Chap 3

3.5K 246 19
                                    


'Happy Reading'

Senyap.

Sa'at Fazi memasuki kantin dengan memegang tangan Erina, kantin yang tadinya ramai menjadi senyap.7

Erina, gadis itu di tatap oleh semua orang yang berada di kantin. Takut! Ia merasa terancam Erina takut mereka menyakitinya.

Tanpa sadar Erina mengeratkan genggaman'nya pada tangan Fazi, dengan refflek Fazi menatap Erina dengan ke dua alis terangkat.

Erina mendekat ke badan Fazi dengan kaki gemetar, Erina memeluk Fazi dari samping membuat cowo itu menegang di tempat.

Fazi sadar kala mendengar suara isakan kecil, dan bajunya pun sedikit basah. Fazi memeluk Erina dengan tangan Fazi yang bergerak atas bawah di punggungnya.

Fazi mengedarkan pandangan'nya ke semua tempat dan akhirnya ketemu. Pojok kantin kanan kosong, Fazi membawa Erina yang masih setia memeluknya dari samping. Menghiraukan tatapan kaum hawa yang melihat Erina 'IRI' Fazi tidak memperdulikan itu. Yang ia pedulikan sekarang hanya Erina, yap. Erina, gadis yang sudah mengisi hatinya sejak beberapa jam yang lalu, maybe?

Fazi mendudukan Erina di kursi, namun Erina masih memeluk perut Fazi, membuat Fazi susah untuk duduk.

"Butuh bantuan, ji?" Arkan, cowo itu datang di waktu yang tepat saat Fazi sedang kesusahan.

Fazi menggangguk, "Tolong, Ar. Bantuin gue geser kursi itu ke sini." Fazi menyuruh dan menunjuk kursi dengan dagunya.

Arkan mengganguk dan menggeserkan kursi itu kepada Fazi. Tak lupa Fazi pun ber-terima kasih kepada Arkan.

"Mau gabung?"

Arkan menggeleng, "Gue harus urus dulu absensi kelas sepuluh, next time aja ya, ji!" Arkan berlalu seraya melambaikan tangan, Fazi membalasnya dengan anggukan.

Erina, ia sudah tidak memeluk perut Fazi. Erina memeluk leher Fazi dan duduk di salah satu paha Fazi, menyenderkan kepala'nya kepada bahu Fazi. Fazi mencoba untuk tetap santuy, bagaimanapun Fazi ini lelaki normal.

Fazi ingin sekali mengusir Erina, namun melihat gadis itu tertidur pulas dengan Empeng yang entah kapan sudah menempel di bibir mungilnya, itu membuatnya semakin tertidur pulas.

Bel kedua berbunyi, tanda pelajaran kembali dimulai, semua murid yang berada di kantin berjalan rapih keluar kantin dengan tertib.

Fazi menghela nafas pasrah, di kantin sebelum bel, semuanya terjadi seperti semula, ramai dan berisik. Namun, tak mengganggu tidur gadis yang masih setia memeluknya ini.

Fazi berdecak kesal, ia tadinya sengaja berdiam diri di kantin agar gadis yang ada di pelukanya merasa terganggu dan terbangun. Namun, bukanya terbangun malah tertidur semakin lelap. Seperti di bacakan dongeng saja.

Fazi menggendong Erina, kedua kaki Erina melingkar sempurna di pinggang Fazi, tangan Erina memeluk erat leher Fazi, bahu Fazi menjadi sandaran. Kepala Erina menghadap leher Fazi, entah sejak kapan Erina sudah melepas Empeng yang berada di mulutnya.

Deg!

Fazi rasanya ingin berteriak dan melemparkan Erina ke sungai amazon berisi buaya, agar Erina di makan buaya dan mati.

Fazi menahan nafas dan segala hasrat, seperti cacing kepanasan. Fazi memasukan tas Erina kedalam tas nya dan pergi dari kantin.

Erina, sudah lancang menghisap leher Fazi, seperti empeng.

Ada untungnya koridor sepi, Fazi berjalan cepat menuju ruang pribadinya yang berada di lantai dua.

Fazi merasa pegal menggendong Erina, walaupun tubuh Erina terbilang kecil, namun tidak dengan berat badanya. Sepertinya pengaruh susu yang berada di Dot Erina. Fazi yakin di lehernya akan ada bekas merah keunguan.

Gadis Chilldish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang