Lima belas menit sebelum siaran Halo Pagi, Kala dirundung rasa cemas. Gadis itu berjalan mondar-mandir di lobi stasiun radio dengan tangan menggenggam ponsel. Ia menghentikan langkah sejenak untuk menatap layar ponsel yang menampilkan roomchat-nya dengan kontak tak dikenal. Namun, Kala tahu siapa pemilik kontak tersebut.
From : +628262927xxxx
[Gue udah kirim video kita ke mama sama papa lo]
[Ini screenshots-nya]
[Tapi, sampe sekarang belum dibuka sama dia]
[Let's wait her reaction after watch that video😏]Kala mengeratkan genggaman pada ponsel ketika membaca ulang pesan-pesan dari kontak tak dikenal itu. Pesan-pesan tersebut dikirim tadi malam tepat saat ia tiba di rumah usai menyelesaikan sebuah urusan serius. Kala hanya membaca pesan-pesan tersebut dan tidak berniat sama sekali untuk membalasnya.
Hingga saat ini, Kala masih penasaran, apakah mama papanya sudah melihat video yang dikirim Elphan atau belum. Kala dibuat tidak tenang memikirkan hal tersebut. Kalau mama dan papanya sudah menonton video tersebut, pasti mereka akan segera menghubungi dirinya. Akan tetapi, sampai sekarang, hal itu belum terjadi.
Kala mengembuskan napas berat. Gadis itu menggigit bibir bawah. Ia terus berjalan mondar-mandir tak tenang. "Satu, dua, tiga, empat, lima, enam, tujuh, delapan, sembilan ...." Kala berusaha menenangkan diri dengan berhitung. Gadis itu memegang kepala. "Aduh, Kal. Tenang, please. Lo enggak perlu takut. Mama sama papa pasti percaya sama lo. Di video itu jelas-jelas Elphan yang aneh-aneh. Lo ... cuma korban, Kal. Tenang, tenang, tenang. Semuanya bakal selesai. Sepuluh, sebelah, dua belas, tiga belas ...."
Perasaan Kala benar-benar tidak tenang, begitu juga dengan pikirannya. Gadis itu waswas memikirkan tanggapan dari Ernia juga Kelvin terhadap video dari Elphan. Apakah mereka akan marah, kecewa, malu, atau kesal?
Kala terkesiap merasakan getaran singkat dari ponsel. Gadis itu berhenti berjalan mondar-mandir dan memusatkan perhatian pada layar ponsel yang menyala. Ia membulatkan kedua mata saat menemukan notifikasi pesan masuk dari Ernia.
Tubuh Kala menegang di tempat. Gadis itu menelan ludah berat. Dengan rasa penasaran bercampur takut, ia memberanikan diri membuka pesan masuk dari Ernia.
Mamanya itu mengirim forward message berupa video. Tanpa mengunduh atau menontonnya, Kala sudah bisa menebak video apakah yang dikirim oleh Ernia. Pasti itu video dari Elphan. Video berisi kejadian buruk di malam perayaan kelulusan Kala dulu.
From : Mama
[Kala, itu video apa?]
[Itu beneran kamu sama Elphan?]
[Apa yang udah terjadi, Kal?]Kala kembali menelan ludah berat membaca rentetan pertanyaan dari Ernia. Ia bingung harus berbuat apa. Ia ragu apakah Ernia akan memercayainya andai ia menjelaskan yang sebenarnya. Gadis itu mendesah berat. Ia mendongak dan mengerjap beberapa kali, menghalau air mata yang mulai berkumpul di pelupuk. Dada Kala terasa nyeri dan sesak.
Ponsel Kala tiba-tiba berdering nyaring. Kala menunduk, menatap layar ponsel. Ada panggilan telepon yang masuk dari Ernia. Gadis itu menarik napas dalam-dalam. Dengan agak ragu, ia mengusap layar ke atas untuk menjawab panggilan tersebut. Ia tempelkan ponsel di telinga kanan. Setelah mengambil napas panjang, gadis itu mulai menyapa, "Ha-halo, Ma?"
Hening selama beberapa saat. Kala menunggu Ernia berbicara. Gadis itu menunduk. Tepat saat itu juga, satu bulir air mata jatuh menetesi lantai.
"Kal ...?" sahut Ernia di seberang sana. Suara wanita itu terdengar parau.
Mendengar suara Ernia membuat perasaan Kala semakin sesak. Gadis itu mendadak jadi merasa bersalah, malu, sekaligus agak takut. "Ma-maafin aku, ya, Ma. Video itu ... emang bener aku sama ... Elphan."
Lagi-lagi, hening mengambil alih keadaan. Kala memejamkan mata sejenak. Gadis itu hendak berbicara kembali, tetapi niatnya harus tertahan karena Ernia telah mendahuluinya. Dengan tenang, mamanya itu, "Tunggu Mama, ya, Kal."
Kala yang mendengar kalimat Ernia itu spontan dibuat bingung. Dahinya berkerut dalam. Apa maksud mamanya berkata seperti itu? Tunggu? Apa yang harus ia tunggu memangnya?
Terlambat. Kala tidak sempat bertanya karena sambungan telepon telah diputus sepihak oleh Ernia. Kala menatap ponsel dengan ekspresi bingung. Perasaannya semakin dibuat tak tenang. Mama mau apa, sih?
"Kala?"
Kala tersentak. Gadis itu menoleh ke sumber suara. Ia menemukan Rafa yang berdiri di depan pintu ruang siaran sambil membawa kertas. Kala hanya diam, tak bertanya mengapa Rafa memanggilnya.
Rafa menatapnya dengan ekspresi datar. "Ayo, Kal. Siarannya udah mau mulai," ujarnya.
Kala segera mengusap sisa air mata dan mengangguk sebagai respons atas perkataan Rafa. Gadis itu mulai berjalan menuju ruang siaran. Namun, langkahnya terhenti di tengah-tengah saat tak sengaja mendengar suara televisi yang menyala di lobi. Gadis itu termangu di tempat. Perlahan, ia menengok ke kiri, memusatkan tatapan pada televisi yang terpasang di dinding.
Rafa ikut menoleh, mengikuti arah pandang Kala. Ada sebuah berita yang tersiar di salah satu stasiun televisi. Laki-laki itu tercenung mendengar penjelasan dari pembawa acara berita tersebut.
"Polisi menangkap salah satu warga berinisial E---usia 27 tahun---di kompleks Perumahan Mawar Kencana Kamis malam. Berdasarkan keterangan polisi, E ditangkap setelah mendapat laporan dari salah satu pihak, terkait dengan penggunaan narkoba jenis sabu yang dilakukan oleh E.
"Polisi melakukan penggeledahan di rumah tersangka dan menyita barang bukti berupa 5 gram sabu dan juga uang tunai. Saat ini, polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut untuk kasus ini."
Kala membekap mulut menyaksikan tayangan berita di televisi. Gadis itu terkejut. Ia mencoba memahami kembali penjelasan dari pembawa acara. Ia menduga jika tersangka berinisial 'E' yang dimaksud di berita adalah sepupunya sendiri, Elphan. Jadi ..., orang gila itu udah ditangkep? batinnya, masih tak menyangka.
Sebenarnya, Kala agak kasihan dengan sepupunya itu, tetapi tak bisa ditampik kalau ia juga merasa lega dan senang. Ia ingin Elphan segera sadar dan merasa jera atas tindakan buruknya selama ini yang tak hanya merugikan diri sendiri, tetapi juga orang lain.
Rafa menatap Kala. Ia berjalan pelan mendekati gadis berambut pendek tersebut. Tangannya terangkat, lalu mendarat di pundak kanan Kala. Kala refleks menoleh ke kanan. Ia menatap Rafa yang tengah memusatkan perhatian ke arah televisi. "Semuanya bakal baik-baik aja, kok, Kal." Rafa menoleh ke kiri dan beradu pandang dengan Kala.
Kala menatap Rafa dalam diam.
"Apa yang kamu lakuin udah bener. Elphan ... pantes dapetin itu semua." Rafa mengatakan kalimat tersebut dengan tenang. Laki-laki itu menepuk pelan pundak Kala dan tersenyum samar. "Ayo, kita mulai siarannya."
Kala menatap Rafa yang berjalan lebih dulu menuju ruang siaran. Gadis itu kembali menatap ke arah televisi yang tengah menyiarkan berita lain. Ia mengembuskan napas berat dan segera menyusul langkah Rafa.
BERSAMBUNG
ke
PART 38Udah siap pindah ke PART 38?
Jangan lupa vote dan komen, ya☺️See you and thank you!
Salam Candu💕
KAMU SEDANG MEMBACA
Read My Attention [TAMAT✓] | @penaka_
Lãng mạn[Dewasa Muda - Romansa] - [Tamat] Kalandra Efigenia, anak tunggal yang sukses menjadi 'content creator' di media sosial. Sayangnya, sifat yang ditunjukkan Kala di dalam konten berbanding terbalik dengan sifat aslinya di dunia nyata. Jika di media so...