33. 1 2 3 Doorr!

1.2K 58 8
                                    

   Vino menggandeng tangan adiknya dengan erat menyusuri halaman rumah. Shevania memang takut gelap dari kecil. Langkahnya pelan penuh hati-hati. Vino mengangguk memberikan keyakinan pada Shevania.

Jegreg!

Kenop pintu mulai terbuka perlahan. Semua yang ada di balik dinding berkesiap dengan memegang balonnya masing-masing.

Perlahan daun pintu itu mulai terbuka. Sosok Vino mulai terlihat bersamaan dengan Shevania di belakangnya.

"Kalian siap?!" tanya Asad dengan mantap.

Mereka mengangguk.

"1 2 3!"

Doorrr!

Mereka meletuskan balon yang ada di tangan mereka masing-masing dengan bersamanya lampu menyala.

Shevania membulatkan matanya sempurna. Dia terkejut bukan main. Bagaimana tidak? Saat rumah gelap gulita kau mencoba memasukinya dan tiba-tiba letusan balon terdengar dimana-mana. Bayangkan saja keadaan yang semula sepi, tenang, dan abstrak tiba-tiba menjadi ricuh seketika. Untung saja Shevania masih sehat coba kalau punya penyakit bisa jantungan dia sekarang.

"Happy Birthday To You... Happy Birthday To You!" ucap mereka bersamaan.

Mereka keluar dari sarang persembunyiannya dengan gaya mereka masing-masing. Raut wajah Shevania yang semula tegang kini mulai bercahaya kembali. Dia tersenyum penuh dengan rasa bahagia.

"Abi?" batin Shevania saat menemukan Abi keluar dari balik dinding dengan Umi yang mendorong kursi rodanya dari belakang.

Shevania tersenyum lega, Abi baik-baik saja.

"Happy Birthday... Happy birthdaayy..." kemudian mereka diam terkecuali Asad, ia menyambung lagu tersebut,  "Happy Birthday Shevaniiiaaa...." ucap Asad dengan tulus, penuh penekanan. Suaranya berat namun masih bisa terdengar dengan jelas. Sorak-sorai bergema di setiap sudut ruangan diikuti suara gemuruh tepuk tangan.

Shevania benar-benar terharu. Dia tidak bisa mendeskripsikan semuanya saat ini. Perasaannya campur aduk antara senang, sedih, kesal, dan masih banyak lainnya. Bola matanya sudah berkaca-kaca namun enggan menetes.

Sesekali Shevania mengibaskan tangannya di wajah untuk menghilangkan rasa gugup. Dia mengambil nafas panjang dan menghembuskannya perlahan. "Allahu Akbar," serunya dengan lirih.

Shevania tahu sebenarnya tidak ada perayaan dalam islam selain hari raya idul adha dan idul fitri namun, Shevania bersyukur karena bisa berkumpul dengan orang-orang yang Shevania sayangi dan cintai. Lagian, tidak ada lilin yang menghiasi kue ultah. Hanya ada cream berwarna putih cerah mengukir namanya dengan manis.

Kue itu berbentuk hati dan berwarna coklat, maklum orang rasa coklat. Shevania bisa langsung tahu karena banyak butiran almond yang bertaburan diatasnya. Apalagi sentuhan terakhir di atas nama ada buah Cherry berwarna merah darah dan aroma khas coklat yang tak pernah Shevania lupa. Kue favoritnya. Shevania tersenyum.

"Wellcome back Shevania Veronica," ujar Asad sambil menyodorkan kue tersebut.

Ingin sekali rasanya Shevania teriak sekencang-kencangnya mencoba memberitahu dunia bahwa dia sangat bahagia saat ini. Namun, dengan cepat Shevania mengubur dalam-dalam impiannya itu sebelum ia terjebak dalam godaan syaitan yang mencoba merayunya.

Shevania hanya menganggukkan kepala sebagai pengganti jawaban iya. Sungguh, berada di dekat Asad membuat Shevania mati kutu. 

Shevania menatap lekat kue itu karena tidak berani menatap balik sorot mata indah Asad. "Suka gak sama kue nya?" lontar Asad memergoki tingkahnya.

"Suka," balas Shevania lirih.

"Kalau kejutannya?"

"Suka,"

"Kalau orang yang bawain kue nya suka, gak?" tanya Asad dengan nada cepat.

"Suka," ucap Shevania dengan spontan.

"Ciiyyeeee...." sorak Reza dan Mega bersamaan.

Umi dan Abi hanya tersenyum melihat pengakuan terang-terangan putrinya.

Shevania mendadak kikuk. Dia memikirkan jawabannya barusan dengan pertanyaan Asad. "Eh, anu it-" ujar Shevania setelah tersadarkan diri namun Mega buru-buru menyambar.

"Kira-kira berapa jam lagi ya gue bisa makan tuh kue? Gue udah laper sedari pagi belum makan." Pengakuan terang-terangan Mega.

Dengan cepat Reza menjitak kepalanya. "Apaan belum makan. Tadi lo sebelum kesini kemana?" Mega menyengir.

"Ke RM. Padang," ujarnya.

"Nah tuh."

"Tapi kan gue belum sempet kelar makannya."

"Lo udah makan berapa piring?"

"Ya satu si, hampir dua tapi baru setengahnya karena Lo buru-buru nyuruh gue."

"Udah makan sepiring juga masih laper." Gerutu Reza bergidik.

"Udah, udah. Yuk buruan dipotong kuenya Shev!" Pinta Abi mencoba menengahi konflik.

Shevania menganggukan kepalanya menurut karena ini Abinya yang minta.

Maaf masih gantung,

Maaf, yang udah nungu-nunggu eh malah up nya kek gini:(

Thanks yang udah baca.

Cinta Yang Aneh 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang