37. Perhitungan

97 7 1
                                    

_____ SATU _____

Asad masih setia duduk di depan mobilnya. Asad memainkan ponsel dengan jari-jarinya, merasa bosan. Ia melirik ke jam yang ada di pergelangan tangannya. Sudah lebih dari sepuluh menit Asad menunggu Shevania datang. Satu-persatu murid meninggalkan parkiran sekolah hingga menyisakan Asad dan beberapa anak murid lain yang mungkin mengikuti ekskul.

Drtt drtt

Ponsel Asad bergetar.

Bokap : Buruan pulang, ada hal penting yang mau Papah bicarakan sama kamu.

Asad menghela napasnya panjang. "Pasti masalah itu lagi, itu lagi. Kenapa si Papah gak ada bosannya buat maksa aku? Coba aja kalau Papah itu preman, udah gue suruh di gebukin sama satu kampung." Gerutunya.

Tak lama Shevania datang dengan setumpuk buku di tangannya. Asad tersenyum namun tak lama senyumnya memudar.

"Awas Kak pelan-pelan." Shevania memperingati ketika Harris hampir saja tersandung.

Harris mengangguk. "Hampir aja buku-bukunya mau jatuh, Shev." Harris mengusap dadanya bersyukur.

"Iya Kak, Alhamdulillah gak jadi jatuh."

"Khm, khm, khm!" Timpal Asad.

Baik Shevania maupun Harris sama-sama menengok ke sumber suara. Asad menghampiri mereka berdua.

"Sini biar gue aja yang bawa." Pintanya pada Harris.

"Gak usah biar aku aja." Harris mengelak.

"Gue aja." Paksa Asad sambil merebut buku ditangan Harris.

"Aku aja." Harris menahannya.

Mereka saling melototi satu sama lain. Shevania geram melihatnya. Tingkah mereka benar-benar kekanakan.

Shevania menarik napasnya panjang. "Asad masih mau milih nganterin aku pulang atau masih mau milih berdebat sama Kak Harris?" Tanyanya mencoba memisahkan.

"Ya jelas pilih Lo lah! Yuk pulang!" Asad menarik tangan kanan Shevania.

Shevania membulatkan matanya sempurna. "Asad! Apa-apaan si kamu?! Lepasin!" Geramnya.

"Maaf, khilaf. Habisnya si itu orang ngeselin banget." Sambil menunjuk ke arah Harris.

"Apa hubungannya sama aku?" Harris kebingungan.

"Ya jelas gada hubungannya sama Lo lah. Ya kali gue homo."

Shevania hampir saja kelepasan tertawa namun ia tahan.

"Kenapa juga Lo senyum-senyum sendiri?" Tanya Asad yang masih kesal.

Shevania menggeleng.

"Jangan dibiasain kek gitu. Gue bisa kena diabetes dadakan. Senyum lo terlalu manis buat gue, Shev."

Shevania terdiam. Selalu saja Asad bisa membuat hatinya berdebar kencang. Shevania memegang dadanya berusaha untuk mengontrol diri. Coba saja Asad tahu perasaannya saat ini Shevania akan benar-benar merasa malu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Cinta Yang Aneh 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang