BAB 3

70 10 0
                                    

Yth para pembaca sekalian

Mohon Vote dan komennya, makasih:)


   "Hiks...hiks..hikss," Gadis mungil tersebut menangis tersedu sedu dalam kesendiriannya, di dalam kamar gelap tersebut ia menangis dengan suara tertahan agar sang adik tak turut mendengar lukanya.

Icha mengigit bibirnya menelungkupkan wajahnya dan memeluk lutunya sendiri yang di tekuk ia terduduk menghadap kejendela yang langsung menunjukkan bintang bintang cantik di luar sana.

"brengsek, bajingan,menyebalkan," ia terus mengumpat dalam hati entah apa jelasnya yang ia tangisi tapi Ia merasa hidupnya sangat menyedihkan, melelahkan dan menyiksa, salah, bukan seluruh hdupnya tapi rumahnya, tempat yang seharusnya jadi tempat paling nyaman di dunia.

Tentu pura pura baik baik saja adalah hal yang melelahkan tapi itu lebih baik dari pada seluruh dunia menatapnya sendu seolah ia adalah mahluk paling menyedihkan di dunia, itu sangatlah tidak nyaman.

Menangis saat sendirian mungkin telah menjadi kebiasan seorang manusia,salah satu alasanya kemungkinan agar tidak terlihat lemah. Icha gadis yang lebih gampang menangis jika perasaannya terluka di banding fisik nya, ia sangat mudah tersentuh dan perasaannya sangat mudah untuk di permainkan.

Melihat orang tuanya bertengkar sudah menjadi kebiasaannya tapi tetap saja ia tidak pernah terbiasa, apalagi hari ini ada seseorang yang menyaksikan ketidak sempurnaannya dan lebih menyebalkannya lagi itu adalah Putra.

Masalahnya ada di kedua orang tua mereka yang bermasalah tapi anak anaknya turut mendapat imbasnya, Ayahnya yang mudah emosi dan sang Ibu yang selalu membuat masalah perpaduan yang sangar pas bukan, sangat cocok untuk saling menyakiti satu sama lain.

Icha menghapus air matanya kasar ia lapar dan butuh asupan energy, ia berdiri perlahan menatap wajahnya di cermin sangat jelas bahwa ia baru saja menangis, karena tidak ingin elvan melihat nya Icha bergerak untuk membasuh wajahnya dan memakai beberapa riasan tipis terutama area mata dan bibir agar wajahnya terlihat lebih segar.

Icha berjalan melalui kamar sang adik yang tertutup rapat ia ingin masuk tapi lebih memilik meneruskan langkahnya ke dapur untuk membuat nasi goreng pedas yang sanggup membuatnya menangis kepedasan.

Sementara di sisi lain Elvan tiba tiba terbangun dari tidurnya, ia merasakan pegal pada lehernya karena tertidur di meja belajarnya ia hanya tertidur sebentar melihat air matanya yang jatuh ke buku catatannya belum mongering atau ia tidur sembari terus menangis entahlah. Bocah tersebut menangis sampai ketiduran.

Tenggerokannya kering karena itu ia memutuskan untuk pergi ke dapur untuk mengambil minum.

"Lo abis tidur?" tanya Icha saat melihat Elvan yang berjalan lunglai ke dapur dengan wajah khas bangun tidur, Elvan hanya menjawab dengan deheman sembari menuangkan air di gelasnya setelah itu meminumnya.

" Ibu kemana?"

Elvan sedikit kesal ,"kan tadi gue udah bilang kerumah temennya," Ujarnya tampa melihat kearah kakaknya.

"Gila tadi Ibu sama Ayah malu maluin banget masa berantemnya harus pas ada doi gue sih," celoteh Icha nasi gorengnya bahkan masih belumm ia telan.

Revan mendudukkan dirinya di hadapan Icha,"yah tau sendiri kalo udah kumat gak kenal tempat,"

"Btw emang lo udah pacaran sama Putra," Elvan menatap tidak yakin.

"Belum sih tapi akan," Jawab Icha cengengesan.

Elvan menatap Icha meremehkan ,"Mimpi."

"Liat aja nanti Putra bakal klepek klepek sama gue."

Elvan menyeringai ,"ngayal,"

NEKROSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang