25. Hujan dan Rizky

739 48 0
                                    

    Shevania dan Umi duduk di sebelah Abi yang masih terbaring. Ya, kondisinya memang tidak begitu buruk. Dokter bilang Abi bisa dibawa pulang besok. Itu artinya dia dan keluarganya sudah tidak lagi memikirkan masalah biaya pengobatan Abi selama di rumah sakit. Shevania tersenyum dan menghela napasnya sedikit lega.

"Abi," ujarnya sambil memegang erat tangan Abi.

"Iyah?"

"Maaf," ucapnya sambil menunduk.

"Ada apa Nak?" Abi mulai khawatir.

"Maaf, karena Shevania belum bisa jadi sosok yang Abi pengen."

"Maksudnya?" kata Abi sambil mengerutkan keningnya bingung.

"Abi pengen aku jadi kayak Fatimah atau Aisyah kan? Maaf, aku belum bisa Abi," lirihnya.

Abi menghela napasnya lalu tersenyum dan mengusap pipi Shevania dengan tangan yang satunya. "Perasaan Abi gak bilang kek gitu," katanya.

"Abi lupa ya?" tanya Shevania resah.

Abi tersenyum kembali. "Bukan itu maksud Abi sayang. Abi emang pengen kamu meneladani sifat dan sikap mereka tetapi bukan berarti kamu harus jadi mereka. Cukup kamu jadi diri kamu sendiri aja Abi udah bangga kok." ucapnya berusaha meyakinkan Shevania.

Shevania mengerucutkan bibirnya sebentar. "Bukannya dulu Abi bersi keras menuntutku kenapa sekarang berubah? Aneh," batin Shevania ngedumel.

"Kenapa sayang?" panggil Abinya memudarkan lamunan Shevania.

"Nggak papa kok Bi," katanya sambil tersenyum. Shevania sekarang sudah merasa lega. Tetapi tetap saja dia harus belajar meneladi sifat baik dari keduanya.

"Ya udah, kamu pulang gih! Besok kan sekolah." titah Abi.

Shevania menggelengkan kepalanya, "nggak mau Bi, Shevania mau disini aja temenin Abi." Shevania bersi kukuh.

"Sayang... Jangan kecewakan Abi. Abi gak mau kamu terlambat kesekolah dan akhirnya gak masuk sekolah. Kamu kan sebentar lagi ujian."

"Tapi Bi..." belum sempat Shevania melanjutkan rayuannya tetapi Abi sudah mengedipkan matanya yang mengisyaratkan dia harus menurutinya.

Shevania menghela napasnya pasrah dan kemudian mencium telapak tangan Abi dengan lembut. "Assalamaualaikum," ucapnya kemudian pergi menghampiri Umi.

"Umi, Shevania pamit dulu ya?"

"Iya hati-hati ya, Nak." kata Umi sambil mencium kening Shevania.

"Assalamaualaikum," Shevania tersenyum sambil melambaikan tangan kepada kedua orang tuanya.

Kedua orangtuanya pun membalas lambaian tangan tersebut sambil tersenyum. "Waalaikumsallam," jawab keduanya serentak.

                        * * *

   Rintik hujan membasahi jalanan dan tempat-tempat lainnya. Shevania duduk di halte depan rumah sakit. Ia sedang menunggu taxi datang. Tak lama kemudian Shevania berdiri dan berlajan mendekat kearah rintik hujan. Ia menjulurkan tangan kanannya dan mulai merasakan bulir-bulir air menetes dan mengalir di tangannya. Entah kenapa Shevania merasa lebih baik sekarang.

Rasa gundah, sedih, resah, dan bimbang seolah terbawa air yang mengalir dan berjatuhan ke permukaan bumi. Shevania sangat bersyukur masih bisa merasakan hujan. Hujan adalah rahmat yang Tuhan berikan. Hujan adalah kejutan. Dan disetiap tetesnya terkandung banyak sekali manfaat bagi kehidupan. Namun, terkadang banyak sekali orang yang meresahkan hujan. Dan anehnya setelah Allah uji dengan kekeringan mereka baru menyadari betapa pentingnya hujan.

Cinta Yang Aneh 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang