Chap 19

855 55 0
                                    

'Happy Reading!'

Voment dulu plis!

Erina sejak malam menghafalkan, materi yang akan besok ia kerjakan. Pagi ini Erina akan sekolah.

Erina sudah siap dengan seragam'nya, sekarang Erina hanya perlu sarapan.

"Mah~ Lara laper~" Erin menatap Widy dengan pandangan memelas.

Perut Erina tak Henti-henti'nya bersuara.

Sudah 6 bulan berlalu setelah terjadi'nya Erina yang terbentur ujung meja dan kritis karna kehilangan darah yang sangat banyak.

Erina menjalankan sekolah 'Home Scholling' selama 2 bulan.

Dokter menyarankan Erina untuk Home Scholl'ling selama 1 bulan penuh, agar luka'nya sembuh total.

Namun, Widy menambahkan waktu'nya.

Meski bekas luka jahitan'nya tak akan memudar/hilang dari dahi Erina.

Dahi Erina di jahit hingga 25 jahitan.

Bahkan Erina sampai tak sadarkan diri selama 1 minggu.

Jika saja Erina waktu itu tidak nekat keluar dari rumah sakit, untuk menemui Fazi dengan berakhir pingsan karena kehilangan bnyak darah dan luka infeksi.

Widy dengan sabar dan telaten menunggu Erina hingga siuman.

Setelah 1 minggu Erina siuman, Erina ngotot ingin pulang.

Dokter dengan sedikit terpaksa mengi'izinkan Erina untuk pulang dengan syarat Erina tidak boleh sekolah selama 1 bulan full agar luka di kepala'nya sembuh total.

Dokter pun menyuruh Widy agar Erina tak banyak gerak atau memikirkn banyak hal yang membuat luka Erina lama sembuh.

Widy mengangguk, dengan telaten Widy mengurus Erina, hingga luka di dahi Erina sedikit demi sedikit mengering.

Bekas jahitan'nya terlihat jelas, Erina sedikit minder dengan bekas jahitan yang berada di dahi mulus'nya.

Setelah beres sarapan, Erina dan Widy berjalan menuju bagasi untuk mengambil mobil dan mengantar Erina ke sekolah.

Di sepanjang jalan Erina hanya berdiam diri, dengan pelan Widy berbicara.

"Tumben diem?" Widy bertanya, menatap Erina dari samping sekilas, Erina membuang muka ke arah jendela mobil.

"Lara, gak pede, Lara takut di jauhin sama temen-temen Lara karna sekarang Lara udah jelek." ujar Erina seraya menatap lurus ke depan, bibir'nya mengerucut.

"Mah?" lanjut Erina menatap Widy yang sedang pokus menyetir dari samping.

"Ya?"

"Kak Fazi Baik-baik aja kan?"

"Lara kangen Kak Fazi, lho. Mah," lanjut Erina, menatap sendu jalanan yng akan menuju gerbang sekolah.

Widy terkekeh, "Fazi, Baik-baik saja, Lara gausah khawatir," Erina mengangguk lucu.

"Kak Fazi masih mau gak, ya? Sama Lara, soalnya Lara udah gak cantik lagi,"

Gadis Chilldish [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang