Icha tertegun kaget seusatu seperti menancap di hatinya sangat sakit, matanya berair ia berusaha sekuat tenaga agar tidak menangis, walau tidak semnyakitkan perceraian orang tuanya tapi itu cukup menambah luka besar di hatinya.
"Udah nanti aja nangisnya!" bisik Revan ia mengelus elus punggung Icha dengan sangat lembut.
"Kayaknya lo butuh ngejelasin sesuatu dehh," Ungkap Revan auranya tiba tiba berubah menjadi dingin membuat Putra dan gadis di sampingnya sedikit terkejut, matanya memandang Putra tajam benar benar menusuk sampai membuat Putra sedikit gugup.
"Kenalin dulu ini tunangan gw namanya rose," Jelas Putra berusaha tenang.
"Terus," Aura dingin Revan benar benar sangat menakutkan ia memandang tanpa ekspresi, tatapannya kosong tapi itu yang membuatnya semakin menakutkan terlihat seperti Revan yang berbeda dan ini pertama kalinya Putra melihat sosok tersebut bukan hanya dia tapi Rose dan Icha juga.
" Kami di jodohin, dan kita sama sama jatuh cinta pada pandangan pertama pas dia udah balik dari Australia dan baru kemarin banget gue tunangan sama dia," Putra berusaha menjelaskan dengan setenang mungkin.
"Dan gue mutusin buat kenalin dia sama kalian terutama sama Icha, kalian udah gue anggap keluarga," Lanjut Putra, Icha tersenyum kecut saat mendengar kata keluarga.
"Okeyy udah selesai?" Tanya Revan masih dengan aura dingin dan wajah yang datar.
"Udah," Balas Putra sedikit gugup.
" Okayy gue ngerti maksud lo, juga selamat atas pertunangan kalian, dan buat lo rose salam kenal, mungkin kita bisa lanjutin nanti bud gue harus balik duluan bareng Icha so byee," ungkap Revan tersenyum manis di akhir ucapannya, aura dinginnya sudah hilang membuat Rose dan Putra seedikit bernafas lega , ia dengan cepat membawa Icha yang sudah lemas dan sudah tidak bisa fokus, gadis tersebut berjalan sambil bengong.
"Udaah kita balik aja sekarang," Ungkap Revan lalu menjalankan mobilnya menuju ke rumah Icha, Icha masih membeku dengan pikiran yang entah melayang kemana, ia masih menahan air matanya untuk tidak jatuh
"Udah lo bisa nangis sekarang," Ungkap Revan menyadari Icha yang gemetaran menahan tangis.
" uwahhh, hiks......hiks......,"Icha langsung menangis histeris sesekali mengeluh dan berbicara hal yang tidak jelas pengucapannya, selama perjalanan ia menangis sesekali ia berhenti sesegukan lalu kembali menangis Revan membiarkannya dan tidak bergeming sedikitpun seolah ia tidak ada di sana. Icha masih belum percaya ini seperti mimpii tapi terasa nyata benar benar menyiksa dalam dua hari ini ia telah menangisi dua perpisahan.
"Ituu dia kenapa?" Tanya ibu laras saat melihat Icha yang buru buru masuk kekamarnya sembari menangis.
"Di php in cowo tuhh bu, udah biarin aja bu paling juga nanti ngurung diri di kamar ,atau mungkin besok dia gak mau kesekolah," Balas Revan santai wajahnya menunjukkan ekspresi songongnya.
"Hadehhh cinta pertama tuhh emang selalu gagal yahh, ibu dulu juga gitu," Ungkap Laras, ia tersenyum saat wajah cinta pertamanya terlintas di benaknya.
" kamu udah ada calon?" Tanya ibu laras kepada Revan sedikti menggoda mengingat Revan yang jomblo seumur hidup karena hobi ngeghosting cewek.
"belum bu," jawab Revan.
"Sama anak ibu aja," tawar Rose menaikkan alisnya meminta jawaban.
Revan berpikir sejenak, "hmm enggak dulu deh bu,"Jawab Revan.
" Kamu dari dulu jawannya konsisten banget." Laras sedikit tidak terima, padahal ia sangat menyukai Revan sangat cocok di jadikan mantu menurutnya
"Hehehehe." Revan cuman cengengesan tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEKROS
Teen FictionTentang belajar mengikhlaskan, tentang mencintai seseorang, dan tentang meninggalkan dan ditinggalkan. Tentang tiga remaja SMA dan kehidupan mereka yang menggembirakan. cerita ini murni dari hasil pemikiran ku sendiri