Bab 21 - Naruto season 2

577 115 14
                                    

"Tahu tidak mengapa aku tak pernah menyamakanmu dengan senja. Karena hadirnya hilang bila malam tiba. Sedang aku ingin kamu seperti udara, yang mampu kudekap selamanya."

______________________________________

Karakter milik Masashi Kishimoto
Tinggalkan vote dan komentar
Agar Mumu makin semangat
.
.
.
Selamat membaca

By : Aqueensha29

-----------------------------------------------------------

Naruto melangkah ringan menapaki satu-persatu tangga rumahnya. Parasnya sendu. Tatapannya pilu. Tak butuh menduga rute yang akan ditempuh untuk menggapai tujuan pijakan. Langkahnya terus berayun hingga bahu yang biasa tegak itu memilih turun.

Untuk kesekian kalinya Naruto menghela napas. Angannya kembali bangkit pada peristiwa yang beberapa jam lalu terjadi. Sampai saat terakhir pun Naruto setia bungkam tak memberi balasan. Hinata tak menuntutnya. Wanita itu tetap menyajikan candaan renyah agar membuatnya tertawa. Kegilaan selanjutnya yang ia lakukan adalah pulang dini hari setelah melakukan khilaf beberapa kali.

'Saya telah jatuh Prof. Saya jatuh cinta hingga serakah menginginkan Anda selamanya.'

Kayuhan tumitnya memendek hingga akhirnya berhenti di daun pintu yang tertutup rapat. Kepingan kalimat Hinata mendekap kecemasan yang mengerubungi dada.

Bukan menyelamatkannya.
Naruto malah semakin membuat Hinata terluka.

Sejak mulutnya menawarkan neraka kepada Hinata, harusnya Naruto sadar akan dampaknya. Kegilaannya pada wanita itu pastilah tumbuh pesat. Dan cinta Hinata yang telah tumbang, tumbuh bersemi menuai bibit harapan. Berlatar memanfaatkan demi membalas tabiat sang ayah, pria itu lupa. Bahwa tak ada masa depan dalam hubungan mereka.

Bunyi derit daun pintu bergeser menyentak lamunan sang pria tuk kembali pulang ke peradaban. Sepasang biru laut menyorot wanita cantik berhelai sebahu dengan balutan satin bermotif renda berdiri anggun di ambang pintu. Lengannya terlipat di depan dada, bibir Sakura telah siap memuntahkan cercaan.

"Lihat siapa yang baru datang," sapa sang istri datar. "Jam tiga pagi dan suamiku baru pulang." Kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya drama. "Kau terlalu menikmati pekerjaanmu atau... menikmati tubuh wanita lain?" sindir Sakura dengan mata hijau tajam.

Naruto memejamkan kelopak matanya sekejap sekaligus mendesah pendek. Laju yang sempat terhenti, pria itu langkahkan kembali. Tak peduli akan hasutan istrinya, Naruto memilih melewati tubuh Sakura. Mengabaikannya. Tangannya bersiap memegang gagang pintu dan berniat membuka lebih lebar pintu kamar.

Sudut bibir sang istri sah tertarik ke atas. Dia memutar tubuhnya setengah lingkaran.
"Beberapa hari yang lalu kau menjanjikanku sebuah rumahtangga yang semestinya." Ingatnya tentang ikrar di malam lalu.

Sakura tak lupa irama hangat dari sang suami saat mengungkap perasaannya. Bagaimana gambaran masa depan yang mengalun dan hampir saja menggoyahkan pertahanan wanita itu akan pilihannya. Namun sekali lagi, Naruto menorehkan syahdunya luka di hatinya.

"Kau bilang akan memulai semua dari awal tapi kau sendiri yang melanggarnya, Naruto!"

Kembali pria itu mendesah. Matanya beredar meraih hijau alam yang terluka.
"Aku kembali mengirimkan berkas perceraian kita di pengadilan." Naruto tetap kalem dalam raut wajah datar.

Dokter psikolog anak itu tersenyum remeh. "Kau selingkuh?" tuding Sakura tanpa sungkan.

Naruto bungkam.
Pegangannya pada gagang pintu menguat.

Straight Way to Hell (Season 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang