Author Note: untuk kepentingan alur cerita, aku ubah waktu Gira dan Dewa ketemu setelah pisah jadi 5 tahun.
Aku memiliki dua keahlian hebat dalam diriku, yaitu menyembunyikan masalah dan harus paham keadaan, walaupun sebenarnya tidak paham.
°°°
Atika sampai di kantor terlebih dahulu dari pegawai lain. Sekalipun dia anak pemilik perusahaan, Atika tetap selalu tiba tepat waktu. Malah kadang sering terlalu cepat dari jam masuk kantor. Gira kadang sampai heran kenapa Atika selalu datang lebih awal ke kantor, padahal dia bisa melakukan hal sesuka hatinya karena perushaan ini adalah milk orang tuanya.
Tak berselang lama, para karyawan divisi pemasaran lain pun berdatangan. Termasuk Gira yang pagi-pagi sudah menebar senyum manisnya.
"Pagi semuanyaaaa~"
Sapaan ceria gadis itu membuat semua orang heran. Termasuk tentunya Atika yang mengerjap heran menatap sahabatnya itu. Tunggu, apa dia tidak salah lihat orang sekarang? Gira sahabatnya yang belakangan ini sudah seperti ayam sakit itu tiba-tiba jadi seceria ini?
Karena tidak biasanya seorang Sagira Navisha mengucapkan selamat pagi begitu. Apalagi dengan senyuman ceria yang tidak pernah terparti di bibirnya. Selama 5 tahun belakangan ini Gira seperti hidup segan mati pun tak mau. Senyum saja kadang dipaksakan.
"Pagi beb~" Sapanya ceria sembari menepuk pundak Atika.
"Tumbenan ngucapin selamat pagi? Biasanya nyelonong aja." Tanya Atika keheranan.
Gira tersenyum, "Emang kenapa? Berbagi kebahagiaan sama orang lain itu kan sebagian dari ibadah."
Jawaban yang dilontarkan sahabatnya itu, malah membuat Atika semakin kebingungan, "Keknya kemarin ada hal yang baik sampai buat lo segininya."
Seketika Gira menganggukkan kepalanya antusias, "Kaaa lo tau nggak? Gue kemarin ketemuan lagi sama Mas Nakula!"
"Mas Nakula?"
"Ck, itu loh duda ganteng yang anaknya nendang bola terus gak sengaja kena kepala gue!"
Atika mengangguk ketika mengingatnya, "Oh yang itu! Terus terus?"
"Kita kan gak sengaja ketemu tuh di taman kemarin. Dia yang nyamperin gue duluan! Eh tiba-tiba dia ngajakin gue lunch bareng dong! Sangking senangnya kalo aja di sana kemarin bisa salto, gue salto ka!" Girangnya.
Atika masih mendengarkan Gira yang bercerita panjang lebar seraya memperhatikan wajahnya yang sudah mirip anak SMA jatuh cinta. Ini kalo mereka di dunia komik, pasti mata Gira digambarkan lope lope sebanyak-banyaknya. Wajahnya berseri-seri sekali seperti sebelum 5 tahun belakangan ini. Seperti saat masih bersama Dewa.
"Terus udah sampai mana pembicaraan lo sama dia?"
"Dia nanya nanya hal biasa aja sih kek pekerjaan gue. Ya cuma sekedar gitu doang."
"Gitu doang? Gak ada yang lebih gitu?"
"Ih namanya juga baru ketemu beberapa kali, masa langsung confess sih? Dikata gue cewek apaan."
"Ck, lo mah gitu. Gengisian jadi orang."
"Ihh, kok jadi bilangin gensian sih, ka? Ini tuh masih awal pendekatan, bentar lagi juga bakalan gue dapatin hatinya!" Gira berucap percaya diri sembari melenggang ke arah pantry setelah meletakkan tasnya di kubikel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cek Apartemen Sebelah [END]
RomanceSetelah lima tahun, Gira kembali dipertemukan dengan mantannya, Sadewa, yang tiba-tiba muncul menjadi tetangga sebelah apartemennya. Tak hanya itu saja, Dewa juga bertransformasi menjadi bos baru di tempatnya bekerja. Hubungan yang dulunya seerat na...