Revan sedang duduk di kasurnya ia sedang mengetik sesuatu di laptopnya dengan serius, jari jari nya bergerak dengan lincahnya menuliskan kata demi kata di layar laptopnya tersebut.
"Cklek." Suara pintu di buka sedikit kasar berhasil mengalihkan Revan ia menatap sebal wanita cantik yang berdiri angkuh di ambang pintu kamarnya.
"Lo dipanggil bapak lo sana!," ujar Stephanie santai ia menatap Revan dengan malas.
Beberapa detik kemudian Revan bergerak dari kasur empuknya ia berjalan dengan malas, Stephanie sudah pergi lebih dulu menuju kamarnya malas melihat kejadian seterusnya yang akan terjadi, Revan mengunci rapat pintunya berjalan santai kea rah ruang tamu di mana sang Ayah sedang menghisap rokoknya di sana.
"Kenapa?" tanya Revan dengan nada ketus hal tersebut sontak membuatnya mendapat tatapan menusuk dari sang Ayah.
"Hei anak nakal, kamu gak pantes yah natap saya kayak gitu," dingin Alex ia berjalan mendekat kearah Revan yang juga berjalan ke arahnya.
"PAKKK." Alex melayangkan kursi di ruang tamunya kearah kepala Revan hal itu membuat Revan tersungkur ke lantai dengan kepala berdara akibat hantaman dari Alex, kepalanya benar benar terasa luar biasa sakit sekarang.
Alex berjongkok untuk mensejajarkan pandangannya dengan Revan yang terduduk menatapnya tajam.
"Hei, ngapain pake lapor polisi segala hah?" tanya Alex ia menatap Revan dengan tatapan bertanya tapi juga meremehkan.
"Hahaha," Alex tertawa menyeramkan ia kemudian menyeringai seolah hal yang Revan lakukan tak berguna sama sekali.
"Kamu pikir, kamu bisa penjarain saya dengan muda hah." Alex mengangkat dagu sang anak secara kasar, darah segar yang menetes dari pelipis Revan sampai dagu mengenai tangan kekar Alex.
"Cuih." Revan meludahi sang Ayah ia juga menepis kasar tangan Alex dan mencoba berdiri walau sedikit oleng tapi ia bisa dengan mudah menegapkan kepalanya yang terasa sakit bukan main.
"Lihat aja nanti saya pasti bakal berhasil ," tegas Revan ia benar benar tidak suka di sepelekan.
"Ck, kamu ini gak tahu diri banget yah, udah saya nafkahin begini balasan kamu, syukur syukur saya gak ngebuang kamu," hina Alex tajam , Revan tidak tersinggung sama sekali ia malah menyeringai meremehkan.
"Bukannya emang udah seharusnya yah anda kayak gitu, setidaknya kalau gak mampu jadi seorang Ayah, setidaknya kasi duit," ucap Revan menohok Alex yang semulanya mulai tenang kini emosinya langsung naik, ia mengepalkan tangnnya kuat kuat.
Revan menatap remeh ,"lagian anda gak bakal pernah buang saya, anda udah gak ada anak selain saya, gak ada yang bisa nerusin keturunan anda selain saya, kecuali kalau istri anda sekarang punya anak, tapi kayaknya gak bakalan bisa tuh."
Alex tidak tahu harus bereaksi apa, yang di katakan Revan memang benar dia sangat membutuhkan Revan untuk meneruskan keturunannya, Stephanie dan dirinya belum kunjung mendapat buah hati hingga kini, Stephanie memang kurang subur, Alex sudah tahu itu sebelum menikah dengan Stephanie tapi ia tetap menerima kekurangan perempuan itu dan akan tetap bersabar sampai ia mendapatkan anak dari Stephanie,ia tidak mungkin mencari wanita lain karena ia memang sangat mencintai Stephanie begitupun sebaliknya, walau tentu perasaan cinta Alex kepada Jessica lebih besar tapi ia tetap tidak akan sanggup jika harus melepas Stephanie hanya karena sedikit kekurangannya, lagi pula itu bukan berarti mereka tidak bisa punya anak, masih bisa namun perlu usaha lebih ekstra yaitu melakukan bayi tabung.

KAMU SEDANG MEMBACA
NEKROS
Fiksi RemajaTentang belajar mengikhlaskan, tentang mencintai seseorang, dan tentang meninggalkan dan ditinggalkan. Tentang tiga remaja SMA dan kehidupan mereka yang menggembirakan. cerita ini murni dari hasil pemikiran ku sendiri