"Gue suka sama lo," Ungkap Icha serius, Revan yang mendengar itu membatu ia bingung harus menjawab apa.
"Gue suka sama lo Revan," Ulang Icha memperjelas.
"Lo serius, lo gak lagi bercanda kan," Revan tidak percaya
"gue cinta sama lo gue sayang sama lo dang gue gak mau kehilangan lo,"Jawab Icha sedikit meninggikan suaranya memperjelas tentang perasaannya sedangkan Revan lagi lagi membatu.
"gue udah mikirin ini beberapa hari yang lalu, perasaan yang gue rasain sekarang beda dari pas gue suka sama Putra, gue gk bisa berenti mikirin lo jantung gue berdebar dan bahkan pas gue cuman mikirin lo," Ujar Icha panjang, Ia benar benar telah jatuh cinta pada seoarng Revan.
"Gue suka sama lo Revan." Icha memejamkan matanya erat tidak berani untuk melihat ekspresi Revan saat ini yang nampak terkejut.
"Lo gak boleh suka sama gue cha." Kalimat tersebut membuat Icha membuka matanya kaget tentu saja.
"K..kenapa? gue cinta sama lo... tulus," ucap Icha sendikit tergugu.
Revan menggeleng pelan ia menggenggam tangan Icha, tangan Revan hangat untuk pertama kalinya,"Gak, gak boleh,gue terlalu jahat buat lo."
'akh kalimat basi itu' batin Icha.
Icha masih diam seperti tidak terima dengan penuturan Revan," lo orang baik gak ada yang ngomong lo jahat."
Revan memandang Icha dalam masih menggenggam erat tangan gadis tersebut,"Gue yang ngomong Cha, gue jauh lebih brengsek dari yang lo sangka, gue lebih buruk dari yang terlihat," wajah Revan terlihat meyakinkan.
"Lo gak bakal bisa bareng gue," sambungnya ,"Lo gak bakal bahagia dan malah jadi cewek paling terpuruk."
"Gue cinta sama Lo Van," mata Icha sudah berkaca kaca, ia bingung marah dan kecewa.
"Gue seburuk itu Cha buat lo."
"Sebelum lo makin cinta," Revan menunjuk bagian jantung dari Icha ,"lo harus bunuh perasaan itu."
"Revan gue tahu elo, kita kenal lama dan lo bukan orang jahat, gue tahu itu." Kalimat Icha bergetar ia benar benar ingin menangis keras sekarang, entah apa tujuan sebenarnya Revan mengatai dirinya sendiri buruk, tapi ia rasa itu cara Revan menolaknya tentu ia tidak bodoh.
"Gak Cha lo gak tahu apa apa, plis lo berhenti gue mohon." Revan tampak semakin gusar entah ada apa dengan pria tersebut gelagaknya sedikit aneh.
"Revan, lo bisa tinggal nolak gue, gak usah kayak gini lo gak jahat."
"Cha denger gue!, kita gak bisa bareng bareng gue gak bakal biarin itu gue gak mau lihat lo nangis kehilangan." Revan menekankan di setiap kalimatnya.
Perasaan Icha berkecamuk benar benar bingung dia hanya perlu jawaban apa perasaan Revan sama dengannya atau tidak unutk urusan melupakan itu bisa ia pikirkan nanti.
Icha menatap mata Revan dalam entah apa yang ia akan dapatkan di dalam sana ,"Revan jujur perasaan lo ke gue gimana?"
Revan terdiam pria tersebut terlihat berpikir keras,"Gak ada, gue nganggep lo adik gue yg harus gue jaga."
Damn
"Udah clear kan," ujar Icha ia melepaskan genggaman tangan Revan ksedikit kasar.
"Tapi Cha..." Revan memandang Icha sendu.
"APA? Gue cinta sama lo tapi lo gak, udah kan, gue lagi lagi cinta bertepuk sebelah tangan" ujar Icha sedikit membentak malas memperumit segalanya yang jelas perasaannya lagi lagi tertolak.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEKROS
Ficção AdolescenteTentang belajar mengikhlaskan, tentang mencintai seseorang, dan tentang meninggalkan dan ditinggalkan. Tentang tiga remaja SMA dan kehidupan mereka yang menggembirakan. cerita ini murni dari hasil pemikiran ku sendiri