"PLAKK,"tamparan keras langsung di dapatkan Revan saat ia membuka kamarnya, ia tahu ini akan terjadi.
Keluarga Rini melapor ke polisi saat mendapati anaknya yang pingsan dengan keadaan mengenaskan di bar. Rini menolak untuk berbicara tapi polisi dengan mudah mengetahui siapa pelakunya dan tentu yang membereskan masalah tersebut adalah Alex ia menggunakan kekuasaan dan uangnya agar anak yang paling ia benci tersebut tidak di penjara dan ia tidak di cap sebagai pelakunya,ia melakukannya untuk dirinya sendiri ia tidak mau rekan rekannya tahu jika ia punya anak seorang criminal oleh karena itu ia membantu Revan dengan terpaksa.
"KAMU BISA GAK SIH GAK BUAT MASALAH SEBENTAR AJA," bentak Alex, wajahnya memerah,pembuluh darahnya terlihat jelas nampaknya ia sudah sangat lama menahan amarahnya.
"GAK BISA AKU BAKAL TERUS DAN TERUS BIKIN MASALAH," Revan balas membentak.
"AKHH ANAK SIALAN INI." Alex murka ia melempar semua benda yang ada di dekatnya sebagai pelampiasan.
"KENAPA ANDA GAK BUNUH SAYA AJA," Revan benar benar sudah lelah hari ini ia melalui banyak hal, ia menyesali kenapa tadi ia tidak pulang kerumah Icha saja.
"BERHENTI MENJAWAB DAN DIAM SAJA!!!," perintah Alex, ekspresi Revan tidak berubah sedari tadi ia sepert tak ada takutnya.
"Kenapa?," Revan sedikit tersenyum ,"Saya bukan anak lemah yang diam kalau di tindas."
"Kamu merasa di tindas?" Alex bertanya matanya melotot seram.
Revan menggeleng cepat ,"tidak saya berasa di neraka."
" Keparat ini." Alex terus mengumpat sembari mencari senjata di sekitarnya yang dirasa bagus untuk di daratkan di tubuh Revan.
"AAAAAAAA..." Revan tiba tiba berteriak sembari menutup telinganya kuat kuat,ia merasa telinganya berdengung hebat di sertai dengan suara suara aneh yang terus menganggu pikirannyya.
Mati
Mati
Mati menyenangkan.
Wajah Revan terlihat memerah. Setelah beberapa saat menutup matanya ia kini memandang sang ayah yang menatapnya bingung.
"BRAKKK," Revan meluluh lantahkan semua barang di ruangan itu ia mengamuk membuat Alex terkejut bukan main. Revan terlihat seperti singa yang kelaparan. Alex memandang ngeri.
"kenapa bunda melahirkan ku?" lirih Revan sendu kalimat tersebut terlihat di ucapkan untuk dirinya sendiri.
"Ayah menurut mu mengapa aku masih ada di dunia ini?."
'apa ini kenapa anak ini tiba tiba berubah 180 derajat, apa ia memang sudah benar benar gila' pikir Alex melihat sikap Revan yang terlihat seperti bocah lemah membuatnya kaget gaya bicara anak tersebut juga terdengar aneh , Alex masih diam ia tidak tahu harus bersikap seperti apa yang mendominasi perasaannya hanyalah kebingungan.
Karena tak kunjung menerima jawaban Revan yang menjawab pertanyaannya sendiri ,"Itu karena aku tidak boleh mati."
Alex masih membeku ia menatap Revan yang menunduk seperti patung tidak bergerak sedikitpun , ia jadi semakin bingung tidak lama ia memutuskan untuk keluar dari kamar Revan membiarkan Revan yang menurut Alex aneh itu.
Revan seketika meluruh ke lantai saat sang Ayah menutup pintu kamarnya, ia menangis tak bersuara setelah itu. Ia tidak tahu alasan pasti nya yang jelas ia benar benar ingin menangis sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEKROS
Teen FictionTentang belajar mengikhlaskan, tentang mencintai seseorang, dan tentang meninggalkan dan ditinggalkan. Tentang tiga remaja SMA dan kehidupan mereka yang menggembirakan. cerita ini murni dari hasil pemikiran ku sendiri