🔸27. (DHM)

201 38 5
                                    









🍒






Mercy merah memasuki pekarangan rumah mewah. Dan berhenti tepat di depan teras. Satu penjaga bergegas mendekat untuk membukakan pintu.

Dengan elegan Diana turun, di susul dengan Sohyun di belakangnya. Gadis itu terpukau saat melihat bangunan megah yang saat ini di pijaknya. Tanpa berkedip dengan mulut sedikit terbuka.

Wah!

Satu kata yang terpatri di benak Sohyun. Tapi tunggu!

Dia ini ngapain ke sini?
Bukannya jam makan siang sudah berakhir?
Harusnya dia kembali ke kantor, bukan ke sini.

"Sayang~ ayo masuk"

Suara Diana mengalihkan perhatiannya.

Sedikit ragu, kakinya melangkah mengikuti langkah Diana. Sang ibu yang berada di depannya.

"Mah, ngapain mamah bawa aku ke sini sih?"

Desisnya di belakang Diana. Wanita itu mengulas senyum. Terlihat cantik. Dan Sohyun baru menyadari itu.

"Mamah tidak ingin menjadi egois, walaupun kamu menolak tawaran mamah. Tapi mamah ingin kamu sesekali berkunjung ke sini. Rumah mamah"

Ujarnya lembut sambil meletakan tas kesayangannya di lemari. Kini Diana mengajak Sohyun masuk ke dalam ruangan tas miliknya. Semua serba mewah, tidak ada yang harganya murah di sini.

Hal tersebut kontan membuat Sohyun menelan salivahnya.

"Tapi apa gak apa-apa? Mamah ngajak aku ke sini? Gimana dengan om Fredrik? Lalu....."

Ah, sialnya dia tidak ingin menyebut nama lelaki itu.

"Anak tiri mamah?"

Walau akhirnya di sebut juga.

Diana menoleh.

"Gak masalah, Kamu tenang aja. Ikut mamah yuk"

Ajaknya kemudian.




❄️❄️




Dan kini Diana telah mengajaknya ke dapur. Di sana ada beberapa pelayan. Walau seragam mereka sama, tapi pekerjaan mereka berbeda-beda. Ada pun yang khusus untuk memasak terdiri dari lima orang. Semuanya wanita.

Lain pula halnya dengan yang menyapu, mengepel lantai, mencuci, sampai yang membersih kan halaman atau tukang kebun. Semua memiliki tugas masing-masing. Dan itu cukup membuat Sohyun tercengang melihatnya.

Gadis itu memikirkan bagaimana cara menggaji mereka dalam sebulan. Sedangkan gaji perbulannya saja hanya cukup untuk membiayai kebutuhan sehari-harinya, apalagi harus membayar pekerja sebanyak itu?

Gila aja sih mikirnya.

Segitu kayanya sih om Fredrik sampai bisa punya banyak pelayan di rumahnya.

"Heh..! Malah bengong? Mikirin apa sih?"

Lengan Diana menyentak hingga ia sadar kembali dari lamunannya.

Wanita itu sudah memakai apronnya. Dengan sigap dia mulai menyiapkan bahan-bahan di atas meja.

Kedua alis Sohyun menyatu. Dari tadi ibunya tidak bilang apa-apa, apalagi akan membuat sesuatu.

"Mamah mau buat apa sih?"

Ia pun bertanya penasaran. Di selingi rasa was-was pada pelayan yang berlalu lalang di sekitar mereka.

"Mamah ingin buatin kamu cup cake.. pasti kamu suka"

Don't Heart Me { Revisi } ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang