Bab 27 - Hinata, maaf!

602 114 35
                                    

"Hal romantis bagiku bukanlah memberi seikat bunga. Namun aku yang datang ke rumahmu serta membawa orang tua. Jadi, kamu pilih yang mana?"

______________________________________

Karakter milik Masashi Kishimoto
Tinggalkan vote dan komentar
Agar Mumu makin semangat
.
.
.
Selamat membaca

By : Aqueensha29

-----------------------------------------------------------

Hinata mulai kekanak-kanakan. Naruto hanya geleng-geleng kepala heran.

Wanita itu tak sedang dalam mode siklus bulanan. Tidak juga mengidam barang-barang. Apalagi bertengkar hingga menimbulkan kericuhan. Seingat Naruto sejak terakhir kali bersua hubungan mereka masih baik-baik saja. Baru, dua hari tak berjumpa tingkah Hinata beringas bersama bibirnya yang terus maju.

"Saya mau putus!"

Astaga! Macam drama apalagi ini? Namun Naruto tak buru-buru menanggapi. Pria itu sedang menunggu kalimat lanjutan yang dia yakini masih amat banyak di belakang.

"Benar kata Miss Ino, saya tidak bisa berjuang sendirian. Saya kalah Prof dan saya menyerah. Saya akan merelakan Prof."

Kemudian dilanjutkan dengan tangisan membahana bercampur ingus Hinata yang meluber kemana-mana. Naruto bergegas berdiri, mengambil beberapa lembar tisu di meja makan menghapus pelan cairan yang bersimbah di pipi gembul wanita itu.

Dirasa tangisan itu sudah reda, Naruto meletakkan lagi pinggulnya dan sedikit menggeser letak bangku agar lebih mendekat ke arah Hinata.
"Ada apa, heum? Kenapa sih bicara seperti itu?"

Hinata menyeka kasar sisa air mata dengan jemari lentiknya. "Tidak apa-apa!" sungutnya.

Naruto memutar mata birunya jengah.
Sumpah.
Di umurnya yang hampir menuju dua puluh sembilan tahun Naruto masihlah awam akan kode-kode morse milik wanita. Dia tidak paham. Namun, ketika para gender hawa mengeluarkan kalimat "terserah, tidak apa-apa, ya tanpa huruf a", bisa dipastikan sebentar lagi akan terjadi perang dunia ninja ketiga.

"Ya sudah kalau tidak ada apa-apa. Jangan tiba-tiba cemberut lalu menangis begini dong." Naruto mengikuti alur permainan campur kode Hinata. Sang pria lebih memilih mengacak rambut lembut berbau buah anggur itu.

Hinata mencebik. Menyingkirkan telapak tangan kekar milik Naruto setelahnya mencuri cubitan kecil dari lengan atas kekasihnya.
"Prof itu kok gak peka sih. Malah iya-iya aja harusnya kan tanya saya ini kenapa!" Hinata tergugu.

Naruto mengurungkan niatnya mengaduh kesakitan. Batinnya kini meronta-ronta. Ah, dasar perempuan! Naruto lupa jika mereka juga kaum yang suka membolak-balik sebuah fakta. Bukankah dia tadi sudah bertanya? Hinata ini lupa atau pura-pura amnesia?

Naruto memutuskan membuang napasnya. Meraih kesabaran agar tidak benar-benar terjadi gencatan senjata.
"Okay sorry Baby, what's wrong?"

Naruto tak cuma sekedar bertanya. Tangannya yang bebas membelai lamban pipi tembem Hinata yang basah. Sengaja, menirukan oppa-oppa di drama korea yang sering ditontonnya bersama Hinata biar marah kekasih gelapnya tak makin parah.
"Apa aku ada salah? Aku minta maaf. Kalau kamu gak cerita bagaimana aku bisa mengerti, Hinata."

Hinata menggembungkan pipinya imut sebelum bicara. Tapi lagi-lagi air mata ikut unjuk diri.
"Istri Prof hamil kan? Saya mencintai Anda memang tapi saya masih punya hati. Saya tidak ingin seorang anak pisah dari ayahnya gara-gara saya, Prof." Sekali lagi, isakan si mantan dosen terdengar semakin nyaring.

Straight Way to Hell (Season 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang