📻 Part 16 - Lo Jual, Gue Beli📱

362 38 3
                                    

"Dasar orang sinting!" pekik Kala tanpa sadar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dasar orang sinting!" pekik Kala tanpa sadar. Sontak saja, pekikan tersebut menarik perhatian beberapa mahasiswa dan mahasiswi yang sedang berada di kantin kampus. Mereka memusatkan pandangan pada Kala.

Kala mengedarkan pandang. Sial! Sekarang, ia malah menjadi pusat perhatian orang-orang. Gadis berambut pendek itu mendengkus pelan dan memilih duduk di salah satu kursi kantin. Wajahnya terlihat kusut, menahan kesal. Ia menopang dagu dengan tangan. "Rafa orangnya selalu kayak gitu apa, Fan?"

Fandi menatap Kala. Laki-laki itu kemudian ikut duduk, tepatnya di seberang Kala. "Kayak gitu gimana maksud lo?"

"Ck! Ya ..., kayak gitu. Ngeselin, cuek, bodo amatan."

Fandi mengelus-elus dagu, terlihat seperti orang yang sedang berpikir. "Kalo masalah ngeselin, enggak juga. Tergantung orang yang ngadepin dia aja, sih. Kalo cuek sama bodo amatan, ya ..., dia emang kayak gitu. Lumayan, lah."

"Lo betah gitu temenan sama dia?"

"Betah, lah. Kenapa enggak?"

"Ih, dia ngeselin kayak gitu dan lo betah temenan sama dia?" Kala tertawa sumbang. "Enggak bisa dipercaya."

Fandi tertawa kecil. "Eh, Kal. Tadi, gue udah bilang, 'kan? Rafa bakal kayak gitu, tergantung dari orang yang ngadepin dia. Dia ke gue mah santai-santai aja."

Kala hanya memutar bola mata malas mendengar perkataan Fandi tersebut.

"Eh, tapi, lo jangan sembarangan sama Rafa, Kal. Apalagi, kalo lagi ngomong sama dia."

Kala menatap Fandi dengan ekspresi datar. "Kenapa gitu?"

Fandi menoleh ke kanan dan ke kiri, seperti sedang memperhatikan situasi. Laki-laki berambut cepak itu lantas mencondongkan wajah. "Rafa itu," bisiknya, "udah kayak pemerhati bahasa tau, gak."

Dahi Kala berkerut mendengar pernyataan Fandi itu. "Pemerhati bahasa? Maksudnya?"

"Iya, pemerhati bahasa. Dia itu paling teliti kalo soal bahasa, etika, sama tata krama." Fandi kembali menoleh ke kanan dan kiri, berjaga-jaga jika tiba-tiba saja orang yang dibicarakannya muncul. "Nih, gue kasih tau, Kal. Misal, kalo lo lagi chat-an sama dia, lo harus perhatiin tulisan atau ketikan lo. Jangan sampe ketikan lo itu di-caps lock semua."

"Emang kenapa kalo di-caps lock semua?"

"Heuh, cari mati lo sama Rafa kalo sampe kayak gitu."

Dahi Kala berkerut semakin dalam. "Emang ... seberpengaruh apa, sih, kalo misal chat Rafa terus di-caps lock semua hurufnya?"

"Chat lo bisa-bisa cuma berakhir dua centang warna biru doang, Kal. Enggak dibales sama Rafa. Sama sekali."

"Di-read doang maksud lo?"

Fandi mengangguk, membenarkan maksud Kala. "Yes. Terus, kalo lo chat Rafa, jangan lupa salam, selamat pagi atau semacamnya. Kalo lo baru pertama kali chat-an sama dia, jangan lupa sebutin nama."

Read My Attention [TAMAT✓] | @penaka_Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang