18. Masalah Pelik

6.6K 639 15
                                    

Setiap individu, setiap keluarga, setiap manusia di muka bumi ini selalu punya setiap masalah pelik.

°°°

"GERALD!"

Merasa terpanggil namanya, pria blasteran dengan koper bersamanya itu mengedarkan pandangannya mencari sumber suara. Mendapati dua orang perempuan yang cukup ia ingat, walaupun sudah 6 tahun lebih berlalu dari terakhir kali mereka berjumpa.

"Hei, girls! How are you?" Tanyanya begitu tiba di depan keduanya. Lantas memeluk salah satu dari keduanya yang berdiri paling dekat dengannya.

Gadis yang tak lain adalah Atika itu lantas menegang mendapati pelukan yang tiba-tiba. Terlebih lagi dari pria yang sudah lama ia nanti kepulangannya sejak 6 tahun berlalu.

"F-fine, and you?" Tanya Atika berusaha menahan kegugupannya sembari mencoba melepaskan pelukan pria bermata hazel itu. Juga berusaha meyakinkan hatinya yang sempat membuncah karenanya.

"Alhamdullilah, as you can see" Balas pria itu dengan duchenne smile yang masih sama seperti ingatan 6 tahun lalu mereka. Kemudian ia mengalihkan pandangannya lagi kepada seorang gadis bersurai coklat yang sedari tadi hanya diam mengamati keduanya.

"Rara, is that you?"

"Keknya ada yang lupa ya sama gue?" Tanya Gira berkacak pinggang berpura-pura kesal. Hal itu kembali mengundang tawa renyah pria itu. Lantas bergantian memeluk gadis bersurai coklat itu.

"Soalnya warna rambutnya udah beda, Ra. Gue pikir Ika bawa adeknya, eh iya gue baru ingat Ika kan nggak punya adek."

"Mentang-mentang gue paling bantet diantar lo semua yang tiang-tiang!" Cibir gadis itu kali ini benar-benar kesal.

"But that's what makes you look so cute. Sayang gue nggak suka type kek lo, Ra."

"Terus your type tuh yang gimana, Mas bule~~? Yang kek Ika gitu?" Ceplos Gira membuat kedua sahabatnya itu tersentak. Saling melirik, walaupun Atika terlebih dahulu mengalihkan pandangannya.

Sementara Gira yang merasa tidak enak dengan atmosfer yang melingkupi akibat dari ulahnya itu langsung berinisiatif berdeham memecahkan suasana.

"Ehm, gimana kalau kita cari restoran dulu aja? Flight dari Amrik ke Jakarta pasti melelahkan bagi Gerald. Gue takut lo jetlag entar, Ger."

Kedua sahabatnya itu lantas mengangguk setuju. Mereka berjalan beriringan dengan Gira yang berada di tengah-tengah keduanya. Selama mencari restoran di Bandara, hanya celotehan Gira yang mendominasi percakapan ketiganya. Sementara Atika berbalik menjadi gadis yang pendiam dan enggan berbicara. Hanya mengeluarkan suaranya jika ditanya saja.

"Eum, jadi kenapa lo minta tolong Ika, Ger? Maaf sebelumnya, bukannya keluarga lo itu cukup berpengaruh, kan? Lo bisa cari wanita itu dengan bantuan mereka." Ucap Gira memulai percakapan yang serius.

Gerald itu adalah putra salah satu pemilik perusahaan asing asal Jerman yang berbasis di bisnis otomotif. Ayahnya asli Jerman, sedangkan ibunya adalah seorang putri politikus partai yang masih ada hubungannya dengan kraton Yogyakarta. Tentu saja dengan back-ingan yang sangat kuat seperti itu ia bisa menemukan orang yang dicarinya dalam semalam.

Gerald tersenyum tipis sebelum kembali menyesap kopinya, sambil menjawab, "Hubungan gue kurang baik sama keluarga sekarang, Ra."

"O-oh, I'm so sorry, Ger. Idk about that." Ringis Gira menyesal.

"It's okay. Semua orang memiliki masalah dengan keluarga mereka, masalah kecil ataupun besar."

Perkataan Gerald sedikit membuat Gira sedikit tertohok.

Cek Apartemen Sebelah [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang