Chap 15

1.1K 68 0
                                    



'Happy Reading!'

Voment dulu disini!👉

Clek!

Dokter keluar dsri ruangan, dokter itu melepas mssker'nya, "Erina selamat, sempat terjadi jantung'nya berhenti bertetak selama 1 menit 24 detik. Tuhan masih berbaik hati, memberikan Erina ruang untuk hidup." Dokter Ali tersenyum.

"Boleh kami masuk Dok?"

Fazi bertanya seraya menatap pintu sa'sat Dokter keluar.

Dokter Ali menggeleng. "Belum bisa, Erina harus di pindahkan dulu ke ruang inap, mari bu silahkan selesaikan administrasi'nya."

Widy mengangguk, tadi Widy akan pergi membayar administrasi'nya, namun kala mendengar dari Fazi bahwa Erina nafas'ya hilang dari situ Widy langsung pinsan.

Pingsan selama 2 jam, dan kala Widy sadar. Setelah beberapa menit Dokter Ali keluar.

'Haduh, andai saja aku tak pingsan.'
gerutu Widy.
o

Oo

Fazi mendekat ke arah brangkar Erina, Widy memberikan sedikit ruang untuk Fazi.

"Rin," lirih Fazi dengan nafas tercekat.

Jari-jari Erina perlahan mulai bergerak, mata indah'nya mulai mengerjap, "Kak Fazi, Kak Fazi, Kak Fazi dimana?" Erina berucap lirih, Fazi memandang Erina sendu.

"Disini, Rin, gue disini, tadi cuma ke toilet aja, jangan takut gue pergi, karna gue gak akan pernah pergi dari lo. Kecuali lo yang nyuruh gue untuk pergi dari kehidupan lo," Fazi berucap dengan tangan kanan yang mengelus rambut Erina, dan tangan kiri'nya mengelus punggung tangan Erina yang terdapat selang infus.

Erina mengangguk lemah.

"Mah," Erina memanggil Widy, dengan sigap Widy bangkit dari sofa, kemudian mendekati brangkar Erina.

Fazi izin ke Widy untuk pulang terlebih dahulu di karena kan sekarang sudah 7 malam.

Fazi juga berkata ia akan kembali setelah mandi dan makan lalu membawa baju untuk sekolah besok.

Widy hanya mengangguk.

"Iya sayang, mau apa?" Widy bertanya pada Erina.

"Mau minum?" tawar Widy, Erina menggeleng.

"Mau makan?" tawar'nya Widy lagi, Erina menggeleng lagi.

"Mah,"

"T-tadi Lara disuruh ikut sama ayah, kata'nya disana nyaman, dan gak akan ada yang jahatin Lara lagi." lanjut Erina, meskipun Erina bercerita dengan suara yang pelan.

Mata Widy berkaca-kaca, "T-terus?" tanya Widy dengan suara bergetar.

Bibir pucat Erina menampilkan senyum tipis, Erina memegang tangan Widy. "Lara nolak. Lara bilang 'Lara mau temenin, Mamah dulu, kalo Lara ikut Ayah, Mamah kasian sendirian disana. Lara gamau Mamah nangis terus, cukup nangis karna Ayah aja, Lara mah jangan. Nanti air mata mamah abis.' Gitu mah," ujar Erina seraya terkekeh lucu.

Gadis Chilldish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang