Widy berdiri ia mendekati dokter.
Fazi melirik Widy dan Dokter itu sedang mengobrol lalu mereka pergi.
"Pasti mau ngebahas tentang penyakit Erina."
"Gue gak nyangka, hm." lanjut Fazi bergumam.
"Lo bakalan ninggalin gue secepat'nya. Gue gak nyangka si,"
"Gue udah duga kalo itu lo."
Fazi bergumam seraya berjalan tak tentu arah. Ia duduk di salah satu kursi.
Air mata Fazi meluruh. Ia terisak pelan dan menutupi wajah'nya dengan kedua telapak tangan'nya, tak memperdulikan orang-orang yang menatap'nya kasihan dan prihatin.
Tiba-tiba ada elusan di bahu Fazi. Fazi tersentak ia melihat si pengusap bahu, lalu menangis lagi. "Lo gapapa kan?!" ucap Fazi dengan nada bergetar, ia berucap seraya sesegukan.
Orang itu mengangguk lemah. "Key'nya Rizi ada disini. Jadi, Rizi gak boleh nangis lho." ujar'nya pelan.
Ia adalah Erina.
Erina sudah sadar dari ruang UGD ia berniat akan di pindahkan ke ruang rawat'nya. Namun kala melihat seorang cowo yang seperti'nya menangis dengn bahu bergetar. Erina mengetahui orang itu, ia turun dari brangkar secara paksa.
Fazi memeluk Erina, ia menyembunyikan wajah'nya di cetuk leher Erina.
"Huaaaa ... L-lo udah tau?" ujar Fazi seraya melepas'kn pelukan'nya, ia memegang bahu Erina dan mengguncang'kan'nya.
"Lara tau dari lama hehe."
"Lara cuma kecapean aja, Kak. Jangan lebay deh," ucap Erina, ia terkekeh, selang yang bertengger di hidung Erina melorot. Erina membenarkan'nya dengan tangan kiri yang terdapat selang infus.
Fazi mendelik, "Gue gak lebay, setan! Gue cuma- ah udahlah gausah di bahas!" ujar Fazi, ia mengelak.
"Erina, ayo suster anter ke kamar Erina." ajak sang Suster, ia baru saja datang karna suruhan dari dokter bahwa Erina tidak boleh kecapean. Erina baru saja sadar, belum sepenuh'nya pulih total.
Erina menggeleng, ia refflek memeluk lengan kiri Fazi. "Gak! Lara gak mau!" ujar Erina seraya menggelengkan kepala'nya.
Rambut Erina bergoyang, selang yang bertengger di hidung Erina melorot, dengan paksa Erina menarik selang itu dan hal yang tak terduga membuat Fazi dan Suster itu melotot. Darah mengucur dari hidung Erina.
Erina mulai mengendurkan pelukan'nya pada tangan Fazi, pandangan'nya mulai mengabur. Erina memukul kepala'nya pelan dengan magsud untuk menghilangkan pusing'nya.
Fazi mengelus rambut Erina. Namun Fazi tersentak, rambut Erina rontok, di tangan Fazi, terdapat gumpalan rambut Erina yang menyangkut di sela-sela jari'nya. Gumpalan tersebut lumayan banyak dari rambut rontok seperti biasa'nya.
Erina menangis. "R-rambut, Lara rontok, hiks!"
Erina hampir saja terjatuh ke lantai jika Fazi tak memegang Erina.
Fazi memeluk Erina, menempat'kan kepala Erina di dada bidang'nya.
Suster itu sudah tidak ada sa'at Erina mimisan, suster panik dan pergi untuk mengambil brangkar.
Butuh 2 menit untuk suster itu mengambil brangkar, Erina di gendong oleh Fazi ala bridal style ke arah brangkar, dan menidurkan Erina dengan pelan di brngkar tersebut.
Dokter yang menangani Erina itu kembali panik, beberapa suster membantu Erina yang sudah pucat, bak mayat.
Memasangkan selang oksigent ke hidung Erina dan mulut'nya, tangan kiri Erina di benarkan kembali agar selang infus'nya tidak copot.
Mata Erina masih terbuka belum tertutup sepenuh'nya.
Erina bergumam, sebelum kesadaran'nya hilang total. "Key mau hidup lebih lama sama Rizi. Rizi milik Key dan Key milik Rizi, selama'nya." ujar Erina tersenyum tipis tercetak jelas di bibir mungil yang pucat itu. Mata-nya menatap Fazi sayu.
"Key sayang banget sama Mamah Widy, ma'af dan makasih udah mau rawat Key yang penyakitan ini dengan sabar."
"I love you banyak-banyak dari Key'nya Rizi buat Rizi dan I love you Mama." lanjut Erina bergumam lalu tak sadar kan diri.
Fazi dan Widy yang membantu mendorong brangkar di kedua sisi Erina.
Fazi di sisi kanan Erina sedangkan Widy di sisi kiri.
Fazi menangis dan sa'at itu juga Widy berhenti di jalan lalu pingsan, untung ada Ardi yang kebetulan melewati mereka.
Fazi tak memperdulikan Papah'nya yang sedang apa di rumah sakit. Yang ia pedulikan sekarang adalah seseorang yang membuat hidup'nya lebih berwarna.
Dulu hidup Fazi penuh dengan kekerasan oleh orang tua'nya. Namun sa'at nenek dan kakek'nya berkunjung ke rumah Fazi tanpa memberikan kabar terlebih dahulu kepada orang tua Fazi. Bermagsud untuk memberikan suprise kepada cucu tercinta. Malah mereka yang di kejutkan dengan cucu tercinta mereka yang akan di pukul oleh spatula.
Dari situ Nenek Fazi mengancam kedua orng tua Fazi. Jika mereka melakakukan kekerasan lagi terhadap cucu tercinta, mereka tidak akan segan-segan melaporkan kepada pihak berwajib. Dari sana kedua orang tua Fazi berjanji dan memohon untuk tidak mepalorkan mereka terhadap pihak berwajib dan mereka berjanji tidak akan melakukan kekerasan terhadap Fazi.
Dari sana pula Fazi tidak di berikan kekerasan oleh kedua orng tua'nya sampai kelas 3 smp itu terulang kembali dan membuat adik Fazi mengalami trauma akibat kekerasan di usia'nya yang masih belia.
"Ra? Ra? Bangun!" ujar Fazi dengan suara bergetar, ia masih setia mendorong brangkar Erina ke arah arah ruang ICU untuk operasi.
"Argh! Ra! Bangun ... "
"Gak lucu lo, setan! Jangan bikin gue panik!"
"HUA!! KEY'NYA RIZI HARUS KUAT!" Fazi berteriak, memeluk kepala Erina, namun di tarik oleh salah satu suster sa'at memasuki ruangan ICU.
Kaki Fazi berasa seperti Jelly. Fazi terjatuh ke lantai di depan pintu ICU yang terdapat kaca namun di tutupi oleh suster dengan gordeng kecil.
"Argh!!" teriak Fazi frustasi.
Tiba-tiba ada seorang gadis yang menggendong bayi. "Sabar ya, Dek. Doain pacar kamu, Kakak ikut prihatin sama keada'an pacar kamu." ujar perempuan itu.
Fazi mendongkak. "Lo siapa? Bukan'nya lo yang papah gue bawa ke rumah sakit sa'at lahiran itu?" tanya Fazi dengan suara serak.
Perempuan itu dengan menggendong bayi itu memegang bahu Fazi mengajak Fazi berdiri dari duduk'nya yang di lantai.
Fazi berdiri di tuntun oleh perempuan itu dengan tangan kiri yang menahan gendongan bayi.
Setelah duduk di kursi tunggu, perempuan itu tersenyum, menyalurkan sapu tangan dengan gambar sponbob.
Setelah di terima dengan baik oleh Fazi. Perempuan itu mengulurkan tangan kanan'nya ber magsud untuk mengajak Fazi kenalan.
"Sebelum'nya, perkenalkan nama aku Fatimah. Aku adalah anak angkat papah kamu tanpa sepengetahuan Bunda kamu, dan aku juga orang yang di bantu oleh papahmu sa'at mau melahirkan. Beruntung di sana ada papahmu yang mau menolong aku yang akan melahirkan." ujar perempuan itu bernama Fatimah seraya tersenyum ke arah Fazi.
"Dokter yang menangani pacar kamu itu suami saya. Ma'af sudah terjadi kesalah paham'an antara kamu dan papah'mu karna saya."
Fazi mengangguk, wajah sembabnya menatap tak minat ke arah perempuan bernama Fatimah. "Gue kira lo selingkuhan papah gue." ujar Fazi pelan namun masih terdengar oleeh Fatimah. Fatimah membalas'nya dengan terkekeh.
Menepuk pundak Fazi dua kali lalu berdiri. "Kamu harus kuat. Suami aku pasti akan melakukan yang terbaik buat nyelamatin pacar kamu." ujar Fatimah.
Fazi mendongkak menatap Fatimah sekilah lalu membuang muka. "Gue gak terlalu berharap. Karna, emang udah gak ada harapan lagi buat Erina hidup lama. Kangker'nya udah nyebar ke seluruh tubuh." ucap Fazi membuat Fatimah merasa tak enak ke arah Fazi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gadis Chilldish [END]
Teen Fiction[FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA KARENA SEBAGIAN PART NYA SAYA PRIVATE!] Seorang gadis yang mengalami trauma, lemah fisik namun hiperaktif dipertemukan dengan Ketua osis yang mempunyai Sifat Random. Kadang dingin kadang juga senyum. Dan Fazi adalah seso...