21. Cemburu

798 50 0
                                    

   Jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 sore. Shevania dan Harris sudah sampai di rumah sakit beberapa menit yang lalu, keduanya tengah duduk di ruang tunggu. Asad menekuk wajahnya kesal, ia menyenderkan tubuhnya di tembok besar berwarna putih pucat. Entah kenapa kedatangan dua sosok manusia tadi membuatnya sulit bernapas dengan lega.

"Abi kapan bisa pulang?" tanya Harris menatap lekat Shevania.

Shevania menoleh, "Belum tahu, semoga saja secepatnya," katanya dengan lirih. Sungguh pertanyaan Harris tadi berhasil mengingatkan rindunya pada laki-laki tua itu. Sudah beberapa hari yang lalu laki-laki tua itu terbaring dan menghilang dari suasana harmonis rumah saat berkumpul. Shevania sangat merindukannya, merindukan sosok yang selalu mengingatkannya kepada kebaikan. Jika Abi tahu dia kesini dengan Harris saja, mungkin dia akan kena tegur.

Shevania menunduk, mencoba menyembunyikan rindu itu yang pasti terpapang jelas di pelupuk matanya.

"Maaf," lirih Harris tak sengaja.

Shevania hanya tersenyum, dia berusaha kuat dan menarik napasnya dalam-dalam.

"Shev, gue ke kamar mandi dulu yak, mules disini." ketus Asad yang sudah mulai sesak menahan api cemburu.

"Oke. Hati-hati," kata Shevania dengan datar.

Asad semakin kesal dengan ekspresi Shevania yang seolah tidak mengerti maksud Asad, "wanita itu benar-benar." gemas Asad membatin.

                          ***
Asad mencuci mukanya di westafle sambil ngoceh sendiri. Asad mulai mengamati wajahnya dalam pantulan cermin, haruskah semenyedihkan ini?
Kenapa rasanya sakit sekali. Apa dia harus menyerah mendapatkan wanita itu secepat ini? Asad merasa resah. Ia mulai membasuh wajahnya dengan air dan mengacak-acak rambutnya kasar.

"Oke. Gue gak boleh nyerah. Gue udah sejauh ini, dan gue gak boleh mundur gitu aja, kalau gue mundur otomatis peluang Harris dapetin Shevania lebih banyak. Gak gue gak mau. Pokoknya Shevania itu milik gue, untuk gue, gak boleh ada cowok lain selain gue yang boleh dapetin dia." gerutu Asad mengepalkan tangannya kuat-kuat.

"Apa ini waktunya gue berubah? Supaya Shevania mau sama gue? Apa gue harus jadi lebih baik untuk dia? Apa ini benar?" lirih Asad merutuki nasibnya.

"Argghh..." kesal Asad mengacak-acak rambutnya lagi.

Asad menghela nafasnya panjang, mencoba untuk tenang dan rileks. Apapun rencana Tuhan pasti akan lebih baik.

"Bismillah,"

                           ***
Allahu Akbar
Allahu Akbar

Alarm hp Harris berdering, menunjukkan sudah waktunya dirinya melaksanakan kewajiban. Harris mematikan alarm tersebut dan mengintip di jendela untuk meminta izin kepada Shevania, karena dia takut wanita itu akan kebingungan mencari dirinya. Harris memilih untuk duduk terlebih dahulu beberapa menit, menunggu Shevania keluar dari ruangan.

Asad yang dari kamar mandi memilih untuk langsung mengambil air wudlu dan masuk ke mushola yang sudah disediakan di rumah sakit.

Asad melaksanakan sholat maghrib sendiri, karena memang yang sholat sedikit dan kebanyakan dari mereka sudah melaksanakan sholat. Setelah selesai sholat Asad menyempatkan sedikit waktunya untuk membaca ayat suci al quran walau hanya beberapa ayat.

Setelah itu, Asad berdoa kepada Allah SWT akan banyak hal. Salah satunya,
"Ya Allah, maafkanlah hambamu ini yang sudah lama jauh dari-Mu, yang lalai akan kewajibanku, dan selalu mengedepankan nafsu. Ya Allah, bantulah hamba menjadi pribadi yang lebih baik. Bukan untuk wanita yang hamba cintai tapi untuk-Mu, untuk-Mu yang selalu mencintaiku. Hamba yakin, jika memang Shevania jodoh hamba engkau pasti akan mendekatkan hamba dengannya. Jika memang bukan, hamba ikhlas melepaskannya Ya Allah. Dimanapun jodoh hamba berada buatlah dia tangguh menunggu hamba. Bismillah, Ashadualla ilaa ha illaAllah, wa ashaduanna Muhammadarasulullah..." rintih Asad diakhir kata sambil menangis terisak.

Cinta Yang Aneh 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang