20. Posesif

821 49 1
                                    

  Suasana jalan raya terlihat semakin ramai di sore hari, banyak dari mereka yang pulang kerja atau alasan yang lainnya. Aroma jajanan yang ada di trotoar tercium sampai ke perut Harris dan Shevania, seolah menggugah cacing-cacing yang tengah tertidur. Mobil berwarna hitam itu berhasil terparkir sempurna di tepi jalan.

"Pak, sate kambing 2 porsi ya?" kata Harris memesan pada bapak-bapak yang terbilang memasuki umur tua.

"Siap, Mas." balas tukang sate sambil meringis.

Mereka duduk di kursi yang telah di sediakan. Di tempat mereka duduk, suasana tidak begitu ramai dibanding dengan warung-warung yang lainnya. Mungkin, mereka tidak suka sate, atau lagi pengen yang lain, atau mereka tidak suka sama tempat yang cukup terbilang tua dengan gerobak seadanya dan tempat pemagangan yang sudah usang, atau bisa saja mereka sudah sering makan sate jadi mereka memilih yang lain. Entahlah, banyak sekali kemungkinan-kemungkinan yang melatar belakangi mereka ada di sini. Kita tidak bisa menyimpulkan hanya dengan melihat mereka sekilas, karena yang kita lihat belum tentu sesuai dengan niat mereka.

"Shev?" panggil Harris lirih.

Shevania yang tengah duduk di hadapannya refleks menoleh. "Iya?" balasnya sedikit kikuk.

"Kamu tahu gak, kenapa aku pilih sate yang ada di sini?" ujar Harris dengan senyum manisnya.

"Umm, mungkin karena tempatnya sepi atau... kakak lagi pengen sate," gumam Shevania asal menebak.

Memang benar, Harris tidak suka suasana ramai, gaduh, nan bising saat makan, termasuk di kantin sekolah. Bukan karena apa-apa, rasanya ada rasa yang kurang saat menikmati makanan itu. Benar juga, kalau Harris lagi kepengen sate. Karena udah lama Harris gak makan sate. "Iya, tapi itu bukan alasan utama," ujar Harris.

"Lalu?" tanya Shevania heran.

"Karena aku suka sate kambing. Udah lama aku gak makan sate kambing. Apalagi sate kambing buatan nenek, uuhhh... di jamin bikin ketagihan." kata Harris bersemangat.

"Oh ya? Kak Vino juga suka banget sama sate kambing. Dulu, saat pulang kerja dan jika ada rezeki yang berlebih pasti Kak Vino beli sate kambing. Dan Abi juga suka itu." celoteh Shevania sambil tersenyum manis mengingat masa lalu yang manis itu.

"Serius? Kok aku gak tahu ya kalau Kak Vino suka sate?" ucap Harris bercanda.

"Hahaha, ya enggak lah, kan aku belum pernah cerita ke Kakak." tawa Shevania yang di buat keheranan.

"Hahaha, oh iya yah," kata Harris yang dibuat sedikit malu.

"Ini, Mas, Mba, satenya." kata Bapak itu dengan ramah.

"Makasih, Pak." balas Harris sambil menerima sate itu.

Mereka berdua memakan sate tersebut dengan lahap. "Gimana kondisi Abi?" tanya Harris di sela-sela makan.

Shevania belum menjawab karena mulutnya yang masih penuh dengan makanan, ia menunggu sampai makanan itu benar-benar hancur dan masuk ke perut. "Alhamdulillah, kondisi Abi udah lebih baik dari kemarin." balas Shevania.

"Alhamdulillah, syukur deh kalau gitu," kata Harris merasa sedikit lega. "Trus kondisi Vita gimana?" tanya Harris lagi.

"Aku belum membesuk Vita lagi," kata Shevania yang mulai sedikit resah. Baru seharian tadi ia tidak berjumpa dengan Vita rasanya sudah seperti satu minggu.

"Oohh. Kalau boleh, nanti kamu mau gak temenin kakak jenguk Vita sekaligus cal--- eh, maksud aku Abi, hihi." ucap Harris salah tingkah. Baru aja dia tadi mau mengatakan calon mertua untung saja tidak keblabasan.

Shevania yang sempat di bikin kikuk itu akhirnya tersenyum setelah kata terakhir terucap jelas. "Insyaallah aku mau kak, sekalian aku juga mau ketemu mereka. Semoga saja Allah selalu menjaga dan merawat mereka dalam keadaan beriman," ucap Shevania yang entah mendapat inspirasi dari mana untuk mendoakan mereka secara terang-terangan di hadapan Harris.

Cinta Yang Aneh 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang