Bab 17 - Say Hello

872 147 35
                                    

"Sesungguhnya dirimu tak masuk dalam kriteria, tapi jujur aku tak mau kau kenapa-kenapa."

______________________________________

Karakter milik Masashi Kishimoto
Tinggalkan vote dan komentar
Agar Mumu makin semangat
.
.
.
Selamat membaca

By : Aqueensha29

........................................................................

Dulu, ketika dia tiba pada masa putih abu-abu, pria itu pernah mengira bahwa melupakan tak sesulit apa yang orang bilang. Cukup hapus mereka dalam bayangan, tak butuh air mata milyaran, lalu bisa juga menggantinya dengan meletakkan nama seseorang. Semudah membalikkan telapak tangan. Namun kala mendekati dewasa, Naruto paham bila move on ternyata sesulit apa yang pujangga bilang.

Menikahi Sakura, pria itu pernah berharap bahwa sosok sang wanita akan menjadi poros satu-satunya. Dengan menikahi Sakura, percaya bila garis jodoh yang ditakdirkannya bersama Hinata telah hancur selama-lamanya. Tapi kegilaan mentalnya makin parah. Kecintaannya pada dunia kerja bak serasa serupa surga. Pondasi pernikahan yang dibangunnya selama tiga tahun berakhir sia-sia. Hinata tak cuma mengitari hatinya saja, kehadirannya merupakan obat lara untuk mempertahankan jantungnya tetap berdetak di dunia.

"Prof lelah?"

Naruto menoleh. Lamunan panjang tentang perkara masa lampau dihancurkan oleh wanita cantik yang duduk disebelahnya. Berpayung binar temaram keduanya terpaksa berpindah ke kamar pribadi milik Hinata. Tentunya dengan setan yang berperan menjadi pihak ketiga, terus berbisik agar sang atasan segera melepaskan hasrat. Pakaian wanita itu tetap sama, piama terusan yang membalut sampai paha yang semenjak setengah jam lalu telah berhasil menegakkan kejantanannya. Helai ungu panjang yang setengah kering serta samar merah muda di antara pipi jelita. Dialah sosok wanita yang tahunan mengusik malam-malamnya.

"Prof tidak enak badan? Saya ambilkan makanan dan obat ya?" suara halusnya kembali mengalun dengan raut wajah kekhawatiran.

Dan di antara lainnya, inilah yang paling Naruto suka. Saat manusia lain menganggapnya sebagai biang malapetaka, Hinata dan kehangatannya tetap sama. Pancaran mata bulannya selalu teduh ketika menatapnya.

Naruto yang sedari tadi bungkam kini menggeleng pelan.
"Hanya masalah pekerjaan," sesaat senyuman muncul. "Ngomong-ngomong apa benar kau masih mencintaiku?"

Si wanita menunduk dalam. Menyembunyikan warna pipinya yang mulai merona.
"Mengapa Prof menanyakan ini?" bukan jawaban, Hinata malah melempar pertanyaan. Sedang jemarinya sibuk memutari kancing piama guna menetralkan jantungnya yang kembali berdetak lebih kencang.

Naruto mencoba merajuk. "Berarti saat mengatakan cinta tadi kau bohong dong," katanya kian memojokkan. "Atau jangan-jangan sebenarnya kau sudah punya pacar?" kalimat terakhirnya terdengar sedikit kesal.

Hinata secepatnya menggeleng.
"Kata siapa Prof. Saya itu cinta sama Prof," protesnya. "Selama kita bercerai saya tidak pernah pacaran. Apalagi punya pacar, tidur berdua dengan laki-laki ya hanya Prof seorang. Dan juga---" Hinata buru-buru membekap bibirnya ketika seringai lebar Naruto tertera.

Tuh kan! Hinata jadi keceplosan.

Naruto membenahi posisi duduknya menghadap Hinata dengan senyum puas.
"Jadi... selain aku tidak ada yang pernah memasukimu?"

Jantung Hinata seolah berhenti sesaat ketika raga menjulang yang hanya bertelanjang dada melipat kedua tangannya tepat di depan iris bulannya. Tubuh kekarnya menggiurkan. Hinata menelan ludah payah saat mengingat raga Naruto hanya dilapisi selembar kain tipis pada pusar hingga batas paha.

Straight Way to Hell (Season 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang