Di Cafe, kini [Name] pun tengah duduk disebuah meja sambil memasang wajah datar. Ia juga sesekali mendengarkan kata-kata dari lawan bicaranya yang kini duduk di hadapannya, dia adalah orang yang sebelumnya [Name] temui disekitar sekolah.
Tama, Miyazaki Tama. Om-nya [Name] dari keluarga sang ayah.
Kali ini Tama terlihat memperhatikan sang keponakan dari atas sampai bawah, ia sungguh tak menyangka jika keponakannya akan terlihat banyak berubah dari yang dulu ia tahu.
Setahunya dulu, [Name] adalah seorang gadis kecil yang cukup polos dan lugu. Bahkan jika dibandingkan dengan tampilan yang sekarang, [Name] terlihat lebih menawan.
Memiliki tubuh yang terlihat berisi, kulit cerah, serta memiliki tinggi badan yang ideal itu memang porsi yang sangat pas untuk seorang remaja sepertinya.
Tama tersenyum aneh ketika ia cukup puas memperhatikan [Name].
“Ada apa Om mengajakku kemari?” Tanya [Name] yang kini mengalihkan pandangannya kesembarang arah untuk menghindari kontak mata langsung dengan sang Om.
Tama tertawa pelan. “Hanya ingin bertemu dengan keponakanku, apa tidak boleh?” Ujar Tama kini sambil mengaduk jus buah yang sempat ia pesan sebelumnya.
[Name] berdecih dan langsung menatap Tama cukup tajam sekarang, membuat Tama yang ditatap hanya memasang ekspresi wajah santai.
“Keponakanku? Sejak kapan aku adalah keponakanmu?! Bahkan keluarga ini saja tidak pernah menganggapku ada selama 12 hingga 13 tahun ini!” Seru [Name].
Tama tersenyum meremehkan seruan [Name]. “Ya, ya, itu benar. Ternyata sekarang kau sudah menerima posisimu sebagai yang tak diakui dan tak terakui di keluarga Miyazaki, [Name]-chan.”
[Name] mengeraskan rahangnya marah, ingin sekali ia menampar wajah licik itu sekarang, akan tetapi ia juga harus bisa menjaga emosinya di depan Tama. Bagaimanapun juga Tama adalah Om-nya.
Tama semakin melebarkan senyumnya sambil menatap dalam kearah [Name] yang kini tengah menahan emosi.
“Kau tahu [Name]? Aku masih belum bisa memaafkan kejadian yang waktu itu, rasanya sakit sekali ketika mendengar kabar jika anakku dinyatakan lumpuh dari pinggang hingga kaki. Aku masih belum bisa menerimanya.” Ujar Tama sambil meminum jus buah miliknya.
“Baguslah, lagi pula aku juga tidak pernah meminta maaf padamu ataupun pihak keluarga yang lain. Soal itu kau dan keluarga lain bisa urus sendiri, lagi pula aku, Kaa-chan dan Tou-chan sudah bertanggung jawab.” Ujar [Name] dan Tama pun terkekeh.
Tama, “Hee kau ini, kemana [Name] kecil yang aku kenal dulu? Kau dulu selalu takut jika berhadapan denganku dan Daichi-nii. Dari kelinci kecil kau sekarang sudah berevolusi menjadi singa betina rupanya.”
[Name], “Tutup mulutmu, dasar sialan! Kau mengajakku kemari ternyata hanya ingin membahas hal bodoh itu lagi!”“[Name]?”
Kini kedua insan itu pun menoleh saat ada seseorang yang kini datang menganggu perdebatan diantara keduanya, Netra [Name] pun melebar saat tahu siapa yang kini menengahi perdebatannya dan sang Om.
Hanma.
Dia datang dengan santainya sambil menghapit sepuntung rokok yang kini berada diantara jari-jarinya. Hanma pun kini menatap Tama yang kini juga menatapnya, ia pun menyesap rokoknya dan menghembuskan asap-asap rokok itu ke udara.
“Waw! Bajingan dari mana ini, [Name]? Seenaknya saja mengajak gadisku duduk dan mengobrol berdua disini!” Sarkas Hanma pada Tama. Kini dapat dilihat keduanya tengah beradu tatap. Tama menatap Hanma dengan raut wajah penuh emosi, sedangkan untuk Hanma sendiri ia hanya menanggapi tatapan itu dengan seringai lebarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
OM HANMA - HANMA SHUJI x READERS
Fanfiction『ーOm Hanmaー』 HIATUS! 🚬🚬🚬 "Shu-Chan, sebentar lagi kamu akan memiliki seorang keponakan!, Dan Kaa-San minta jika kau akan selalu berperilaku baik padanya!." "Hah!? punya ponakan itu sangat merepotkan, Kaa-San! Aku tidak mau!." 🚬🚬🚬 ✧ SLOW UPD...