hitamnya.
"Sekarang kau bisa belajar yang rajin. Kakak sudah pastikan mereka tidak akan lagi mengganggumu di sekolah."

Hanabi mengangguk penuh kepastian kemudian matanya bergeser pada sosok pria lain yang tak berjarak jauh darinya.
"Kak Shikamaru, terimakasih sudah menolongku."

Si pengacara tersenyum penuh wibawa. "Sama-sama," ucapnya mengacak helai Hanabi lamban.

"Sekali lagi terimakasih Tuan Nara." Kini Hinata ikut ambil bagian bicara. Menundukkan badan sopan, wanita itu berikan senyuman tulus bercampur cairan di mata demi membalas kebaikan sang pengacara yang telah berhasil mengeluarkan adiknya dari penjara.

Shikamaru menggeleng pelan. "Ini sudah tugasku," elaknya seraya membalas senyum Hinata. Sang pria mengulurkan tangannya, "Aku Shikamaru Nara, teman kuliah Naruto. Panggil saja Shikamaru."

Hinata membalas uluran tangan itu sungkan. Shikamaru merasakan debaran asing pada jantungnya kala menatap paras jelita dengan sapuan merah muda alami di pipinya. Namun sebelum rasa itu sempat berganti debaran, Naruto lebih dulu menghentikan jabatan tangan perkenalan mereka.

Straight Way to Hell (Season 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang