"Gue suka sama lo," Ungkap Icha serius, Revan yang mendengar itu membatu ia bingung harus menjawab apa, melihat Revan yang diam saja membuat Icha semakin gugup.
"Gue suka sama lo Revan," Ulang Icha memperjelas, ia merasa seperti dejavu.
Revan memejamkan matanya sejenak, sedikit memundurkan badannya tanpa ia sadar, "lo serius, lo gak lagi bercanda kan," ia menatap Icha serius.
"gue cinta sama lo gue sayang sama lo dang gue gak mau kehilangan lo,"Jawab Icha sedikit meninggikan suaranya memperjelas tentang perasaannya sedangkan Revan lagi lagi membatu.
" gue udah mikirin ini beberapa hari yang lalu, perasaan yang gue rasain sekarang beda dari pas gue suka sama Putra, gue gak bisa berenti mikirin lo, jantung gue berdebar dan bahkan pas gue cuman mikirin lo," Ujar Icha panjang, Ia benar benar telah jatuh cinta pada seoarang Revan. Sosok yang selama ini menemaninya, selalu berada di sampingnya sejak dulu yang sayangnya mereka hanyalah sepasang sahabat tak pernah lebih dari itu.
"Gue suka sama lo Revan." Icha memejamkan matanya erat tidak berani untuk melihat ekspresi Revan saat ini yang nampak terkejut, ia semakin gugup walau ia sudah menguatkan diri sebelumnya namun nyatanya ia tetap tenggelam rasanya Icha kehilangan separuh oksigen yang masuk ke paru parunya saking gugupnya.
"Lo gak boleh suka sama gue cha." Icha sontak terkaget, ia membuka matanya lebar lebar menatap Revan dengan tatapan paling sendunya, sekarang a sudah benar benar kehilangan oksigen untuk beberapa saat. Menakutkan kata kata yang keluar dari bibir tipis Revan lebih mencekam dari yang ia bayangkan.
"K..kenapa? gue cinta sama lo... tulus," ucap Icha sendikit tergugu, Icha tidak bisa membaca raut wajah yang di pasang oleh Revan itu membingungkan.
Revan menggeleng pelan ia menggenggam tangan Icha erat, tangan Revan hangat untuk pertama kalinya,"Gak, gak boleh,gue terlalu jahat buat lo."
'akh kalimat basi itu' batin Icha. Padahal Icha tidak berharap Revan mengatakan kalimat itu untuk menolaknya.
Icha masih diam tampaknya gadis itu tak terima dengan yang diutarakan Revan ," lo orang baik gak ada yang ngomong lo jahat," bantah Icha.
Revan memandang Icha dalam, masih menggenggam erat tangan gadis tersebut,"Gue yang ngomong Cha, gue jauh lebih brengsek dari yang lo sangka, gue lebih buruk dari yang terlihat."
"Lo gak bakal bisa bareng gue."
"Lo gak bakal bahagia dan malah jadi cewek paling terpuruk."
"Gue cinta sama Lo Van," sebutir air mata telah lolos jatuh berseluncur di pipi mulusnya, ia bingung marah dan kecewa.
Revan menunduk setelah itu berucap lirih sangat pelan nyaris tak terdengar, "Gue seburuk itu."
Revan mendongak ,"sebelum lo makin cinta," Revan menunjuk bagian jantung dari Icha ,"lo harus bunuh perasaan itu."
Icha menghembuskan udara yang sedari tadi tertahan di kerongkongannya.
"Revan gue tahu elo, kita kenal lama dan lo bukan orang jahat, gue tahu itu." Kalimat Icha bergetar ia benar benar ingin menangis keras sekarang, entah apa tujuan sebenarnya Revan mengatai dirinya sendiri buruk, tapi ia rasa itu cara Revan menolaknya tentu ia tidak bodoh.
"Gak Cha lo gak tahu apa apa, plis lo berhenti gue mohon." Revan tampak semakin gusar entah ada apa dengan pria tersebut gelagaknya sedikit aneh.
"Revan, lo bisa tinggal nolak gue, gak usah kayak gini lo gak jahat." Icha meninggikan nada suaranya membuat Revan yang bergerak tak karuan mematung menatapnya dengan mata berkaca kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
NEKROS
Teen FictionTentang belajar mengikhlaskan, tentang mencintai seseorang, dan tentang meninggalkan dan ditinggalkan. Tentang tiga remaja SMA dan kehidupan mereka yang menggembirakan. cerita ini murni dari hasil pemikiran ku sendiri