16. Kenyataan Pahit

7.5K 706 19
                                    

Ketidakmampuanku dalam memilikimu adalah kenyataan pahit yang harus ku hadapi.

°°°

Baru Dewa keluar dari lift di lobby apartemen, ponsel di sakunya terasa bergetar. Sebuah pesan dari nomor yang memang sengaja tidak Dewa simpan. Mengirimkan deretan kalimat yang sudah lama ia tunggu.

"Akhirnya ketemu juga nih orang." Ucapnya menghela nafas lega tanpa sadar. Segera ia kembali memasukan ponselnya ke dalam saku. Berniat akan membalas pesan orang itu setelah tiba di kantor.

Mata jelinya menangkap keberadaan Gira saat akan menuju parkiran. Gadis itu tengah berdiri di pelataran lobby sembari menatap ponselnya. Seperti biasa, terlintas sebuah ide untuk mengejutkan mantan kekasihnya itu. Pria itu berjalan mengendap menghampiri tempat Gira berdiri.

"Dorrr!"

Tepukan keras di pundaknya sukses membuat gadis itu terkejut. Menatap sang pelaku yang memasang wajah dengan tawa setannya. Siapa lagi jika bukan Dewa.

Gira ingin mengumpati pria itu, namun kata-kata Giselle kemarin terngiang-ngiang di kepalanya. Hal itu langsung membuat gadis itu menutup mulutnya rapat dan berbalik acuh.

Sementara Dewa yang mendapat reaksi tidak biasa dari gadis di depannya, mengkerutkan dahinya bingung. Tidak biasanya, bahkan tidak pernah Gira memberikan reaksi yang acuh seperti itu. Dan itu tentunya sangat mengganggu di pikiran Dewa.

Tapi pria itu tidak memilih bertanya lebih lanjut. Masih dengan senyum menyebalkan, dia bertanya jahil, "Ngapain di sini kek jomlo kesepian? Mau aa temenin nggak, neng?"

Namun Gira tetap diam. Tidak ada keingian untuk menjawab. Biasanya jika sudah begitu pasti Gira akan berakting pura-pura muntah dan mengatai Dewa modus atau semacamnya. Tapi diam gadis itu membuat ada suatu gejolak yang menganjal di hatinya.

Dewa masih berusaha dan mengenyahkan kemungkinan di pikirannya. Kembali bertanya kepada Gira yang berusaha mati-matian untuk tidak menatapnya.

"Kamu naik apa ke kantor, Ra? Pasti naik ojol lagi, ya? Ish ish meni kasihan. Tetangga apartemen sebelah, mau nggak nebeng? Bebas nih loh..."

Gira segera mengalihkan pandangannya begitu mendapati mobil Nakula yang berhenti di depan gerbang masuk Miracle Residence. Beruntung hal itu membuatnya bisa langsung cepat-cepat kabur dan tidak berlama-lama lagi dengan Dewa.

"Sorry, Wa. Aku udah dijemput pacarku. Aku duluan, ya?"

Gira langsung melenggang pergi bahkan sebelum Dewa membuka mulutnya. Gadis itu segera berjalan memasukki mobil Honda CR-V putih. Hal itu pun tak luput dari pandangan pria di belakangnya itu. Yang menatapnya dengan tidak terdefinisikan.

Sepertinya aku sudah harus menghadapai kenyataan pahit itu mulai sekarang ya? Perlahan-lahan kau beranjak, dan aku tetap di sini. Hanya mampu melihatmu...

°°°

Perubahan sikap Gira bahkan sampai ke kantor. Malah jauh lebih parah daripada tadi pagi. Gadis itu bekerja sangat profesioanal. Mengerjakan segalanya yang Dewa perintahkan tanpa ada misuh di awal seperti biasanya. Tidak menimpali candaan Dewa yang berujung membuatnya kesal lagi. Tidak menyumpahi Dewa di belakang lagi.

Cek Apartemen Sebelah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang