Kala masih berada di dalam kamar.
Gadis itu terlihat sedang memoleskan liptint berwarna merah delima ke bibir, lalu meratakannya dengan jari telunjuk.
Sebenarnya, Kala bukanlah gadis yang terlalu suka memakai riasan. Namun, karena ada suatu produk kecantikan yang memintanya untuk membantu dalam proses promosi alias endorse, mau tak mau Kala harus merelakan bibirnya.
"Gimana? Warnanya bagus, 'kan? Enggak terlalu mencolok dan tetep menyatu alami sama warna bibir. So ... selamat mencoba!" pungkas Kala. Gadis itu tersenyum lebar sambil menunjukkan produk liptint pada kamera.
"Ehem!"
Kala tersentak saat mendengar suara dehaman yang tiba-tiba muncul di dalam kamar. Gadis itu menyudahi rekaman video dan menoleh ke belakang. Ia mengembuskan napas pelan, mendapati sosok mamanya--Ernia--tengah berjalan ke arahnya.
"Pagi-pagi udah sibuk nih kayaknya. Sibuk ngonten," sindir Ernia. "Tiap hari itu yang kamu lakuin?"
Kala mendengkus pelan. "Ada apa Mama ke kamar aku? Kalo enggak ada yang penting, jangan ganggu aku," ujar Kala, dingin. Gadis itu kemudian sibuk membereskan peralatan make-up di meja.
Ernia tersenyum miring. "Mama sama papa hari ini pergi ke luar pulau."
"Iya, semalem Mama juga udah bilang. Kalian pergi karena ada urusan sama keluarga jauh di sana," sambung Kala.
Ernia manggut-manggut mendengar perkataan Kala. "Kamu beneran enggak mau ikut?"
Kala menghentikan gerakan tangannya yang hendak mengambil ponsel. Ia lantas menatap Ernia dengan ekspresi datar. "Buat apa? Aku enggak ada urusan apa-apa sama mereka. Toh, kehadiranku juga enggak akan berpengaruh, 'kan? Lagian, mereka cuma keluarga jauh. Aku enggak kenal banget sama mereka."
"Kala, kamu ... bisa enggak, sih, hati-hati kalo ngomong? Ya ... walaupun mereka keluarga jauh, kita harus bantu, dong, kalo mereka lagi kesusahan, butuh pertolongan."
Kala tersenyum miring. "Kalo gitu, Mama sama papa aja yang ke sana, sekalian ngewakilin aku. Beres, 'kan?"
"Kala!" tegur Ernia. Wanita itu mulai tersulut emosi. Ia benar-benar tidak tahu lagi dengan sikap putrinya itu.
Kala tidak peduli dengan teguran tegas dari Ernia. Gadis itu lebih memilih bermain ponsel, mengedit video rekamannya tadi daripada meladeni mamanya sendiri.
Ernia geleng-geleng melihat ulah gadis itu. "Kala," panggilnya.
"Apa, sih, Ma?" sewot Kala.
"Ikut mama ke ruang makan sekarang."
"Aduh, bentar, Ma. Tanggung banget ini. Lagian, aku enggak kuliah hari ini. Jadi, sarapannya nanti aja."
"Kala, bisa enggak nurutin perkataan mama sebentar?" Nada bicara Ernia mulai meninggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Read My Attention [TAMAT✓] | @penaka_
Romance[Dewasa Muda - Romansa] - [Tamat] Kalandra Efigenia, anak tunggal yang sukses menjadi 'content creator' di media sosial. Sayangnya, sifat yang ditunjukkan Kala di dalam konten berbanding terbalik dengan sifat aslinya di dunia nyata. Jika di media so...