32. Siaga

742 42 5
                                    

   Setelah Vino berusaha semaksimal mungkin akhrinya malam puncakpun tiba. Asad dan teman-temannya sudah mengkoordinir semuanya sampai clear. Sekarang malasalahnya cuma satu. Takut kalau semua rencana kebobolan duluan. Pasalnya Mecca and the geng sudah tahu kabar ini dan sudah pasti Asad dkk was-was.

Waktu sudah menunjukkan pukul 20.30 malam. Vino mengajak Shevania pulang ke rumah dengan menaiki motor kesayangannya. Perasaan Shevania masih semrawut karena hilangnya Abi secara tiba-tiba. Shevania sempat merasa curiga dengan Vino karena bagaimana mungkin kakaknya tidak merasakan keresahan ataupun kekhawatiran sedikitpun mengenai keberadaan Abi.

Tapi Shevania tidak mau memperpanjang masalah. Mungkin saja kalau Vino sedang berusaha memasang muka baik-baik saja supaya aku tidak merasa khawatir yang berlebihan.

Angin sepoi-sepoi dijalan raya seolah menusuk tubuh Shevania yang hanya berbalut gamis berbahan spandex. Vino mengamati adiknya lewat kaca spion kemudian berkata, "dingin Shev?" Kemudian kembali menatap kearah depan.

"Iya Kak," balas Shevania dengan anggukan kecil.

"Sebentar." Vino melambatkan laju motornya dan menepi. Ia melepas jaket denim yang tidak terlalu tebal tapi cukup untuk menolak angin masuk. Ia memberikannya kepada Shevania.

"Gak usah Kak." Tolak Shevania merasa tidak enak.

"Katanya dingin."

"Tapi nanti Kakak sendiri gimana? Nanti Kakak kedinginan," ucapnya dengan berat hati.

"Yaelah, Kakak kan udah gede. Cowok lagi. Udah pakai aja," ungkapnya sambil menyodorkan jaketnya kembali.

Shevania tersenyum kecil dan langsung memakai jaket tersebut. Kakaknya memang perhatian. Umpat batin Shevania dengan segenap rasa kagumnya. Kini Vino hanya menggunakan kaos lengan panjang dan celana jeans berwarna hitam. Kemudian mereka kembali untuk pulang.

                        * * *
 
   Gelap. Itu yang pertama kali Shevania lihat. Rumahnya terlihat begitu sepi seperti tidak berpenghuni. Shevania semakin yakin kalau Abi dan Umi pasti belum kembali. Lalu kemana mereka? Shevania semakin merasa khawatir.

"Turun!" Perintah Vino setelah mematikan mesin motor.

Shevania tidak bergeming. Dia masih duduk manis disitu. Vino mengerutkan keningnya.

"Loh kok gak turun, Shev?"

"Abi sama Umi kemana Kak?"

"A-anu itu... Sebaiknya kamu turun dulu."

Shevania menurut. Telapak tangannya sudah mengeluarkan keringat dingin. Begitupun dengan Vino. Dia juga khawatir kalau rencana Asad gagal. Bisa saja rumahnya gelap karena tadi sebelum pergi kerumah sakit dia tidak menyalakan lampu terang. Vino tidak sempat bertukar pesan dengan Asad karena bisa menimbulkan kecurigaan di benak Shevania.

Vino mengambil handphonenya dari saku celana. Kemudian dia segera mengabari Asad kalau dia sudah sampai di depan rumah.

                        * * *

   Dibalik dinding skat ruang tamu Asad dan teman-temannya sedang menunggu kedatangan Shevania. Mereka bergaya ala siap siaga peperangan dengan badan yang setengah membungkuk.

Mega sedari tadi tidak bisa diam lantaran proses pendonoran darah terus dilakukan oleh banyak nyamuk. Mega merutuki dirinya sendiri yang terjebak dalam kejutan sialan ini.

"Bisa diem gak si lo?!" pekik Reza yang merasa risih karena tubuhnya yang berhimpitan denhan Mega.

"Ssssttt...!" bisik Asad mengingatkan.

"Gimana gue gak protes si, Sad? Ini saudaranya onyet gak bisa diem. Ogeh mulu!" cerca Reza dengan kesal.

"Gimana gue gak gerak mulu coba? Nih nyamuk nyedot darah gue terus. Kenapa gak lo aja si Za yang jadi sasarannya?" keluh Mega masih menggaruk lengannya yang gatal.

"Karena cuma darah lo yang absurd."

"Sssttt... Lo berdua DIAM!" Bentak Asad. Alhasil keduanya tidak berani berkata-kata lagi.

Hening.

Sangat hening.

"Sad, gelap." rengek Mega setelah beberapa detik diam.

"Diem!"

Hening.

Ting.

Layar ponsel Asad menyala. Menandakan ada pesan yang masuk. Semua yang ada disitu sempat terpelonjak kaget karena lagi hening-heningnya malah ada suara muncul tiba-tiba.

Mega mendekap tubuh Reza dari belakang. "Eh Mamama..." teriak Mega ketakutan.

"Apaan si lo, Nyet?! Orang gak ada apa-apa juga." berontak Reza frustasi.

Mega melepaskan pelukannya kemudian melempar tatapan tajam kearah Asad. "Apa?!" ujar Asad setelah menangkap basah tatapan itu.

"Enggak."

Vino: gue udah di depan gerbang rumah.

Dengan cekatan Asad membalasnya.

Asad: Oke. Masuk aja. Kita udah siap.

Vino: Oke.

"Semua siap siaga ya. Shevania sama Vino sudah didepan rumah," ujar Asad memberikan aba-aba.

Cinta Yang Aneh 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang