Kala melakukan peregangan pada otot-otot tubuh, seperti tangan dan pinggang. Akhirnya, siaran hari pertama dapat ia lalui dengan baik dan lancar. Ya ..., walaupun sempat beberapa kali berdebat dengan Rafa.
Rafa menanggalkan headphone dan meletakkannya di meja siaran. Ia menoleh ke kanan, menatap Kala. "Gimana perasaan kamu?"
Kala yang sedang melakukan peregangan tangan langsung menoleh ke sumber suara. "Perasaan apa?"
"Siaran hari pertama."
"Oh, itu. Eum ..., lumayan nyenengin. Setelah gue pikir-pikir, ternyata enggak mudah juga jadi penyiar. Harus bisa multitasking. Ngurus mic, lah. Ngurus equalizer suara, bacain atensi, muter lagu request-an Listeners, dan harus betah ngomong. Ah, sama satu lagi. Harus pinter cari topik sama improvisasi biar siarannya enggak garing."
Rafa manggut-manggut mendengar penuturan Kala. Ia juga setuju dengan apa yang dikatakan oleh gadis itu. "Emang udah hukum alam kalo sesuatu yang ada di dunia ini pasti ada mudah dan susahnya sendiri-sendiri. Kamu jadi penyiar di sini juga ketolong dengan statusmu yang seorang content creator."
Kala mengernyit mendengar kalimat terakhir Rafa. "Kok, gitu?"
Rafa mengambil tas dan berdiri. "Lanjut ngobrolnya di luar aja. Mbak Dewi habis ini siaran."
Kala mengangguk dan ikut mengambil tasnya. Ia dan Rafa pun berjalan keluar dari ruang siaran lanjut pergi ke bagian lobi. Mereka lantas duduk di sofa yang ada di sana.
"Kenapa lo bilang gue keterima jadi penyiar di sini karena ketolong sama status gue sebagai content creator?"
Rafa menyandarkan punggung pada sofa. "Ya, rata-rata yang jadi penyiar di Halo Suara itu lewat jalur seleksi dan ngajuin lamaran. Enggak kayak kamu. Sebenernya, dulu ada juga yang jadi penyiar di sini tanpa jalur seleksi. Kebetulan dia penyanyi, tapi sayangnya udah enggak jadi penyiar lagi di sini."
Kala manggut-manggut mendengar perkataan Rafa. Ia jadi teringat dengan perkataannya sendiri dulu, saat berdebat dengan Rafa. Ia pernah berkata kalau menjadi seorang penyiar itu hal yang mudah, hanya modal berbicara saja. Ternyata, setelah ia terjun langsung ke dunia kepenyiaran, anggapannya itu salah kaprah. Ia baru tahu kalau untuk menjadi seorang penyiar juga harus melalui tahap yang cukup sulit, yaitu seleksi.
"Kal?"
"Ya?" Kala tersadar dari lamunan. Gadis itu menatap Rafa dengan kedua alis terangkat.
"Kamu melamun?"
"Ha? E-enggak, kok," kilah Kala. "Gue ... cuma lagi mikir aja. Gue harusnya seneng karena enggak perlu lewat seleksi yang rumit biar keterima jadi penyiar di sini. Gitu."
Rafa tersenyum samar. "Kamu dan penyiar-penyiar di sini sama aja, enggak ada yang diistimewakan. Jangan sampe Halo Suara nyesel rekrut kamu karena enggak ngikutin pedoman jadi seorang penyiar radio dan nyombongin status kamu sebagai seorang content creator."
KAMU SEDANG MEMBACA
Read My Attention [TAMAT✓] | @penaka_
Romance[Dewasa Muda - Romansa] - [Tamat] Kalandra Efigenia, anak tunggal yang sukses menjadi 'content creator' di media sosial. Sayangnya, sifat yang ditunjukkan Kala di dalam konten berbanding terbalik dengan sifat aslinya di dunia nyata. Jika di media so...