📻 Part 27 - Prasiaran Pertama📱

296 31 5
                                    

Akhirnya, setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, Kala sampai juga di stasiun Radio Halo Suara, tepat 8 menit sebelum acara siaran dimulai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Akhirnya, setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan, Kala sampai juga di stasiun Radio Halo Suara, tepat 8 menit sebelum acara siaran dimulai. Gadis itu membungkukkan badan dengan kedua tangan bertumpu pada lutut. Napasnya terengah-engah. "Ya ampun .... Capek banget ....," keluhnya.

Kedua mata Kala terpejam beberapa saat. Ia merasakan tubuhnya yang terasa panas. Kepalanya agak pusing. Samar, ia juga merasakan peluh yang bergerak turun dari dahi.

Tin! Tin!

Kala membuka kedua mata dan menengok ke belakang. Ia melihat ada seorang pengendara sepeda motor yang melaju ke arahnya. Anehnya, Kala tetap saja diam di tempat. Untung saja, sepeda motor itu tidak mengenai tubuhnya. "Berisik banget, sih, lo!" sungut Kala kemudian.

Si pengendara sepeda motor melepas helm dari kepala. Ia adalah Rafa, rekan siaran Kala mulai saat ini. Ah, terbalik. Harusnya Kala yang menjadi rekan siarannya mulai saat ini. "Saya enggak akan bunyiin klakson kalo kamu enggak ngalangin jalan."

Kala berdecak. Perlahan, ia menegakkan tubuh. Napasnya sudah lebih teratur, tidak terengah hingga nyaris kehabisan oksigen seperti sebelumnya. Namun, panas tubuh masih terasa.

"Minggir dikit, Kal."

Kala mendesis sebal. Dengan terpaksa, ia menggeser sedikit posisinya. Ia menatap Rafa dengan raut menahan kesal.

Rafa geleng-geleng. "Lagi, Kal."

Kedua mata Kala membulat tak terima. Namun, ia tetap mengikuti perintah Rafa. Ia menggeser posisinya sambil mendengkus.

"Dikit lagi, Kal."

Kala menatap tajam Rafa. Ia menghela napas panjang dan diam beberapa saat. Kalo gue singa, udah gue terkam habis nih, orang!

Gadis berjaket abu-abu itu mengentakkan kaki ke tanah dan menggeser posisinya sebanyak dua langkah. "Udah, 'kan? Awas aja kalo lo nyuruh gue geser lagi! Gue tendang lo sama motornya!"

Rafa tersenyum miring dan memajukan sepeda motor dengan dorongan kaki.

Kala menatap Rafa dengan tatapan aneh. "Apaan tadi? Sok senyum smirk gitu. Ih!" Ia itu bergidik ngeri membayangkan ekspresi Rafa baru saja.

Rafa menggantung helm di spion. Ia menatap Kala yang sedang berdiri sambil mengipas-ngipas wajah menggunakan tangan. "Ayo, Kal, masuk. Ngapain berdiri di situ?"

"Bentar, 1 menit lagi, deh. Panas banget gue. Lo enggak tau, 'kan, apa yang baru aja gue lakuin? Gue ...."

Rafa geleng-geleng dan memilih untuk masuk lebih dahulu ke stasiun radio, meninggalkan Kala yang masih asyik bercerita sendiri.

"Capek banget tau, Raf, lari dari rumah ke sini. Emang lumayan deket, sih, tapi bayangin! Gue belum sarapan dan lari sampe ngos-ngosan gini. Bentar, ya, gue ngademin badan dulu." Kala perlahan menoleh ke belakang. Kedua matanya membulat sempurna saat tak menemukan Rafa di sekitarnya. Gadis itu menoleh celingak-celinguk, mencari keberadaan laki-laki itu. "Wah, dasar, Asem! Gue ditinggalin sendirian di luar gini. Kurang aja, tuh, Rafa! Bisa disangka orang gila gue nanti."

Read My Attention [TAMAT✓] | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang