29. Rencana

703 34 2
                                    

   Bel istirahat berbunyi. Sedari tadi tidak ada hubungan kontak mata antara Asad dan Shevania,  keduanya memilih untuk fokus menyimak pelajaran yang di sampaikan oleh guru. Mengingat Ujian Sekolah sudah semakin dekat. Hari ini Angel tidak masuk sekolah dengan label alfa. Entah ada apa dengan anak itu. Mungkin masih trauma atas kejadian semalam.

Mega dan Reza menarik tangan Asad kuat-kuat agar Asad mau melepaskan bangku kayu kesayangannya itu. Asad masih bersi kukuh di tempat walau beberapa kali sempat terlepas dari duduknya tapi ia kembali duduk. Asad mengerang saat Mega semakin keras memaksanya keluar.

"Lo berat amat si Nyet!" gerutu Mega masih berusaha menariknya.

"Udah cepetan bangun deh. Bikin anak orang repot aja!" tambah Reza kesal.

"Ya lagian siapa suruh narik-narik gue kek gini?" balas Asad tidak terima.

"Kalau kita gak tarik lo, mana mau lo ke kantin duluan," kata Reza protes.

"Iya iya. Udah lepasin. Lama-lama sakit beneran tahu!" berontak Asad. Sontak keduanya melepaskan tangan Asad secara bersamaan.

"Tapi janji lo mau ke kantin sekarang," peringat Reza.

"Gak bisa gitu dong. Kalian juga harus janji satu hal sama gue."

"Apa?" balas keduanya bersamaan.

"Kalian harus bantuin gue buat kejutan."

"Kejutan?"

"Iya. Nanti kelanjutannya gue kabarin di group sableng, okeh?"

"Okeh!" keduanya tidak protes dan mengambil jalan menurut saja dengan apa yang di katakan Asad berhubung keduanya sudah tidak tahan lagi menahan rasa lapar.

Tanpa ba bi bu lagi mereka pergi ke kantin. Sesekali Asad melihat ke arah Shevania sebelum dirinya benar-benar keluar ruang kelas. Shevania tengah duduk di bangku tengah sambil membaca buku, entah buku apa yang sedang ia baca karena Asad tidak bisa melihatnya dengan jelas.

Asad juga melihat bagaimana mata indah yang selalu ia rindukan menatap matanya balik. Asad tahu kalau Shevania juga merasakan hal yang sama seperti apa yang dia rasakan. Hanya saja Shevania malu mengakuinya.

"Lo beneran jadi nikah sama Angel?" tanya Mega penasaran.

Asad yang sudah duduk di kursi panjang depan meja kantin sebelah selatan hanya bisa memutar bola matanya malas. "C'mon Ga. Jangankan nikah, pacaran aja gue OGAH!" cetus Asad tepat didepan muka Mega.

Sontak Mega mendorong kepalanya kebelakang sedikit. Lalu mengusap mukanya dengan telapak tangan. "Biasa aja kali Nyet! Gak usah pakai kuah." cerca Mega kesal.

Reza yang sedari tadi menyimak hanya bisa menahan tawa dengan ekspresi kedua sahabatnya yang saling adu mulut.

"Eh gue tanya serius tahu," ucap Mega sambil mengambil snack didepannya.

"Gue juga udah serius dari tadi. Gue gak bakalan tunangan apalagi nikah sama tuh mak lampir!" oceh Asad benar-benar muak.

Sontak Mega memegang kening Asad dengan satu tangannya. "Lo masih waras kan?" tanyanya heran.

Dengan cepat Asad menangkis tangan Mega dan langsung geleng-geleng kepala frustasi. "Menurut lo gue gila? Iya?!" ketusnya tak percaya.

"Ya ya dikit. Abisnya lo kenapa si gak mau nikah sama cewek cantik kayak Angel? Kalau gue jadi lo gak bakalan dah gue tolak tuh cewek," cercanya disela-sela mengunyah snack.

"Ya itu lo bukan gue Nyet. Gini ya, nikah itu bukan perkara simple. Yang cuma ngucapin akad di depan penghulu trus bikin anak. Nikah tuh soal gimana kita mempertahankan keharmonisan keluarga sampai maut memisahkan. Gimana kita saling melengkapi kekurangan satu sama lain. Dan salah satu kuncinya ya harus punya rasa cinta." Asad menerangkannya panjang lebar sampai kedua sahabatnya itu melongo saking kagumnya.

Cinta Yang Aneh 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang