Bab 8 - Modus ala Naruto

797 157 7
                                    

"Aku bukan cinderella yang mencari sebelah sepatu kaca. Bukan putri salju yang mendamba ciuman rindu. Aku sedang merangkai asa bernama kita. Tentunya aku sebagai pasanganmu."

______________________________________

Karakter milik Masashi Kishimoto
Tinggalkan vote dan komentar
Agar Mumu makin semangat
.
.
.
Selamat membaca

By : Aqueensha29

-----------------------------------------------------------

Terhitung lebih dari satu jam, tumitnya mengitari bangunan hampir keseluruhan bertembok kaca berikut jejeran mahakarya kue olahan tangan. Menyisakan denyutan di kepala, wanita itu sedang memahami arti keberadaannya di sini. Mari mengulang masa lalu dengan mesin waktu milik si kucing biru. Lekat dalam renungan, satu jam sebelum kakinya tiba di sebuah toko kue, sang dekan beralasan meminta ia untuk menemani menyelesaikan beban.

Hinata kira ia akan berkutat dengan puluhan rumus ekonometrika bagian dua. Hinata merasa akan terjebak pada peredaran nama mahasiswa yang sedang jadi incaran. Atau paling parah dirinya akan begadang menyusun sejumlah bilangan yang patut diselaraskan dengan pengeluaran tahunan. Tapi semua sekedar angan-angan yang ternyata tak serupa kenyataan.

Langkahnya diseret oleh Naruto untuk beriringan masuk ke dalam jajakan kue beraneka macam bentuk dan rasa. Separuh kapasitas otaknya masih mencerna dan tak mengerti perihal ajakan Naruto kemari.

"Menurutmu yang rasa coklat apa vanilla?"
Raga jangkungnya sedikit membungkuk demi meneliti lebih dekat serta menimbang rasa lewat tatapan mata.

Hinata menghembuskan napas cepat.
"Prof bukankah tadi Anda perlu bantuan menyelesaikan tugas?" Hinata melatih kesabaran dengan bertanya sopan. Mengingatkan mengenai bantuan yang didefinisikan Hinata menyimpang dari argumen sang pria.

"Iya. Ini aku sedang meminta bantuan," ujarnya ringan tanpa mengalihkan ekor mata.

Sabar Hinata. Teriaknya dalam batin.

"Tapi ini toko kue Prof," tambahnya lagi disertai segelintir geram.

Naruto mengangguk. "Iya aku tau."

"Tapi kita masih banyak tugas Prof di kampus," Hinata menelan ludah getir.

Naruto menegakkan badan menjumpai sang mantan dengan tatapan terlampau tenang.
"Lalu?"

"Bukankah kita seharusnya berada di ruang dekan?"

Naruto menerbitkan sunggingan jenaka seraya melipat tangan. "Apa sekarang kau sedang mengajakku berduaan dalam satu ruangan?"

Eh tunggu! Kok kesannya pikiran Hinata berbau kemesuman.

Hinata mengibaskan telapak tangan. "Bu-bukan itu maksud saya." Setelah sempat hilang akal akhirnya pikirannya kembali pulang. "Saya kira Anda akan meminta menyelesaikan penelitian atau persiapan untuk akreditasi jurusan."

"Bukan itu," sahut Naruto enteng.

Nah terus gunaku di sini itu apa, setan!

"Lalu di sini saya untuk apa Prof?" tanya Hinata membendung dendam.

"Bantu aku cari kue ulang tahun."

Hinata mendesah panjang sebagai balasan sementara perihal ajakan yang dikeluarkan sang adam. Dan hampir saja mulutnya berteriak kesetanan jika tidak sadar ia sedang berada di kerumunan orang. Membelai singkat degupan kekesalan yang berkandang dalam dada, mata peraknya yang sudah semerah lahar menyipit menatap nyalang pada pria yang ingin dikuliti segera.

Straight Way to Hell (Season 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang