🔸2.

372 54 2
                                    





🍒



Huft...

Sohyun menghentikan kegiatannya. Sedikit merenggangkan otot tangan. Manik hitamnya beralih pada jam tangan yang melingkar di pergelangannya. Pukul 12 tepat, itu artinya waktu makan siang pun telah tiba. Ia segera menyimpan file laporannya terlebih dahulu sebelum mematikan laptop.

Kemudian beranjak dari kursi. Tumitnya mengayun santai hendak keluar ruangan mencari makanan untuk mengisi perutnya yang sudah keroncongan. Namun ada hal yang membuatnya berhenti secara tiba-tiba. Ia menengok ke samping. Hembusan nafasnya terdengar berat.



 Hembusan nafasnya terdengar berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sohyun menyadari di ruangan itu masih ada Sehun yang duduk bersebelahan meja dengannya. Haruskah dia menawari pria angkuh itu makan siang bersama hanya untuk sekedar berbasa basi?

Tapi...

Sejak bertemu kemarin sikap Sehun masih sama, sangat acuh. Tidak ada perkembangan sama sekali. Bahkan saat menanyakan jadwal meeting dan hasil laporan, Sehun hanya membuat list melalui kertas kecil yang di berikan pada Sohyun.

Anehnya, Sehun terlihat baik di depan semua orang terkecuali dirinya. Sedendam itukah dia? Padahal kejadiannya sudah enam tahun yang lalu. Sehun betul-betul memusuhinya.

Fine! Sohyun menarik nafas dalam. Sekali lagi dia akan mencoba meski dia tau hasilnya akan sama. Dengan jantung berdebar, gadis itu melangkah.

"Presdir, sudah waktunya makan siang. Mau makan bareng?"

Sohyun menawarinya.

Hening___

Sehun diam. Tetap memusatkan perhatiannya di buku entah itu buku apa, namun dia mendengar jelas suara Sohyun. Gadis itu betul-betul di abaikan olehnya.

Sohyun menelan salivah yang sepertinya menyangkut di tenggorokan. Rasanya sangat miris. Menjadi sekretaris presdir, tapi kok kenyataannya tidak bisa berkomunikasi dengan baik begini. Kehadirannya tidak di anggap oleh Sehun.

Ada saat di butuhkan. Hilang saat di abaikan.

Andai yang duduk di hadapannya itu masih pak Fredrik dan bukan Sehun. Jelas sekali situasinya tidak akan setegang ini.

Lama menunggu, Sohyun memutar tubuhnya ingin melanjutkan niatnya untuk makan siang. Ia cepat-cepat melangkah karena sudah tidak tahan berada di ruangan pengap itu. Pengap bukan berarti kekurangan ac, namun karena kehadiran Sehun.

Don't Heart Me { Revisi } ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang