Epilog 2

766 116 2
                                    

Karakter milik Masashi Kishimoto
Tinggalkan vote dan komentar
Agar Mumu makin semangat
.
.
.
Selamat membaca
By : Aqueensha29

-----------------------------------------------------------

Karena daripada memendam cinta diam-diam, laki-laki itu memilih mengutarakannya secara gamblang.

Di hari minggu pagi, Konohamaru telah sampai di sini. Satu hari yang biasanya pemuda itu isi dengan senam jari di layar ponselnya, melupakan mandi dan sikat gigi, serta mendekap erat pelukan dari surga kapas, terpaksa dia tinggalkan. Dengan berpenampilan gagah namun hati porak-poranda Konohamaru meninggalkan kenyaman rumah. Sepasang tungkainya melangkah tenang menyusuri jalanan komplek pinggiran bersama seikat bunga dan oleh-oleh digenggaman.

Langkah Konohamaru menutup ketika berbelok di pertigaan. Hunian sederhana bertingkat dua dan berpagar kayu dihias adalah tujuannya. Rumah orang tua Hinata. Di pelataran sebelah kanan dipilih oleh si pemilik rumah menanam sayur-mayur daripada memelihara bunga. Sang cinta ada di sana. Menebarkan sapaan ramah serta lambaian tangan pada para tetangga yang berlalu-lalang.

"Miss!" Panggilan Konohamaru tetap semangat seperti biasa.

Sepasang kakinya melangkah teratur menyusuri jalan. Dan ketika raga mereka sejajar, seikat bunga mawar terulur dari tangan kanannya.

"Bunga mawar yang cantik tapi tidak secantik Miss Hinata," ucapnya dengan nada dibuat ceria.

Awalnya mata mutiara itu menyorot bingung, namun segera tersenyum. Hinata menyambut riang hadiah tiba-tiba dari mahasiswanya itu.
"Terimakasih," kata Hinata. "Tapi Miss tidak ulang tahun hari ini."

Konohamaru cengengesan. "Mawar itu adalah lambang dari perasaan saya, Miss!"

Terkadang melalui tawa, dia kerap mendeklarasikan cinta. Tidak apa meski hanya dikira bercanda. Tidak mengapa bila Hinata menganggap bualan semata. Karena sedari awal hatinya telah patah. Konohamaru mengaku kalah.

Konohamaru membuang napas nelangsa sebelum mengajukan kata-kata.
"Saya... akan melanjutkan studi S2 ke Aussie Miss."

Lalu inilah bentuk pelariannya.
Dia pecundang? Ya memang!
Dia pengecut? Ya biar jadi nama belakang.
Konohamaru bukan tipe pria yang rela bersandiwara ceria hanya karena bukan dia alasan sang cinta bahagia. Dia tak setabah itu. Emosinya tak sekuat itu. Yang ada meskipun diam namun hatinya biru lebam.

Walau berlari pun ternyata juga menimbulkan masalah baru.

Kakeknya menentang. Alasannya karena selama ini IPK-nya ugal-ugalan. Bukan menanjak malah terjun bebas tanpa hambatan. Lagi-lagi Konohamaru kukuh untuk membuktikan. Lewat seonggok hati yang telah karam, pemuda itu mencoba menjalani dua puluh empat sks dengan tenang. Memperbanyak hafalan kosakata bahasa asing yang menambah hipertensi. Tapi Konohamaru tak peduli, sakit hati membuatnya ingin membuktikan diri. Dan baru kemarin akhirnya sang kakek menyetujui.

"Kebetulan saya juga sudah punya judul Miss dan akhirnya saya ikut outline skripsi jalur akselerasi. Sir Toneri mau membimbing penelitian saya."

Konohamaru menekuri sepatu sportnya yang menggesek tanah. Perlahan binar terluka itu menengadah menatap Hinata yang bungkam.

Straight Way to Hell (Season 1) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang